Hujan turun deras di Kota Ravenshade, membasahi jalanan yang penuh genangan dan memantulkan cahaya neon dari papan reklame yang berkelip-kelip. Malam itu, angin dingin membawa aroma bensin dan asap rokok, khas kota yang tak pernah benar-benar tidur.
Adrian Kane duduk di dalam mobilnya yang terparkir di tepi jalan, menyalakan rokok dengan tangan yang sedikit gemetar. Ia sudah terbiasa dengan malam-malam seperti ini—malam di mana pekerjaan datang bukan dari orang baik, melainkan dari mereka yang terlalu putus asa untuk meminta bantuan polisi.
Teleponnya bergetar. Satu pesan masuk.
"Hotel Mirabelle, kamar 908. Aku punya pekerjaan untukmu. Datang sendiri."
Tanpa nama pengirim. Tidak ada tanda tangan. Hanya pesan singkat yang penuh kehati-hatian.
Adrian menghela napas panjang, membuang puntung rokoknya ke trotoar, lalu menyalakan mesin mobilnya. Hotel Mirabelle bukan tempat biasa—itu adalah tempat bagi orang-orang kaya yang ingin bertemu dalam bayang-bayang, jauh dari mata publik. Jika seseorang mengundangnya ke sana, berarti pekerjaan ini bukan sekadar pencarian suami selingkuh atau penagihan utang kecil.
Ini sesuatu yang besar.
Hotel Mirabelle, Kamar 908
Pintu kamar terbuka dengan bunyi klik halus ketika Adrian mengetuk. Di dalam, seorang wanita berdiri di depan jendela besar, punggungnya menghadap Adrian. Siluet tubuhnya ramping, dibalut gaun hitam yang membentuk lekukannya dengan sempurna.
"Adrian Kane?" suara wanita itu lembut, tetapi ada ketegasan di dalamnya.
"Itu kata mereka," jawab Adrian, menutup pintu di belakangnya.
Wanita itu berbalik, menatapnya dengan mata hijau tajam. Wajahnya cantik, tetapi ada sesuatu di balik ekspresi dinginnya—sebuah kelelahan, atau mungkin ketakutan yang berusaha ia sembunyikan.
"Aku butuh bantuanmu," katanya sambil berjalan mendekat. "Anak seorang miliarder, Leon Hartmann, diculik dua hari lalu. Polisi tidak bisa dipercaya. Aku ingin kau menemukannya."
Adrian menyipitkan mata. "Dan siapa kau sebenarnya?"
Wanita itu terdiam sejenak sebelum menjawab, "Evelyn Moreau. Aku... asisten pribadi ayahnya."
Adrian memperhatikan gerakan tangan Evelyn saat ia berbicara—halus, tapi sedikit gemetar. Dia tidak mengatakan semuanya, itu jelas. Tapi untuk saat ini, Adrian membiarkannya.
"Penculiknya meminta uang tebusan?"
Evelyn menggeleng. "Tidak ada tuntutan. Tidak ada pesan. Seolah-olah mereka tidak menginginkan uang."
Adrian menghela napas, menyadari bahwa ini lebih buruk dari yang ia kira. Penculik yang tidak meminta tebusan berarti mereka punya agenda lain.
"Apa kau punya petunjuk?"
Evelyn merogoh tasnya, mengeluarkan sebuah amplop dan menyerahkannya. "Ini semua yang kami miliki. Terakhir kali Leon terlihat, dia sedang keluar dari klub malam bernama Oblivion. Setelah itu, dia menghilang."
Adrian membuka amplop itu dan menemukan beberapa foto Leon, sebuah rekaman CCTV kabur, serta selembar catatan kecil dengan tulisan tangan:
"Jangan percaya siapa pun. Bahkan aku."
Adrian menatap catatan itu beberapa detik sebelum bertanya, "Siapa yang menulis ini?"
Evelyn menggigit bibirnya. "Leon sendiri, beberapa jam sebelum ia menghilang."
Adrian merasakan sesuatu yang dingin menjalar di punggungnya. Ini bukan penculikan biasa. Dan kini, ia sudah terlibat.
Di luar, hujan terus mengguyur kota, seakan memberi peringatan bahwa perjalanan ini akan menjadi lebih gelap dari yang ia duga.
---