"Jadi kamu bilang kamu sudah melewati lebih dari 300 ribu kali hari ini?"
"Ya! Tepatnya seribu tahun, hari ini tepat seribu tahun."
Di dalam bar dengan cahaya lampu yang mencolok, seorang pria dan wanita tengah berbicara dengan suara rendah sambil tertawa di sudut yang remang-remang.
"Tsk, tsk." Dengan riasan smokey-eye dan rambut berwarna-warni, Selina menggelengkan kepala dan mencibir, " Inikah caramu mendekati seorang wanita dengan membuat cerita yang aneh? Metodenya benar-benar kuno, tapi ceritanya cukup menarik."
"Semua yang kukatakan itu benar," kata Robert sambil menggoyangkan gelas anggur merahnya dan tersenyum.
"Benarkah? Kamu tidak takut aku akan menyebarkannya? Kita baru saja berkenalan, kenapa kamubegitu percaya padaku?" Selina meledek dalam Bahasa Indonesia.
"Apa hubungannya? Sejauh yang kutahu, semuanya akan diatur ulang besok. Oh tidak, lebih tepatnya, aku adalah orang yang tidak punya hari esok. Saat aku terbangun lagi, kita akan menjadi orang asing," ujar Robert sambil mengangkat bahu.
"Bohong! Apa kamu tidak pernah begadang? Tidak tidur."
"Aku telah mencoba berkali-kali, tapi aku akan tertidurtanpa bisa mengendalikannya."
"Heh, aku sama sekali tidak percaya padamu," kata Selina. dia tidak memedulikan Robert dan mulai melihat ponselnya.
Awalnya hari ini dia memiliki janji untuk pergi ke bar bersama sahabatnya, tapi meski dia sudah tiba di sini lebih dari satu jam, sahabatnya masih belum datang.
Ini adalah Robert yang tiba-tiba datang dan mengajaknya ngobrol, Selina yang sedang bosan memilih untuk berbincang sebentar dengannya Robert. Tidak disangka, ternyata Robert adalah orang gila yang mengklaim dirinya telah menjalani reinkarnasi selama seribu tahun.
"Sahabatmu tidak akan datang lagi," kata Robert dengan lembut.
"Hm?" Selina mengangkat kepala dan menyipitkan mata, "Bagaimana kamu bisa tahu sahabatku?"
"Sudah kubilang, hari ini adalah hari yang sama bagiku, ini bukan pertama kalinya aku bertemu denganmu. aku sering datang ke bar ini. Aku kenal semua orang yang datang hari ini." Robert tertawa sambil menyeruput minumannya.
"Lalu kenapa sahabatku tidak datang? Apa kamu tahu?" Selina mencoba untuk mengungkap kebohongan Robert.
"Pacarnya tiba-tiba pulang dan memberinya kejutan, jadi dia tidak bisa datang lagi," kata Robert sambil melihat jam tangannya, "Dalam 9 menit 13 detik lagi, dia akan meneleponmu untuk memberitahu kalau dia tidak bisa datang."
"Akurat sampai detik?" Kata Selina sambil melihat waktu di ponselnya, lalu dia berkata, "Sekarang jam 10 malam 07 menit! Baik! Aku akan menunggu 9 menit lagi. Kalau dia tidak meneleponku, mari kita lihat bagaimana kita akan memperhitungkannya!"
"Oke!" Robert miringkan kepalanya, mengangkat gelasnya kepada Selina.
Selina dan Robert saling bersulang.
"Eh? Tadi kamu bilang kamu kenal baik dengan semua wanita cantik di kota ini yang memiliki penampilan dengan nilai 8 poin (dari total 10 poin) atau lebih, benarkah itu?" Selina bertanya lagi.
Dia juga merasa bosan, sehingga dia pun mencari topik untuk berbicara. Mendengarkan cerita yang dikarang oleh orang yang gila juga sangat menarik.
"Ya, aku kenal semuanya. Sangat kenal." Robert menganggukkan kepala, lalu tersenyum menambahkan, "Tapi hidupku diulang setiap hari. Aku mengenal mereka, mereka, tapi sekarang mereka tidak mengenaliku."
"Jadi ka ... kamu hanya punya satu hari untuk mengenal mereka, satu hari sudah cukup?" Selina ingin lagi mengungkap kebohongan Robert.
"Satu hari tentu tidak cukup, hanya beberapa yang bisa. Untuk yang lainnya, aku harus memahami mereka lebih dulu."
"Misalnya, aku menghabiskan lima hari untuk menyelidiki seorang gadis. Meskipun lima hari itu berulang dalam hal waktu, mungkin pada hari keenam dia tidak mengenaliku, tapi aku sudah mengetahui selera, pandangan hidup, karirnya dan lain sebagainya."
"Jadi, saat aku bertemu dengannya lagi, aku akan berperilaku sedemikian rupa sehingga dia akan merasa aku adalah belahan jiwanya."
