Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Sistem Penakluk Wanita

Sistem Penakluk Wanita

Nathan Diamond | Bersambung
Jumlah kata
201.5K
Popular
15.5K
Subscribe
587
Novel / Sistem Penakluk Wanita
Sistem Penakluk Wanita

Sistem Penakluk Wanita

Nathan Diamond| Bersambung
Jumlah Kata
201.5K
Popular
15.5K
Subscribe
587
Sinopsis
18+PerkotaanAksiHaremSistem21+
Bercerita tentang Nathan, seorang pemuda yang baru pulang dari tambang. Jadi pekerja kasar demi Lisa, tunangannya. Tapi, saat tiba di rumah Lisa dengan cincin emas untuk melamar Lisa, ternyata Lisa telah memiliki Boy, pria idaman lain yang telah mengisi hati Lisa saat Nathan pergi bekerja berbulan-bulan di tambang. Bahkan uang tabungan Nathan yang selama ini dititipkan pada Lisa, telah Lisa pakai untuk modal usaha cafe yang dirintis Boy. Nathan sangat kecewa. Rasanya dia seperti mau gila. Tapi saat itulah suara mekanis terdengar di telinganya. [DING! Mendownload sistem untuk host. Host mendapatkan sistem keperkasaan di atas ranjang level 1] Nathan kaget. "aku punya sistem? Tapi untuk apa sistem itu?" [Ding! Host tinggal pilih. Berteriak seperti orang gila dan dapat uang 10 juta, atau masuk ke kamar ibunya Lisa, menggunakan sistem keperkasaan di atas ranjang level 1 pada ibunya Lisa dan mendapatkan uang 300 juta.] Nathan pun memilih yang kedua. Sejak itu, sistem selalu menghadirkan tantangan bagi Nathan untuk menaklukkan para wanita, dan uang melimpah ditransfer ke perbendaharaan Nathan. Setiap wanita siap untuk ditaklukkan Nathan.
1 Cinta Tulus yang Dikhianati

Nathan menghela napas panjang, debu dan keringat yang melekat di kulitnya seolah menjadi saksi bisu perjalanan panjangnya. Tas ransel usang yang digantungkannya di pundak terasa berat, bukan hanya oleh beban fisik, tetapi oleh semua jerih payah selama berbulan-bulan di lubang tambang yang gelap dan pengap. Matanya, yang telah lama hanya memandang batu dan mineral, kini haus untuk memandang satu hal: wajah Lisa.

Dia masih bisa mencium aroma Lisa, wangi melati yang selalu menenangkannya di malam-malam dingin yang menyepi di barak tambang. Itulah yang membuatnya bertahan. Setiap kali palu godam menghantam batu, setiap kali tangannya lecet, setiap kali rasa capek hampir mengalahkannya, dia akan menggenggam erat liontin kecil di sakunya—foto Lisa yang tersenyum. Dia berjanji padanya. Janji tentang masa depan.

“Tunggu aku, Sayang,” bisiknya malam sebelum kepergian, menatap mata Lisa yang berbinar. “Aku akan pergi, bekerja keras. Aku akan tabung setiap sen-nya di buku tabunganmu. Saat aku kembali, aku akan melamarmu, kita akan punya rumah kecil, dan kita akan memulai hidup kita.”

Lisa mengangguk, air matanya menggenang. “Aku akan menunggumu, Nathan. Hati-hati di sana.”

Dan Nathan menepati janjinya. Dia mengambil shift double, makan seadanya, dan menahan rindu yang menggerogoti. Uangnya dikirimkan bulanan kepada Lisa, untuk ditabung. “Kau yang pegang, Sayang,” tulisnya dalam satu pesan singkat yang mahal karena sinyal yang jarang ada. “Untuk masa depan kita.”

Di tasnya sekarang, terasa berat dan berharga, sebuah kotak velvety kecil. Sebuah cincin emas sederhana dengan sebuah permata kecubung, batu kelahiran Lisa. Bukan yang mewah, tetapi ini adalah hasil dari tiga bulan kerja extra tanpa henti. Ini adalah simbol dari semua pengorbanannya.

