Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
ARYA SANGGA BUMI PENDEKAR GOLOK NAGA IBLIS

ARYA SANGGA BUMI PENDEKAR GOLOK NAGA IBLIS

Srindang Bulan | Bersambung
Jumlah kata
35.5K
Popular
100
Subscribe
14
Novel / ARYA SANGGA BUMI PENDEKAR GOLOK NAGA IBLIS
ARYA SANGGA BUMI PENDEKAR GOLOK NAGA IBLIS

ARYA SANGGA BUMI PENDEKAR GOLOK NAGA IBLIS

Srindang Bulan| Bersambung
Jumlah Kata
35.5K
Popular
100
Subscribe
14
Sinopsis
18+FantasiFantasi TimurPendekarSilatBalas Dendam
Joko Bumi, alias Arya Sangga Bumi adalah seorang pemuda miskin dan hina dan matanya nyari buta ingin menjadi pendekar tangguh tak terkalahkan.. Namun tak ada satupun perguruan yang mau menerimanya menjadi murid. Hanya Padepokan Serigala Hitam milik Mpu Sasengka, yang terlarang baginya untuk berguru di sana yang mau memberikan kesempatan mengikuti ujian masuk murid baru.Namun sayang, saat ujian berlangsung di Lereng Gunung Iblis, salah satu murid senior berbuat licik hingga Joko Bumi terjatuh ke Lembah Iblis yang curam, gelap dan dalam. Tak ada yang mengira jika di Lembah Iblis Joko Bumi terlahir kembali menjadi Pemuda Sempurna dan mumpuni. Joko Bumi mulai menuntut balas kematian kedua orang tuanya setelah bersatu dengan senjata sakti milik sang ayah yang tersegel di Lembah Iblis.
Bab 1.

Bab 1. Ingin Jadi Pendekar Tapi Buta

“Hei bocah! Ngapain Kamu di situ?! Pergi sana!" ucap kasar seorang murid padepokan Serigala Hitam bernama Wisnu Adjie dengan menuding Joko Bumi.

"Kakang, Aku cuma mau lihat kalian latihan dari sini saja. Boleh ya?" sahut Joko Bumi, bocah baru menginjak lima belas tahun dengan suara memelas.

Joko Bumi sudah mendatangi beberapa padepokan untuk mendaftar menjadi murid. Namun tak ada yang mau menerimanya.

Ini Padepokan terakhir yang didatangi Joko Bumi setelah satu purnama berkeliling mencari calon guru. Padepokan Serigala Hitam, terletak tak jauh dari tepian hutan terlarang tempat dia berdiam bersama sang kakek.

Joko Bumi terpaksa diam-diam ke sana demi berguru, sebab sang kakek, jauh hari sudah melarangnya mendekati padepokan Serigala Hitam!

"Untuk apa? Emang matamu bisa lihat aksi jagoan Kami?" ejek Wisnu Adjie masih dengan menuding Joko Bumi.

Joko Bumi kesal acap kali ada orang yang menghina matanya. "Jangan begitu Kang Wisnu! Aku masih bisa lihat, kok."

"Hahaha! Bocah gendeng! Sudah tahu matanya sebentar lagi buta, malah pingin jadi pendekar!” ejek Wisnu Adjie terbahak-bahak.

Joko Bumi terdiam. Hatinya sakit bila mendengar orang-orang yang menghina matanya. “Kamu benar Kang Wisnu. Kedua mataku memang tak bisa melihat sempurna sepertimu. Tapi tolong jangan menghina cita-citaku. Aku sungguh-sungguh ingin jadi pendekar tangguh sepertimu.”

“Huuh! Mana bisa, Bumi! Pendekar itu harus punya penglihatan yang sempurna. Takutnya, ada pedang musuh kamu nggak bisa lihat kalau matamu mejem terus begitu! Sadar diri Bumi! Kamu belajar jalan aja sana! Biar nggak nabrak pas sudah buta total. Jangan bermimpi ketinggian, Bumi!” ucap Wisnu Adjie sinis seraya memamerkan pedang di tangannya.

