Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Legenda Pendekar Satu Tangan

Legenda Pendekar Satu Tangan

Mangata Author | Tamat
Jumlah kata
136.1K
Popular
5.2K
Subscribe
612
Novel / Legenda Pendekar Satu Tangan
Legenda Pendekar Satu Tangan

Legenda Pendekar Satu Tangan

Mangata Author| Tamat
Jumlah Kata
136.1K
Popular
5.2K
Subscribe
612
Sinopsis
FantasiFantasi TimurKultivasiPendekarPertualangan
Baca Spin-off novel ini berjudul : Legenda Benua Timur. Lin Tan adalah seorang penjaga kuda istana di kerajaan Wu. Ia dikhianati oleh kakaknya sendiri. Lalu berakhir dengan kehilangan satu tangannya dan hampir tewas di tangan kakaknya sendiri. Untungnya ia diselamatkan oleh seorang pertapa yang membawanya menuju ke takdir balas dendam yang abadi. Lin Tan mendapatkan sebuah pedang dari salah satu dewa awal mula dan menjelma menjadi seorang pendekar satu tangan. Dengan kekuatan barunya itu, ia bersumpah akan mengejar kakaknya dan kelompok yang bertanggung jawab atas hancurnya tiga kerajaan. Bisakah ia menghancurkan kelompok atau sekte bernama Xue Yue itu?
1. Pengkhianatan

"Apa kau gila?! Kau ingin berkhianat pada kerajaan?" Lin Tan terduduk dengan keadaan lengan sebelah kanan telah terpotong.

Bau anyir dari darah begitu menyengat hingga mendatangkan beberapa lalat. Padang rumput yang sebelumnya hijau tiba-tiba sebagian berubah menjadi berwarna merah tua. Terlihat juga begitu banyak genangan darah yang telah terhisap menyatu masuk ke dalam tanah. Di atasnya, ratusan tubuh manusia tergeletak tak bernyawa.

Mereka tewas sambil mengenakan zirah kebanggaan dari kerajaannya masing-masing. Bendera-bendera kerajaan yang semula berkibar di langit tergeletak bersimbah darah dan tertindih oleh beberapa mayat dari prajurit.

Dan tampak langit yang sedari tadi terlihat gelap akhirnya mencurahkan air hujan dan mulai membasahi medan perang. Tidak ada yang tersisa kecuali rasa hening dan satu ucapan keras dari seorang prajurit berpangkat rendah bernama Lin Tan.

Pemuda yang baru berusia dua puluh lima tahun itu terduduk sambil menatap ke arah depannya. Ujung dari sebuah bilah pedang telah terhunus tepat di depan lehernya. Ia tidak menyangka bila di dalam perang antara dua kerajaan itu terdapat pengkhianat.

"Kau bergabung dengan mereka untuk menghancurkan dua kerajaan ini?" Lin Tan bertanya dengan mata berbinar. Ia menahan tangisnya dengan gejolak amarah yang telah berada di ujung lidah.

"Aku harus melakukannya. Dengan kalahnya dua kerajaan ini, maka kelompok Xue Yue akan bisa mengambil alih benua Zhu Lian." Orang itu menatap Lin Tan tanpa menunjukkan raut wajah marah dan kesalnya.

Tapi setelah itu, perlahan ia menurunkan pedangnya dan meninggalkan prajurit muda itu sendirian di tengah mayat-mayat prajurit lainnya.

“Selamat tinggal, Lin Tan.” Sosok itu menggunakan ilmu Qi untuk menghilang dan meninggalkan medan perang.

"Sial … kesadaranku semakin memudar!" ungkap Lin Tan.

Darah masih menetes lumayan deras dari lengan kanannya yang telah terpotong. Ia berusaha mengumpulkan tenaga yang tersisa dan berdiri semampunya. Sambil mengatur napas, satu per satu langkah kakinya bergerak menyusuri tumpukan mayat yang berada di depannya.

Lin Tan menuju ke arah hutan yang berada di sebelah kanan dirinya. Area itu yang paling terdekat baginya untuk bersembunyi dan menghindari terpaan air hujan yang turun semakin deras. Maklum saja, lima jam berperang, ia belum merasakan setetes air segar di mulutnya.

"Aku … aku harus cepat!"

Lin Tan terlihat tergesa-gesa. Langkahnya dipaksakan untuk bergerak cepat, namun tenaga yang dimilikinya tidaklah besar. Walau begitu, akhirnya ia bisa mencapai pohon pertama yang berada di pinggiran hutan. Pemuda itu pun segera merebahkan tubuhnya yang telah kehilangan banyak darah di sebuah batang pohon yang rindang.

"Seharusnya perang ini tidak terjadi. Kenapa kakak berani berkhianat dan malah pergi meninggalkan kami?!" Lin Tan berbicara sendiri. Ia tidak menyangka bila sang kakak yang merupakan panglima perang dari kerajaan Wu bisa berkhianat dan malah membunuh prajurit kerajaannya sendiri bagaikan binatang buas.

Ia juga tidak segan menghabisi panglima kerajaan Wei; lawannya, yang telah terbawa suasana karena mempercayai pengkhianatan yang dilakukan oleh kakaknya Lin Tan. Namun ia tidak menyangka bila orang itu juga mengkhianati Lin Tan dan kerajaan Wei.

Perang yang telah digagas selama satu bulan penuh akhirnya dimenangkan oleh kelompok Xue Yue yang merupakan kelompok pemberontak yang mengatasnamakan dirinya sebagai sekte iblis bulan merah.

"Apa ini akhirnya …?" pikir Lin Tan yang mulai merasakan telinganya berdengung keras.

Pandangan kedua matanya pun kian kabur. Ia bahkan melihat fatamorgana tepat di depan matanya. Halusinasi itu mengantarkan dirinya ke desanya yang berada di kerajaan Wu, kerajaan yang berada di wilayah timur. Di desa itu, ia tinggal berdua dengan kakaknya. Sehari-hari dirinya bekerja sebagai pemelihara kuda-kuda di istana.

Namun ketika berita perang tersiar ke seluruh penjuru negeri, para panglima meminta kesediaan para masyarakat dan beberapa abdi dalem istana untuk berpartisipasi dalam pemilihan para prajurit yang akan berperang.

Sayangnya, gagasan itu diperintahkan langsung oleh Yu Tan; kakak dari Lin Tan. Ia telah menciptakan pemberontakan dari dalam, jauh sebelum perang dimulai.

"Kakak … aku bersumpah akan mencari dan menanyakan semua alasan kenapa kau berkhianat!" Lin Tan tidak bisa menjaga kesadarannya.

Ia kehilangan dirinya dan tidak sadarkan diri dengan keadaan duduk dibawah pohon yang besar. Namun tidak beberapa lama berselang, angin yang lumayan kencang menerpa pepohonan di hutan itu. Ada sesosok makhluk yang tampak seperti angin tapi berwujud layaknya manusia. Ia menarik tubuh Lin Tan ke dalam gelapnya hutan.

***

Ketika purnama telah bersinar begitu terangnya, bersamaan dengan barisan titik-titik gemerlap bintang dilangit, pemuda itu membuka kedua matanya. Ia mendengar rintik air yang jatuh. Begitu keras hingga menciptakan gema suara yang lumayan besar.

"Di … di mana aku?" tanya Lin Tan. Ia melihat ke arah sekitarnya.

Gelap, lembab, licin dan berbau tidak sedap. Langit-langitnya juga dihiasi oleh beberapa benda lancip yang menjorok ke bawah. Ia baru memahami bila dirinya sedang berada di dalam sebuah gua. Namun ia tidak tahu lokasi gua itu di mana.

"Akh! Sakit sekali!" Ia berusaha untuk duduk dan menyegarkan kesadaran dirinya.

Ada cahaya yang terpantul dan membias ke dalam gua. Ia tahu bila cahaya itu berasal dari mulut gua. Lin Tan pun berusaha untuk menggapai dinding gua yang terasa licin dan basah. Perlahan dirinya berjalan sambil berpegangan pada dinding gua yang terlihat tidak mulus.

"Halo! Apa ada orang di sini?!" teriak Lin Tan.

Ia tahu bila tubuhnya pasti dipindahkan oleh seseorang. Namun ia tidak menemukan seseorang di dalam gua itu.

"Aku tahu kau yang memindahkan tubuhku ke sini! Tolong tunjukkan dirimu! Aku hanya ingin berterima kasih!" Ia kembali berteriak. Gema suaranya tampak memecah kesunyian gua.

"Apa yang hendak kau cari diluar sana, anak muda?" Tiba-tiba ada suara yang lumayan lirih, namun begitu berat, terdengar dari arah belakang Lin Tan.

Pemuda itu langsung menoleh ke belakang. Tampak ia begitu terkejut ketika melihat sesosok pria tua berambut putih panjang terurai hingga ke punggung. Ia mengenakan pakaian lusuh yang tampak kotor. Di tangan kanannya terdapat tongkat kayu dengan bentuk agak bengkok.

"Siapa kau? Apa kau yang membawaku ke sini?" tanya Lin Tan.

"Kau hampir saja menyeberang ke alam lain. Aku mendengar kau sedang memaki seseorang hingga meneteskan beberapa air mata. Dan tidak lama setelah itu, aku melihatmu tidak sadarkan diri," ungkap pria tua itu.

Lin Tan teringat dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya; Yu Tan. Ia tidak menyangka bila ingatan akan perang itu masih terbesit jelas di dalam pikirannya. Banyak darah dan tubuh para prajurit yang tergeletak begitu saja bagaikan bangkai seekor binatang.

"Maaf, aku tidak ingin membicarakannya," sahut Lin Tan yang memilih untuk berpaling dan duduk di atas batu pipih sambil menghadap ke arah luar mulut gua.

Sinar rembulan merangsak masuk tanpa ada penghalang. Lin Tan merasa sangat beruntung ia masih bisa melihat indahnya purnama setelah bergumul dengan takdir yang mematikan.

"Perang besar yang kau saksikan dan yang kau ikuti adalah salah satu kunci untuk mengubah peta pertempuran dari ketiga kerajaan. Menurutmu, siapa yang paling diuntungkan dengan hancurnya kedua kerajaan itu?" tanya si pria tua.

"Aku tidak tahu. Yang pasti para prajurit yang telah gugur dan semua keluarga mereka. Bahkan aku sendiri merasa tidak diuntungkan dengan perang ini. Namun setelah pengkhianatan yang dilakukan oleh kakakku, aku jadi tahu siapa yang paling diuntungkan," ungkap Lin Tan.

"Katakanlah … aku ingin tahu," balas pria tua itu.

"Kelompok pembunuh bayaran yang dianggap sebagai mitos atau cerita belaka. Mereka adalah kelompok legenda di dunia hitam yang entah kenapa bisa kembali muncul di hari ini," ungkap Lin Tan.

Pria tua menghentikan pemuda di sampingnya untuk berbicara. Ia melihat kepalan erat pada satu tangan Lin Tan yang tersisa. Ada rasa amarah yang coba diluapkan oleh pemuda itu. Namun juga terlintas sedikit rasa sedih yang ingin dilampiaskan olehnya.

"Aku tahu tentang kelompok itu. Dan aku akan menjelaskannya kepadamu nanti, setelah aku tahu apa yang akan kau lakukan setelah ini," ungkap pria tua.

"Apa yang bisa kulakukan? Lihatlah! Aku buntung! Apa yang bisa kulakukan dengan satu tangan ini?! Tidak ada, bukan?!" Lin Tan berdiri dan seakan membentak pria tua atas keadaannya.

"Kau mengkhawatirkan satu tangan yang telah direnggut darimu? Lalu bagaimana denganku? Apa aku harus mengkhawatirkan kedua mataku?" Pria tua itu ternyata tidak bisa melihat. Ia buta dan tongkat yang digunakan olehnya adalah alat untuk menuntun dirinya.

"Ma … maafkan aku … aku tidak tahu bila kau … tidak bisa melihat." Lin Tan tidak bisa berkomentar apa pun lagi. Ia merasa lebih beruntung dari pada pria tua di depannya.

Xin Lian meminta pemuda itu untuk duduk kembali. Ia menginginkan Lin Tan untuk memberitahukan keputusan apa yang akan diambilnya. Pria tua tampak tersenyum sambil menepuk punggung pemuda di sampingnya. Ia seakan sedang menunjukkan ketegaran dan kesabaran hati yang begitu tangguh kepada Lin Tan.

"Aku ingin menanyakan langsung ke kakakku. Aku ingin tahu alasan kenapa ia berkhianat dan kenapa ia memilih kelompok bajingan itu! Aku bersumpah akan memburunya! Meski nyawa ini sebagai taruhannya!" Keteguhan dan tekad dari Lin Tan dirasakan oleh si pria tua.

Suara dari pemuda di sampingnya telah menunjukkan betapa bersungguh-sungguhnya ia hingga tidak bisa diganggu gugat.

"Kau prajurit biasa, 'kan? Bagaimana caramu menandingi kakakmu yang telah bergabung dengan kelompok Xue Yue? Bukankah seharusnya kau harus menjadi lebih kuat terlebih dahulu?" Xin Lian menoleh ke arah pemuda itu.

"Aku akan menjadi pendekar pedang. Aku akan melampaui batasku dan menjadi yang terkuat! Aku bersumpah akan membuat ia membayarnya!" Kesungguhan hati pemuda itu telah membuat Xin Lian tersenyum.

"Kalah begitu, kau akan kulatih dan kujadikan pendekar tangan satu paling kuat di wilayah tiga kerajaan ini. Jangan hanya terpaku pada kakakmu saja, namun carilah anggota dari sekte Xue Yue yang lainnya. Habisi mereka dan bawalah kedamaian di tanah ini," ungkap Xin Lian.

"Pasti akan kulakukan!" Semangat Lin Tan tampak menggebu-gebu.

Namun ada pertanyaan lain di dalam hatinya yang masih tersendat di lidahnya.

"Sebelumnya … aku minta maaf. Apa kau yakin bisa membuatku menjadi pendekar? Maksudku, lihat saja dirimu. A–Aku masih ragu …." Lin Tan menyeringai kecil.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca