"Heh, anak baru! Ikut kami!" Seorang remaja pria berwajah rupawan namun garang bertubuh tinggi kekar mendekati meja Alpreja dengan nada memerintah.
"Kenapa?" Alpreja bertanya dengan nada malas.
"Hey, apa kau sedang meremehkan kami murid baru? loe songong banget ya?" ujar pria remaja itu lagi.
Alpreja mengangkat kepalanya dan menatap pria remaja dengan name-tag bertuliskan nama Zacky dengan tatapan heran. Zacky datang bersama empat orang kawannya dan menyerbu ke dalam kelas saat waktu istirahat tiba.
"Wahhh, kelihatannya, kamu ini terlalu banyak waktu luang ehmm...Zack? Zacky?" Pandangan mata Alpreja sama sekali tidak ada takut-takutnya kepada Zacky yang saat ini sedang memelototinya dengan penuh amarah.
"Setiap murid baru, harus melewati prosedur dariku dulu, termasuk kamu!" Zacky menunjuk-nunjuk kening Alpreja dengan jari telunjuknya yang besarnya seimbang dengan tubuh kekarnya.
Alpreja cepat menepiskan jari telunjuk itu dengan tangannya.
"Jangan bercanda. Aku tahu bahwa peraturan itu bahkan tidak pernah ada!" Alpreja menanggapi dengan wajah datar.
"Rupanya, kamu harus diberi pelajaran dulu anak busuk! Seharusnya kamu tidak macam-macam denganku. Seluruh siswa sekolah ini, tahu betul, siapa aku!" Kata Zacky lagi.
"Kan tidak ada hubungannya denganku!" jawab Alpreja santai sambil mengangkat bahu. Zacky dan ketiga anak buahnya saling memandang. Suasana kelas jadi tegang. Sebagian siswa melipir melarikan diri, enggan terlibat.
Alpreja tetap duduk di kursinya dengan acuh tak acuh. Tetapi, rupanya hal itu membuat Zacky semakin naik darah. Selama ini, belum pernah ada siapapun yang berani membantahnya saat dia hendak menunjukkan kekuasaannya di sekolah ini.
Salah seorang kawannya yang sedari tadi berada di belakang Alpreja, rupanya berinisiatif melakukan serangan dengan cara menjambak rambut coklat Alpreja yang tebal.
"Arghhh!" Alpreja mengaduh dan meringis, lalu reflek meraih tangan yang menjambak rambutnya.
"Banyak bicara sekali kau, ya!" Kawan Zacky yang berambut merah nampak kesal sekali.
"Lepaskan! Atau kamu akan menyesalinya!" Apreja memberi peringatan.
Tetapi rupanya, Zacky sama sekali tidak mempedulikannya. Teman-teman sekelas Alpreja, yang sebelumnya menyambut dengan ramah, satupun sama sekali tidak ada yang berani melerai, apalagi menolong Alpreja saat gerombolan Zacky menyerangnya.
"Kita lihat, apakah kamu masih tetap percaya diri saat rambutmu terlepas dari batok kepalamu yang busuk itu!" Zacky menyeringai sinis.
Alpreja memencet pergelangan tangan siswa yang menjambak rambutnya. Siswa bawahan Zacky membelalakkan matanya. Rasanya bagaikan tersengat listrik. Tangannya yang menjambak rambut Alpreja perlahan melonggar.
"Sakit brengsek! Berani-beraninya kau...!" Pria bernama Hendi melayangkan tangan kirinya hendak menampar Alpreja. Tetapi dengan cepat pula Alpreja menghindar dan mendorong tubuh Hendi hingga jatuh terjerembab.
Melihat anak buahnya terjatuh, Hendi memberi isyarat agar yang lainnya mengepung dan melakukan serangan. Salah satunya menendang kursi tempat duduk Alpreja dan menimbulkan suara gaduh yang membuat semua murid kaget dan menghindar.
"Mereka mulai lagi!" Salah seorang siswi yang rambutnya dikepang dua ketakutan dan merapat ke dinding dengan wajah pucat.
"Idiih, sambutannya ramah betul, bro!" Alpreja tertawa geli sambil bangkit dari posisinya yang jatuh terjerembab.
Kawan-kawan Zacky mulai melakukan serangan. Tidak lagi dengan kata-kata pedas menyakitkan seperti dalam serial televisi. Pria-pria tampan ini, rupanya sudah punya pengalaman menghajar bagaikan atlet UFC.
Zacky memang tidak berbohong saat mengatakan, bahwa seluruh siswa sekolah ini tahu siapa dirinya. Begitu juga dengan guru-gurunya. Bisa dibilang, Zacky adalah penguasa sekolah ini.
Ketampanan wajahnya, proporsi tubuhnya yang sempurna, kekayaan orang tuanya dan kekuasaan yang melekat pada dirinya, membuat siapapun berpikir dua kali jika hendak melawan Zacky dan gerombolannya. Sampai Zacky bertemu Alpreja.
Alpreja Noah Zimmer! Murid baru kelas 11 yang baru seminggu bersekolah di SMA Angkasa Raya. Satu-satunya, siswa yang tidak gentar menghadapi Zacky. Ketika siswa lain merinding panas dingin apabila berpapasan dengan Zacky dan kawan-kawannya, Alpreja malah menghadapinya dengan acuh dan dingin.
Saat teman-teman Zacky berusaha mengeroyoknya di dalam kelas, Alpreja tidak terlalu banyak meladeni. Hanya sekedar membalikkan semua bogem mentah yang mengarah padanya dengan gerakan-gerakan menghindar, lalu mendorong dan membanting tubuh-tubuh mereka hingga berjatuhan.
"Sialan! Rupanya aku terlalu meremehkannya!" Zacky mengepalkan tangannya bersiap untuk maju.
Alpreja yang menyadari hal itu, segera menangkap tangan Zacky yang mengepal disertai tatapan tajam.
"Apa loe lihat-lihat?" Geram Zacky.
"Hehh, loe tuh yang lihat-lihat!" Bantah Alpreja sambil mengeraskan cengkeramannya. Zacky meringis.
Diingg!Doonggg! Bel berbunyi, tanda waktu istirahat sudah usai.
"Arrghh! Bukan main, ya! Kalian bikin aku tidak sempat menikmati makan siangku!" Alpreja menggerutu sambil merapikan seragamnya.
Zacky dan keempat kawannya menatap Alpreja dengan sorot mata masih mendendam.
"Nanti! Pulang sekolah!" Zacky kembali mengancam.
"Oke! Sampai nanti!" Alpreja mengangkat kedua bahunya lalu membungkuk meraih kursinya.
Dengan tenang, Alpreja duduk lagi di bangku dan merapikan rambut dan wajahnya seakan tidak ada apapun yang terjadi.
Siswa yang lainnya, mulai kembali ke bangkunya masing-masing setelah yakin aman. Mereka saling melirik dan melemparkan tatapan kepada Alpreja yang sedang merapikan baju seragamnya sambil duduk.
"Sepertinya, Zacky dapat lawan yang seimbang. Nggak nyangka, ya! Cowok seimut dia, berani melawan dominasi Zacky dan gerombolannya." Salah seorang siswa berbisik kepada teman sebangkunya.
"Yeah, setuju. Memang sudah saatnya anak yang sok jagoan itu mendapatkan lawan yang seimbang. Bukan hanya beraninya menindas siswa yang lemah. Aku jadi tidak sabar menunggu pertunjukkan selanjutnya." Temannya mengangguk.
"Seharusnya bakalan ada pertunjukkan yang bagus dengan hasil menggembirakan, atau waktu istirahat kita yang berharga barusan jadi sia-sia!" Siswi berambut pendek itu mengusap perutnya yang berbunyi karena merasa lapar.
Alpreja menoleh dan menatap ke luar jendela kelasnya. Pemandangan di luar nampak cerah dan menyenangkan. Pepohonan yang menghijau, bunga-bunga cantik yang tertata rapi, lapangan luas dan pemandangan alam pegunungan di kejauhan.
"Terlihat begitu damai dan indah. Siapa yang menyangka, kalau sekolah ini sarangnya Hyena! Menyebalkan!" Alpreja menggerutu dalam hati.
Waktu terasa lambat berlalu, tiga jam terakhir dengan pelajaran sains tentang reaksi kimia, cukup membuat otak para pelajar panas dan pusing setengah mati.
Saat bel kembali berbunyi, para pelajar yang tidak tertarik pada rumus penggaraman itu bernafas dengan lega.
"Beri hormat!" Ketua kelas memimpin penghormatan terhadap guru mereka.
"Selamat soreeee, Pak!" Para siswa mengucap salam sebelum mereka meninggalkan kelas.
Alpreja berjalan di koridor sambil menggendong tas ranselnya. Seragam barunya ini sangat berbeda dengan seragam sekolahnya dulu yang desainnya lebih sederhana. Seragamnya di sekolah ini dilengkapi dengan jas.
"Ahh menyebalkan! Aku harus menjaganya supaya tetap bersih sampai rumah atau Ibu akan membunuhku!" Alpreja tersenyum sambil merapikan jasnya.
Angin senja yang semilir menerpa wajahnya yang tampan dan imut. Alpreja terlihat seperti anak kecil walau tubuhnya cukup tinggi. Wajahnya terkesan feminim, namun kedua matanya yang berwarna hazel membuat sorot matanya terlihat seperti srigala.
Langkah Alpreja terhenti ketika gerbang sekolah menutup tiba-tiba.
Alpreja menatap ke arah gerbang yang kini dijaga oleh empat sekawan gerombolan-nya Zacky.
Para siswa yang belum sempat keluar dari gerbang, berkumpul di belakang Alpreja dengan wajah-wajah cemas.
"Hufft!" Alpreja mendongak dan menatap langit sambil menghembuskan nafas panjang. Wajahnya terlihat malas.
"Astaga! Memangnya tidak bisa ya, membiarkan aku sekolah dengan tenang?" Alpreja mengusap keningnya.
"Anak busuk! Kita punya urusan yang belum selesai!" Zacky berteriak dan berjalan menghampiri Alpreja dengan langkah tegap dan gagah seperti seorang petarung.
Alpreja menatap lurus seorang siswa berambut seperti mentega yang juga sedang berjalan mendekat ke arahnya. Terdengar sorak-sorai bergemuruh dari para siswa yang masih berada di sana, seakan mendapat tontonan gratis yang seru.
"Siapa bilang cuma anak kecil saja yang suka berkelahi? Bahh, sial sekali hari ini!" Alpreja melepas Jas di luar seragam putihnya. Dengan sikap waspada bersiap menyambut penyerangnya.
"Heh, Zacky! Aku akan membuat urusan ini cepat selesai!" Alpreja tersenyum sinis kepada Zacky.