Dada Joko Bumi bergemuruh menahan amarah. Namun dia berusaha tetap tenang dan sabar menghadapi hinaan Wisnu Adjie. Dia tahu, bocah yang sedang menghinanya, selain murid senior di Padepokan Serigala Hitam, juga putra sulung Mpu Sasengka, salah satu mahaguru di sana.

Seseorang berlari menghampiri Joko Bumi. Telinga Joko Bumi menegang saat sosok itu sudah hampir mendekat.

Tak ada yang tahu, kedua mata Joko Bumimasih tersegel ajian Kala Api! Karena itu, dia hanya mampu melihat samar-samar saja. Dan tak ada pula yang mengira, jika indera pendengarannya mampu mengenali siapapun yang mendekatinya!

“Danu? Ada apa? Apa Aki Santanu baik-baik aja?” tanya Joko Bumi dengan raut wajah cemas.

Wisnu Adjie terkejut. Dia terheran-heran melihat Joko Bumi punya pendengaran yang tajam.

‘Bagaimana dia bisa mengenali sosok yang masih berjarak dua puluh hasta darinya?’pikir Wisnu Adjie terheran-heran. Keningnya berkerut.

Diam - diam, Wisnu Adjie memutuskan memperhatikan Joko Bumi sesaat. ‘Aku mau lihat, kemampuan apalagi yang dimilikinya hingga pantas menjadi murid di Padepokan Serigala Hitam!’

Danurejo, adik angkat Joko Bumi menambah kecepatan larinya hingga sedetik kemudian sudah berada tepat di hadapan Joko Bumi!

“Tak ku sangka si Danu pun menguasai ajian sapu angin meski kurang sempurna! Dan bocah setengah buta itu mampu mengenali orang dari jarak lebih dari 20 hasta, itu menandakan indera pendengarannya berfungsi sangat sempurna!” gumam Wisnu Adjie tanpa sadar.

“Betul Kakang Wisnu! Mataku memang tak sempurna melihat, tapi telingaku masih bisa mendengar suaramu yang bergumam barusan,” ucap Joko Bumi tersenyum samar.

Wisnu Adjie terkejut. “Huuh! Kamu jangan sombong, Bumi! Bisa punya kemampuan mendengar saja tidak cukup untuk jadi pendekar!”

Seseorang terbatuk dari arah belakang punggung Wisnu Adjie. “Kenapa Kamu mengganggu bocah buta itu, Wisnu?”

"Bopo? Ini si Bumi sangat nggak tahu diri! Bermimpi jadi pendekar padahal matanya sudah mau buta total!”

Danurejo gegas menarik tangan Joko Bumi. "Ayo pergi. Kakek menyuruhmu pulang, Kakang. Hati-hati dengan mereka. Derajat kita tak sepadan dengannya."

Joko Bumi tahu kecemasan Danurejo. Kakeknya sudah mewanti-wanti agar tak bergaul dengan sembarang orang meski dirinya miskin dan buta. "Tapi... Aku-"

"Sudahlah, Kakang Bumi. Biar kakek saja yang melatihmu beladiri," bisik Danurejo setengah memaksa Joko Bumi agar cepat-cepat menjauhi Padepokan Srigala Hitam.

"Ingat, padepokan itu sangat terlarang bagimu!" bisiknya menegaskan sang kakak.

Joko Bumi menelan ludahnya. Dia tahu betul kisah rahasia yang diceritakan sang kakek lima tahun lalu saat usianya masih sepuluh tahun. Dia pun berbalik langkah mengikuti Danureja. Pulang! Harapannya pupus perlahan.

Baru saja beberapa langkah berlalu, Mpu Sasengka yang mengenali Joko Bumi sebagai cucu angkat Ki Sentanu, gegas berbisik pada putranya. "Panggil dia cepat! Aku akan menerimanya berguru di Padepokan Srigala Hitam!"

Joko Bumi menghentikan langkahnya. Dia menarik tangan Danureja. "Kau dengar barusan?"

"Dengar apa, Kakang?" tanya Danureja dengan raut wajah pura-pura bingung. "Hanya ada suara angin saja di sekitar padepokan ini. Kau sudah terlalu jauh pergi dari rumah, Kang!"

"Mpu Sasengka menerimaku menjadi murid di Padepokan Srigala Hitam, barusan!" ucap Joko Bumi berbisik pada Danureja dengan wajah sumringah.

"Tidak mungkin! Dan itu sangat tidak boleh!" sahut Danureja cepat.

"Kenapa? Aku hanya berguru saja di sana! Tidak lebih dari itu," balas Joko Bumi cepat.

"Mana ada begitu. Sekali masuk ke padepokan, maka sampai mati Kakang akan terikat dengannya! Itu nggak boleh, Kang!"

"Tapi kenapa? Kamu dan Aki Sentanu sama, tak pernah memberiku jawaban. Jadi biarkan aku berguru di sana, sebentar. Aku sangat ingin menjadi pendekar tangguh seperti Kang Wisnu Adjie."

Danureja terdiam. Dia sudah disumpah tak boleh menjawab semua pertanyaan Joko Bumi namun dalam hati Danureja menjawabnya sedih. 'Karena identitasmu sebenarnya Bumi!'

Mpu Sasengka menatap Wisnu Adjie keheranan. "Kenapa Kamu nggak memanggilnya?"

"Ssst, dia sedang menyakinkan Danu, Bopo. Telinga Joko Bumi sudah mendengar ucapanmu barusan!" sahut Wisnu Adjie tersenyum kecil.

Mpu Sasengka mengernyit. "Ajian Talingan yang mumpuni hanya dimiliki beberapa mahaguru saja di rimba persilatan ini. Hmm, apa mungkin itu hanya kebetulan belaka mengingat dia tak bisa melihat sempurna?"

"Aku juga sempat berpikir begitu Bopo. Mana mungkin manusia miskin dan hina seperti mereka bisa kenal dengan mahaguru yang rata-rata berasal dari kasta tinggi dan kebanyakan menjadi mahaguru di istana," sahut Wisnu Adjie. "Sekedar kasihan saja, biarlah dia menjadi muridmu, Bopo!"

Danureja menatap Joko Bumi sedih. "Kau dengarkan barusan?"

"Nggak apa-apa. Memang benar Aku miskin dan hina. Ayo antar aku ke sana."

Joko Bumi berjalan perlahan dengan tongkatnya menghampiri Mpu Sasengka dan Wisnu Adjie. Di belakangnya Danureja nampak gelisah mengiringi langkah sang kakak angkat.

"Tapi Aku hanya bisa menerima satu murid saja," tegas Mpu Sasengka saat melihat Danureja juga mendekat padanya.

Danureja hendak menjawab, namun tangan Joko Bumi menahannya. "Tidak, Mpu Guru, hanya Aku saja yang ingin jadi pendekar. Danu akan tetap tinggal di rumah menemani Kakek."

"Baiklah. Ayo cepat ikut Kami masuk ke sana. Sebentar lagi para murid akan berlatih di lereng Gunung Iblis! Kamu harus ikut, Bumi," ucap Mpu Sasengka.

Wisnu Adjie tersenyum smirk. Dia sangat senang mendengar kabar itu. "Kamu pasti akan jadi pendekar setelah berlatih keras di lereng Gunung Iblis nanti, Bumi!"

Telinga Joko Bumi berdenging tiba-tiba setelah mendengar nama Gunung Iblis disebut oleh Mpu Sasengka dan Wisnu Ajdie.

"Sangga Bumi! Kemarilah!" suara ghaib dari Lembah Iblis menembus dinding waktu dan jarak hingga terdengar di telinga Joko Bumi. Dia menepis-nepis pelan telinganya. 'Siapa yang sedang dipanggil makhluk itu barusan?' pikirnya kesal karena sudah menganggu percakapannya dengan sang calon mahaguru.

"Bukankah tempat itu sangat terlarang, Kakang Wisnu?" sela Danureja cemas. Namun dia tiba-tiba teringat pesan kakek angkatnya tentang identitas Joko Bumi. Dia pun diam tak melanjutkan keberatannya. 'Mungkin ini satu-satunya jalan untuk membuatmu bisa kembali ke asalmu, Bumi!'

"Terlarang kenapa?" tanya Joko Bumi cepat.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca