Kapal Pesiar Laut Dalam Negara Cahayana

Charles Kelano, pria berwajah tampan dengan tinggi 195 cm itu terlihat mencolok di atas dek kapal. Wajahnya yang tampan itu memancarkan pesona yang tak terbantahkan oleh setiap wanita yang memandang. Garis wajah yang tegas dan keras, alis tebal bak pedang dan mata tajam yang bercahaya. Setiap wanita yang didekatinya pasti tak akan menolak. Namun Charles Kelano bukan pria yang demikian.

“Tampan, sungguh sesuai dengan seleraku,” ucap seorang wanita cantik dan seksi ketika menatap Charles.

Pesona Charles malam itu tidak main-main. Mantel hitam yang dia kenakan semakin memancarkan wajah tampannya, sepatu yang ada di kakinya membuat tubuh tegap dan gagahnya bergitu kentara. Hal ini lah yang membuat Merry Andriani terpikat.

Wanita cantik dengan penuh pesona dan daya pikat itu nyatanya terpikat dengan Charles. Dengan keberaniannya, Merry mendekati Charles. Ya, dia menginginkan Charles sebagai penghangat ranjangnya.

Padahal sedari tadi banyak pria yang menggodanya, namum dia bersikap acuh tak acuh. Tujuannya malam itu adalah mendapatkan pria paling tampan di kapal.

Mery adalah wanita yang penuh ambisi, apa yang diinginkan haruslah terwujud. Ya seperti itulah dirinya. Apalagi dia memiliki wajah cantik serta tubuh yang seksi, seolah itu adalah senjata yang tidak akan pernah ditolak oleh pria manapun.

Sraaak

“Jadilah milikku malam ini, maka hidupmu pasti akan terjamin,” ucap Mery seraya melemparkan cek senilai 100 juta. Wajahnya yang cantik, dengan balutan dress berwarna merah dengan model sabrina itu, ditunjukkan untuk memikat lawannya.

Tapi apa yang terjadi, Charles bergeming. Dia bahkan memalingkan wajahnya untuk menatap lautan yang begitu luas. Baginya ucapan Mery hanya seperti nyamuk yang berdengung di telinga. Sungguh mengganggu.

“Tampan, apa uang ini masih kurang banyak? Aku bisa memberimu lebih dari ini. Jadi terimalah, dan buat aku senang malam ini. Apa kau tahu siapa aku?” Mery terus meminta Charles, dia bahkan menarik kursi yang ada di sisi lain untuk duduk disebelah Charles.

“Pergi!” Charles bicara dengan nada dingin. Dia tak sedikitpun melirik ke arah Mery meski wanita itu mencoba untuk menggodanya dengan menurunkan kerah dress nya hingga belahan dadanya terlihat.

Mery sangat menginginkan Charles, maka dia tidak akan mundur hanya dengan gertakan seperti itu. Ya, bagi Mery itu hanyalah sebuah gertakan. Dia merasa Charles saat ini hanya jual mahal saja.

“Jangan jual mahal, sayang. Kau tidak tahu siapa aku. Aku adalah salah satu orang yang punya kekuasaan besar di kota Lentera. Kau benar-benar akan hidup nyaman jika menerima tawaranku, sayang. Jadi, kemarilah. Raih tanganku dan puaskan aku malam ini. Apa kau tahu, tubuhku ini sudah sangat ingin disentuh oleh mu," ucap Mery dengan lebih berani.

Wanita ternyata tidak menyerah. Dia bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati Charles. Tanpa pikir panjang, Mery duduk di pangkuan pria itu seraya meraba dada Charles. Matanya membelalak ketika merasakan dada bidang Chatles. Otot-otot itu sungguh terbentuk dengan sempurna. "Sial, hampir saja air liurku menetes," ucap Mery dalam hati. Saat ini dia sudah membayangkan bagaimana perkasanya Charles di ranjang. Sungguh sangat tidak sabar sekali Mery dibuatnya.

Deg!

Mata Charles menatap tajam penuh dengan kebencian mendapat perlakuan dari Mery. Dia segera beranjak dari duduknya dan hampir membuat Mery terjatuh. Bahkan jika Mery terjatuh pun, Charles sama sekali tidak peduli.

Tapi bukannya takut dengan tatapan nyalang dari Charles, Mery malah semakin gencar merayu Charles dengan meraba dadanya. Dia dengan lancang merabaha paha Charles. Mery masih berpikir bahwa Charles jual mahal. "Tidak akan ada pria yang menolak pesona ku," gumamnya lirih.

Plak!

Auchhh!

Mery memekik, matanya membulat sempurna saat merasakan pipinya kebas karena tamparan pria itu. Seumur hidup dia tidak pernah diperlakukan seperti ini.

“Kau!” Mery memegangi pipinya yang sakit. Matanya memicing tajam bahkan dia menunjuk Charles dengan jari telunjuknya.

“Apa? aku sudah menyuruhmu pergi bukan? Tapi kau tak mengindahkan ucapanku, aku tidak peduli siapa kamu. Enyah dari hadapanku sekarang juga, jika tidak maka aku akan membunuhmu sekarang juga di sini.”

Aura pembunuh menyelimuti tubuh Charles. Semua orang yang ada di dek kapal itu begitu ketakutan termasuk Mery. Wanita itu memegangi pipinya, tubuhnya bergetar dan akhirnya lari dari hadapan Charles. Dia lari tunggang langgang membawa rasa malu dan marah secara bersamaan.

Kejadian itu ternyata menarik perhatian seorang kakek dan cucunya.

“Kek, wanita itu adalah simpanan dari Riky Hibiwo. Wakil ketua Perusahaan Perdagangan Mahkota di kota ini,” ucap Hannah.

“Pria itu dalam masalah. Apa kita harus memberitahunya?” Sang kakek ingin beranjak. Tapi oleh Hannah ditahan.

“Tidak, jangan! Kita tidak bisa memberitahunya. Organisasi itu sangat berkuasa dan dibelakangnya ada keluarga Muliawan. Tidak ada satu orang pun yang berani menentangnya, pria itu pasti akan dapat masalah. Dan juga Kek, sehebat apapun orang luar tak akan ada yang bisa melawan mereka. Kita tidak dalam situasi bisa menolong orang lain, saat ini kita fokus saja dengan kesehatan kakek. Lebih baik kita diam saja.” Hannah berkata panjang lebar. “Bahkan naga kuat pun tak bisa mengalahkan ular tanah,” imbuh Hannah.

Sang kakek akhirnya paham dan mengerti maksud dari cucunya. Ia urung memberitahu Charles tentang Mery Andriani.

Setengah jam kemudian, kapal pesiar merapat di pelabuhan Kota Lentera. Begitu kapal berhenti, Riky langsung datang dengan belasan anak buahnya.

“Itu, pria itu yang menamparku tadi. Dia yang menggodaku, padahal aku sudah bilang kalau aku kekasihmu. Tapi dia malah menamparku. Hiks, ini sangat sakit sayang.”

Riky tampak seperti preman kelas kakap, ia mengenakan kemeja bunga, rantai emas besar di leher, wajah penuh amarah. Saat pertama kali melihat ketampanan luar biasa Charles, dia sempat tertegun, namun segera menguatkan hati. Demi menjaga harga diri dan wanita simpanannya.

“Berlututlah dan minta maaf kepada kekasihku. Dan jilat sepatuku, kalau tidak aku akan membunuhmu,” ucap Riki dengan tawa merendahkan.

Charles hanya menatap dingin dan berkata, “Minggir! Segala sesuatu hanya ku beri tiga kali peringatan. Jika kau masih tak pergi, maka kau takkan punya kesempatan lagi.”

Riky marah besar. Dia mengambil pistol dari anak buahnya, lalu menodongkan ke kepala Charles. “Jangan berlagak, cepat berlutut atau peluru ini akan menembus kepalamu.”

Namun, saat suasana semakin tegang, tiba-tiba dari kejauhan di dermaga muncul ribuan prajurit berzirah hitam. Barisan mereka rapi, langkah serentak, setiap hentakan kaki membuat laut bergelora hingga kapal pesiar berguncang. Aura membunuh yang terpancar dari pasukan itu membuat semua orang di kapal bergidik ngeri. Sudah jelas, ini adalah pasukan elit yang telah melalui ratusan pertempuran berdarah.

“S-siapa orang-orang itu?”