"Sebenarnya ada satu keuntungan dari pengulangan yang konstan, yaitu bisa melakukan kesalahan sebanyak-banyaknya tanpa perlu khawatir meninggalkan kesan buruk. Dari banyak wanita yang telah kutemui, yang paling sulit untuk ditemui membutuhkan waktu 36 hari dan melakukan begitu banyak kesalahan sebelum akhirnya berhasil."
"Jadi menurut kata-katamu .... Apa artinya kalau kamu melakukan hal ini? Sekarang mereka tidak mengingatmu," tanya Selina.
"Hidupku yang terus menerus diulang memang tidak ada artinya. Kalau memang harus mencari artinya ...." Robert menatap gelas anggurnya sejenak, lalu melirik ke Selina sambil tersenyum tipis, "Mencegah diri sendiri menjadi gila, mungkin? Terperangkap dalam hari yang sama selama seribu tahun sungguh membosankan. Aku harus melakukan sesuatu, memahami orang, mengenang kenangan yang cukup menarik."
Robert berani mengatakan apa saja.
Karena tidak masalah, semua akan dimulai kembali lagi besok.
"Jadi, berapa total wanita cantik yang kamu kenal?" Selina bertanya lagi.
"Sebenarnya tidak banyak, aku sangat ketat dalam menilai penampilan wanita. Di Kota Wistoria dengan populasi puluhan juta orang, hanya ada sekitar sepuluh ribu orang yang memiliki penampilan di atas delapan poin."
"Sepuluh ribu? Kamu kenal semuanya? Semuanya sangat dekat?" Mata Selina menyipit.
"Iya!" Robert menganggukkan kepala.
"Aku tidak percaya sedikit pun padamu. Terus saja berbohong, tidak tahu malu." Mukai Mukai memalingkan wajahnya dengan sinis.
Robert mengangkat bahu, masih terlihat tidak peduli. Tidak penting apakah Selina percaya atau tidak, hari ini dia hanya ingin datang dan minum sambil mencari seseorang untuk diajak bicara.
Ding.
Ponsel Mumu tiba-tiba bergetar. Dia menunduk dan melihat ada pesan yang muncul oleh aplikasi berita dengan judul"Perampokan Besar-Besaran Permata Telah Terpecahkan". Dia merasa seperti telah memikirkan sesuatu, lalu langsung memberikan ponselnya kepada Robert dan bertanya, "Coba lihat ini .…"
Itu adalah berita tentang pencurian besar di toko perhiasan,.
Sebuah toko perhiasan terkemuka di pusat kota baru-baru ini menjadi sasaran pencurian besar-besaran. Pada malam hari, sekelompok penjahat yang jumlahnya masih dalam penyelidikan melancarkan serangan cerdik dan berhasil menyapu toko tersebut sebelum otoritas tiba di lokasi.
Pada pukul setengah sepuluh pagi hari ini, sebuah toko perhiasan "Permata Jaya"di jalan sibuk Kota Wistoria mengalami perampokan. Perhiasan berlian, emas dan perak senilai 400 miliar dibawa kabur dan dua karyawan toko terluka.
Kasus tersebut telah terpecahkan pada sore hari. Satu perampok berhasil melarikan diri, sedangkan tiga perampok lainnya telah ditangkap.
Berita ini telah menyebar ke seluruh negeri dan terus disiarkan berulang kali.
Permata Jaya adalah perusahaan perhiasan yang berada di peringkat tiga teratas di seluruh negara. Kantor pusatnya berada di Donghai. Pemilik grup Permata Jaya Gold, Wendy, adalah orang terkaya di Donghai dengan kekayaan mencapai puluhan triliun.
"Hmm, ada apa ini ...." Robert melirik berita tersebut.
"Foto Berita, Yang Terakhir."
"Ada apa dengan yang terakhir?" Robert melihatnya lagi.
Artikel terakhir adalah foto pemilik Permata Jaya yang bernama Wendy berjabat tangan berterima kasih kepada polisi. Di samping Wendy ada seorang wanita cantik dengan rambut bergelombang.
. Wanita ini adalah putri Wendy, Wakil Presdir Grup Permata Jaya yang Bernama Yessica.
"Kamu pasti tahu su qingying, 'kan? Dia adalah bos wanita yang mendominasi, lulusan Sekolah Bisnis Wharton dan memiliki merek barang mewah miliknya sendiri, seorang wanita yang kuat."
"Tahu, kenapa?" tanya Robert lagi.
"Kamu bilang kalua kamu mengenal semua wanita cantik di kota ini lebih dari delapan poin dengan sangat akrab." Selina melanjutkan, "Tapi Yessica adalah salah satu wanita tercantik di Kota Wistoria dengan pendidikan tinggi dan IQ yang tinggi.Walaupun standar estetikamu sangat tinggi, seharusnya nilai kecantikannya lebih dari 8 poin, 'kan?"
"9.5 poin." kata Robert melanjutkan. "Di seluruh kota Dong Hai, orang-orang yang bisa dibandingkan dengan kecantikannya bisa dihitung dengan satu tangan saja."
"Jadi kamu dan dia .... Sangat akrab ya?" Selina masih ingin membongkar kebohongan Robert, menjebak Robert.
"Tentu saja." Robert menganggukkan kepala.
"Kamu bohong! Hari ini terjadi perampokan besar-besaran di Toko Perhiasan Permata Jaya. Selama sehari penuh ada saja polisi atau wartawan yang berkeliling, mana mungkin Yessica punya waktu untuk mengenal orang asing seperti kamu? Dia sendiri saja tidak punya waktu!"
"Lagi pula, Yessica memiliki pendidikan keluarga yang sangat ketat, dikelilingi oleh pengawal dan tidak pernah mendengar dia mengenal pria asing sembarangan. Walaupun kamu sangat mengenalnya, itu tidak mungkin! Haha, tidak ada yang bisa kamu katakan lagi, 'kan?"
Selina tertawa terbahak-bahak setelah mengatakan itu. Dia sangat senang bisa mengungkapkan kebohongan orang gila.
"Aku akan menjawab pertanyaan keduamu dulu. Kamu benar, Yessica memang .... sulit untuk dijangkau dan sulit untuk berkenalan dengannya," kata Robert dengan senyuman santai, "Tapi dia memiliki satu titik lemah fatal yang cukup untuk membuatku bisa berkenalan dengannya …. dengan sangat mudah!"
"Kelemahan apa?"
"Tebaklah, ini sangat menarik."
"Cih! Berpura-pura misterius. Kelemahan apa yang dimiliki oleh wanita sempurna seperti dia?"
"Lalu pertanyaan pertama," lanjut Robert, "Benar, perampokan perhiasan besar-besaran sudah terjadi, pasti Yessica tidak punya waktu untuk mengenalku. Walaupun kenal, dia tidak akan berminat untuk memiliki hubungan mendalam denganku!"
"Bukankah begitu, apa lagi yang bisa kamu katakan?" Dengan alis terangkat, Selina menunjukkan raut wajah kemenangan.
"Tapi," Robert menekan lengannya di atas meja sambal mencondongkan tubuh dan berbisik dengan senyuman di wajah, "Bagaimana kalau aku mencegah terjadinya kejahatan besar?"
Selina terkejut.
"Hari ini adalah siklus yang tak berujung yang telah kualami lebih dari 300 ribu kali. ku, Aku sudah tahu perampokan yang akan terjadi hari ini sejak seribu tahun yang lalu. Aku memiliki banyak waktu untuk penyelidikan ulang. Menurutmu, apakah sulit bagiku untuk mencegah perampokan ini?" Robert tetap tersenyum.
Selina tidak bisa berbicara.
"Logikaku tidak salah, 'kan?" tanya Robert sambil mengangkat gelas minumannya, seraya menyeruputnya perlahan.
"Baik! Walaupunlogikamu tidak ada masalah, aku masih memiliki satu pertanyaan lagi!" Selina tidak terima dan dia akan menggunakan taktik besar.
"Pertanyaan apa? Silakan katakan."
"Apa kamu mengenalku? Sebelumnya kamu bilang sudah mengenalku sejak lama, tapi apakah kamu mengenalku dengan baik? Berapa banyak yang kamu ketahui tentangku? Seberapa banyak yang kamu pahami tentangku? Apakah aku juga temanmu?" tanya Selina, sambil merapikan rambutnya.
Robert menggelengkan kepala dan tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Haha, tak berani mengaku, 'kan? Apakah kamu takut aku bertanya tentang sifatku dan kamu tidak bisa menjawabnya, 'kan?" Selina tertawa terbahak-bahak.
"Bukan, kamu tidak cukup cantik. Aku tidak tertarik untuk mengenalimu lebih lanjut," kata Robert dengan acuh tak acuh.
Senyuman Selina seketika membeku.
.Brak!
Selina memukul meja dan berdiri, kemudian menggertakkan giginya dan berkata, " beraninya bilang aku jelek?"
"Tidak, tidak, kamu tidak jelek, hanya saja riasanmu terlalu tebal dan selalu menggunakan smokey eyes yang terlalu tebal mirip anak sekolahan. Aku juga tidak tahu bagaimana penampilan aslimu, tapi sepertinya penampilanmu lumayan. Kuberi kamu tujuh poin."
"Kamu …." Amarah Selina hampir meluap.
Kring, kring, kring ....
Ponsel Selina berbunyi. Dia melihat panggilan itu datang dari sahabatnya dan langsung menjawabnya.
"Selina, maaf, Aro tiba-tiba pulang dan memberiku kejutan, aku tidak bisa pergi ke bar denganmu lagi. Besok aku akan mengajakmu makan, hehe, Sampai jumpa. Tut tut tut ...."