Dia membayangkan ekspresi Lisa. Kaget, lalu tersipu, lalu air mata kebahagiaan. Dia akan mengangguk, dan Nathan akan melingkarkan cincin itu di jari manisnya. Adegan itu diputarnya berulang-ulang dalam kepalanya selama perjalanan pulang.

Dia sampai di depan rumah Lisa. Rumah yang familiar dengan taman kecil yang selalu dirawat ibunya. Jantungnya berdebar kencang, dipenuhi adrenalin dan rindu yang tak terbendung. Dia membetulkan baju flanelnya yang usang, berharap dia terlihat lebih baik.

Dia mengetuk pintu, senyum sudah mengembang di wajahnya.

Namun, yang membuka pintu bukanlah Lisa, atau ibunya. Seorang lelaki dengan kemeja linen putih yang rapih, celana chino, dan sepatu loafers mengkilap menyandang pintu. Dia terlihat nyaman, seperti dia adalah pemilik rumah ini.

“Ya?” kata lelaki itu dengan alis terangkat. “Bisa dibantu?”

Nathan terdiam sejenak, otaknya mencoba memproses. “Saya… saya Nathan. Saya mau ketemu Lisa.”

Wajah lelaki itu berubah, dari sikap acuh menjadi sebuah senyum kecil yang hampir seperti meremehkan. “Oh,” katanya. “Nathan. Si penambang. Lisa bilang kau akan pulang hari ini. Masuklah.”

Si penambang? Lisa bilang? Nathan masuk, perasaan tidak enak mulai menggelayuti hatinya. Suasana di rumah ini terasa berbeda. Ada aroma kopi yang mahal dan furnitur baru.

Dan kemudian, Lisa muncul dari dapur. Dia lebih cantik dari yang dia ingat. Rambutnya ditata rapi, memakai dress musim panas yang elegan. Tapi yang membuat Nathan membeku adalah cara dia berdiri—dekat dengan lelaki asing tadi, lengannya bersentuhan.

“Nathan,” ucap Lisa. Suaranya datar, tidak ada kehangatan, tidak ada kejutan yang dia harapkan.

“Lisa, aku…” Nathan mencoba mencari kata-kata, tangannya meraih tasnya. “Aku pulang.”

“Aku sudah lihat itu,” jawab Lisa, matanya tidak mau bertemu dengan Nathan.

Lelaki itu melingkarkan tangannya di pinggang Lisa. sebuah gestur kepemilikan yang membuat perut Nathan mual.

“Nathan, ini Boy,” kata Lisa, akhirnya menatap Nathan, tapi matanya dingin. “Dia… pacarku.”

Dunia Nathan seakan runtuh. Suara gemuruh di telinganya menenggelamkan segala sesuatu. Dia mendengar kata-katanya sendiri, terasa jauh, “Apa? Pacar? Lisa, kita… kita bertunangan. Aku pergi bekerja untuk kita.”

Boy menyeringai. “Dunia berputar, teman. Kau pergi berbulan-bulan, meninggalkannya sendirian. Aku datang, kami bertemu di kafe tempat dia kerja paruh waktu. Hal itupun terjadi.”

“Hal terjadi?” Nathan membentak, darahnya mendidih. “Aku di tambang, bekerja seperti budak, memikirkanmu setiap detik! Dan kau… kau…” Dia melihat sekeliling. Televisi flatscreen baru, sofa kulit, mesin kopi mahal di sudut. Barang-barang yang tidak mungkin bisa dibeli keluarga Lisa.

Lalu, sesuatu yang lebih mengerikan menyergap pikirannya. Uangnya. Tabungannya.

“Lisa,” desisnya, suaranya serak. “Uangku. Uang tabungan kita. Di mana?”

Wajah Lisa berubah pucat. Boy mendekat, sikapnya lebih defensif.

“Tentang itu…” Lisa mulai, menggigit bibirnya.

“Kami gunakan untuk modal,” sela Boy dengan lancarnya. “Kami membuka kafe kecil. Our Corner Cafe. Ideku, tentu saja. Lisa setuju. Itu investasi yang lebih baik daripada hanya menunggu.”

Nathan merasa seperti ditinju di ulu hatinya. Napasnya tersengal. Semua rasa sakit di ototnya, semua malam yang dingin dan sepi, semua itu untuk ini. Untuk dikhianati. Untuk dirampok oleh wanita yang dia percayai.

“Kau… kau pakai uangku… uang hasil keringatku… untuk modal usaha… dengan dia?” Nathan menggigit, setiap kata terasa seperti kaca di mulutnya.

“Ini bukan hanya untukku, Nathan!” balas Lisa, tiba-tiba defensif. “Ini untuk masa depanku! Boy punya visi, dia punya rencana! Apa yang kau tawarkan? Hidup pas-pasan sebagai istri penambang? Aku butuh lebih dari itu!”

Nathan terdiam. Rasa sakit, kemarahan, dan pengkhianatan yang begitu dalam membuatnya lumpuh. Dia melihat wanita yang dicintainya, dan yang dia lihat sekarang adalah seorang yang asing, serakah, dan dingin. Rasanya dunia berputar. Dia merasa seperti ingin berteriak, memecahkan segala sesuatu, atau mungkin justru menjerit dan menjadi gila. Kepalanya pusing, penglihatannya berkunang-kunang. Dia merasakan kegilaan menjalar di urat nadinya.

Ini tidak benar. Ini mustahil. Aku pasti bermimpi.

Tepat saat dia pikir dia akan meledak, atau jatuh pingsan, sebuah suara yang sama sekali tidak manusiawi, jernih, dan mekanis, menggema di dalam kepalanya, memutus semua pusaran pikiran kacau itu.

[DING! Sistem sedang mengunduh untuk host. Host telah mendapatkan Sistem Kekuatan Ranjang Level 1.]

Nathan mengerjapkan matanya, terkesiap. Dia melihat sekeliling. Lisa dan Boy masih menatapnya dengan campuran rasa tidak nyaman dan sikap sok superior. Mereka tidak mendengar apa-apa. Itu hanya ada di kepalanya.

"Aku… aku punya sistem?" pikirnya, bingung. Seperti di novel atau game? Tapi… untuk apa? Di saat seperti ini? Rasa absurditasnya hampir mengalahkan rasa sakitnya. Aku dapat sistem kekuatan ranjang? Apa gunanya? Untuk mempermalukan diriku lebih jauh?

[Ding!] suara itu kembali bersarang di pikirannya. [Host diberikan pilihan. Pilihan A: Berteriak seperti orang gila di depan mantan dan kekasih barunya. Hadiah: Uang 10 juta Rupiah langsung ditransfer.]

Nathan hampir tertawa getir. Berteriak seperti orang gila? Itu hampir saja dilakukannya tanpa sistem ini. Dan 10 juta? Itu bahkan tidak sepersepuluh dari uang yang dicurinya.

[Pilihan B:] lanjut suara mekanis itu, dengan nada yang sama datarnya. [Masuk ke kamar ibu Lisa, dan gunakan Sistem Kekuatan Ranjang Level 1 pada ibunya Lisa. Hadiah: Uang 300 juta Rupiah langsung ditransfer.]

Nathan terengah. Pikirannya nyaris tidak bisa mencerna. Apa? Itu gila. Itu tidak bermoral. Itu jahat. Ibunya Lisa, Bu Sari, adalah wanita baik yang selalu memperlakukannya dengan ramah. Dia seorang janda yang hidup sederhana.

Dia menatap Lisa. Dia melihat cara Boy memandangnya seperti melihat sampah. Dia melihat cincin emas di kotak velvety-nya, yang tiba-tiba terasa sangat murah dan menyedihkan. Dia mengingat lorong-lorong tambang yang gelap, rasa rindu yang menyiksa, dan pengkhianatan yang lebih perih dari pukulan mana pun.

Kekecewaannya berubah menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang gelap, dingin, dan penuh perhitungan. Amarah yang membara itu padam, digantikan oleh es yang membeku.

Mereka telah merampoknya. Mereka telah menghancurkan mimpinya tanpa penyesalan. Lisa memilih Boy karena uang dan "visi"-nya, bukan?

Baiklah. Jika itu permainannya, dia akan bermain. Dan dia akan bermain untuk menang.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca