Kabut dari uap air memenuhi tiap sudut kamar mandi yang cukup luas itu. Adam asik berdiri di bawah pancuran dan membiarkan tubuhnya diguyur air panas. "Monaster, aku kembali!"
Tatapannya lurus ke depan, otot-otot di tubuhnya bahkan terlihat sedikit menegang. Ia telah siap membunuh orang-orang itu.
Tujuh tahun lalu, keluarga Sanjaya mengalami tragedi pembantaian dan hanya Adam yang berhasil selamat. Saat itu, ia terjatuh ke sungai dan diselamatkan oleh 13 orang-orang sakti. Adam hidup bersama mereka dan berlatih banyak hal hingga dapat memperoleh kekuatan yang sama seperti mereka. Hingga saat ini ia dapat kembali ke Monaster.
Saat sedang bergelut dengan pikirannya, seorang wanita tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi dengan senyuman yang ambigu. "Karin, kenapa kamu mandi sendirian? Kita kan sudah sepakat akan mandi bersama. Tunggu, aku ingin lihat apakah dadamu sudah lebih besar lagi?"
Adam berbalik dan melihat sosok wanita itu. Tinggi, dada yang besar, pantat yang menonjol, kaki jenjang, dan hanya menggunakan pakaian dalam. Pandangan mereka bertemu untuk sesaat dan keduanya saling membisu.
"Kamu siapa?" teriak wanita itu. Ia buru-buru menutupi tubuhnya dengan handuk yang ia bawa, meskipun sedikit sia-sia sebab masih banyak bagian kulit putihnya yang terpampang jelas. Hampir mirip dengan posisi ketika sedang memegang sebuah kecapi sambil menutupi setengah wajah.
Adam dengan sisi yang lebih tenang perlahan menarik pakaian yang ada di dekatnya lalu menutupi tubuhnya. Ia tak begitu panik sebab ia merasa mengenal wanita cantik ini. Dan benar saja, beberapa saat setelahnya, Adam menyadari siapa wanita itu. "Kak Cia?"
Mendengar ucapan Adam, Agacia Nirmala semakin terkejut. Tatapannya menjadi lebih waspada. Hingga akhirnya ia pun menyadari suatu hal. Agacia mengenali orang yang berdiri di hadapannya. Namun, justru itu membuatnya semakin terkejut. Ia segera berbalik badan dan berlari sekencang mungkin. Sayangnya, langkahnya tak seimbang hingga membuatnya tersandung lalu jatuh.
Kecepatan langkah Adam yang tak dapat diragukan lagi berhasil membuatnya berada di sebelah Agacia tepat sebelum wanita itu terjatuh. Adam menahan tubuh Agacia agar tak jatuh ke lantai, tetapi justru malah jatuh dalam pelukannya. Posisi mereka cukup aneh –Agacia terjatuh tepat di atas tubuh Adam membuatnya sedikit menekan tubuh besar itu. Tangan Adam justru tanpa sengaja mendarat tepat di atas dada Agacia ketika berusaha menangkap wanita itu. Meskipun masih menggunakan pakaian dalam, tentu saja sensasi aneh itu masih dapat dirasakan.
Agacia terkejut bukan main. Dengan posisi seperti itu ia juga merasa takut hingga tanpa sadar menampar wajah Adam. Namun, tangan itu berhasil ditangkis Adam terlebih dahulu. "Kak, ini aku, aku Adam!"
"Aku masih hidup, Kak. Aku sudah kembali dan aku bukan hantu," tambahnya sebab paham dengan apa yang ditakutkan Agacia.
Agacia masih menatap Adam tak percaya. Melihat lagi orang yang telah dikabarkan meninggal sejak tujuh tahun yang lalu memang cukup mengejutkan. "Adam? Kamu masih hidup?"
Posisi Adam yang berada di bawahnya membuat Agacia dapat merasakan detak jantung dan hembusan napas itu. Benar saja, laki-laki ini memang masih hidup. Ada detak jantung dan hembusan napas yang menerpa wajahnya.
"Iya, aku Adam, aku masih hidup." Adam tertawa sekilas. Setelah ia kembali ke kota ini, orang pertama yang ia temui justru sahabat terbaik kakak perempuannya. Bahkan ia sudah dianggap seperti adik sendiri oleh Agacia. Tentu saja ini sangat membuat Adam bahagia.
Setelah memastikan kalau laki-laki ini memang benar Adam yang masih hidup, Agacia tak kalah bahagia. Meskipun tujuh tahun telah berlalu, penampilan Adam memang tidak banyak berubah. Ia hanya terlihat sedikit dewasa, tetapi Agacia masih bisa mengenalinya. "Adam, kamu masih hidup! Syukurlah, aku sangat senang."
Agacia memeluk Adam dengan semangat tanpa sadar kalau posisi mereka masih sangat ambigu. Bahkan sekarang kedua tangan Adam benar-benar menutupi buah dadanya. Laki-laki itu bahkan bisa merasakan dengan jelas bagaimana bentuknya. Hal itu membuat Adam cukup kaget.
Agacia tentu saja bisa merasakan hal itu juga. Bahkan ketika Adam menunjukkan reaksi manusiawi di bawah sana, itu sontak membuat wajah dan telinga Agacia memerah. "Heh! Lepaskan!"
Agacia berusaha untuk bangkit dari posisi aneh itu. Meskipun laki-laki itu adalah Adam, orang yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri, tetap saja ini di luar hal yang seharusnya.
"Cepat pakai bajumu." Agacia bergegas mengambil handuk dan melarikan diri dari sana. Meskipun ia sedikit merasa beruntung karena masih memakai pakaian dalam. Bayangkan jika ia masuk tanpa sehelai pakaian, sudah pasti Adam melihat seluruh bagian tubuhnya. Telanjang bulat di depan adik laki-laki dari sahabatnya tentu bisa membuatnya malu seumur hidup.
Adam tidak dapat menahan tawanya melihat Agacia lari terbirit-birit. Sejujurnya ia juga merasa cukup bodoh dengan hal tadi. Meskipun ia memang melihat Agacia sebagai kakak perempuannya, bukan sebagai wanita biasa seperti yang ia lihat di luaran, tetapi itu tetap saja tidak bisa terjadi.
Adam berbalik badan berniat segera memakai baju. Namun, pandangannya berhenti ketika mengingat kata pertama yang diucap Agacia saat memasuki kamar mandi tadi adalah "Karin" nama kakak perempuannya. Mungkinkah kakaknya masih hidup?
Hal itu membuat Adam semakin bersemangat. Ia bergegas memakai pakaiannya dan berlari keluar menghampiri Agacia. Awalnya ia tak tahu wanita itu ada di ruangan mana, tetapi akhirnya ia mendengar ada seseorang di salah satu ruangan. Adam segera mendorong pintu ruangan itu dan memasukinya. "Kak Cia, kakakku ...."
Agacia yang sedang berpakaian kembali merasa terkejut. Meskipun ia telah memakai baju, celananya masih terpasang satu sisi sehingga paha mulus dan celana dalam renda berwarna putih itu masih dapat terlihat jelas oleh Adam. Ditambah gerakan Agacia saat ini sedang sedikit mengangkat kakinya, cukup membuat Adam melongo.
Rasa-rasanya tadi Agacia telah mengunci pintu itu dengan benar. Kenapa Adam masih bisa masuk? Kali ini Agacia sedikit merasa marah. "Masih menonton?"
"Ah, maaf. Aku ... aku tidak bermaksud." Adam berbalik dan menutup pintu itu dengan benar. Ia terlalu terburu-buru untuk menanyakan keberadaan kakak perempuannya hingga tak memikirkan hal lain.
Beberapa menit berlalu, Agacia akhirnya keluar dari kamarnya dengan wajah yang masih merah. Ia malu sekaligus marah.
"Aku tahu apa yang ingin kamu tanya. Kakakmu masih hidup, dia ada di rumah lama keluarga kalian ini. Tadi, kakakmu bilang ingin mandi, makanya aku bawakan baju untuknya, tetapi aku tidak menyangka malah seperti ini." Wajah Agacia semakin merah. Semua ini jadi salah paham. Bisa dikatakan kalau Agacia dirugikan, tetapi ia tak bisa menuntut apa-apa kepada Adam.
"Jadi, kakakku benar-benar masih hidup?" tanya Adam kembali memastikan. Ia benar-benar sangat bersemangat.
Agacia membalasnya dengan anggukan kecil. "Pasti dia senang kalau tahu kamu juga masih hidup. Sepertinya sekarang dia masih ada di halaman lain. Ayo kita cari dulu."
Rumah lama keluarga Sanjaya memang sangat besar. Setidaknya ada tiga serambi sebagai jalan masuk, beberapa halaman rumah, dan 17 ruangan. Saat ini, mereka sedang ada di salah satu halaman yang memang digunakan sebagai tempat untuk mandi.
Adam sangat bahagia mengetahui bahwa keluarganya masih ada yang hidup. Bahkan ia tak bisa menahan air matanya untuk tidak terjatuh.
"Adik, cepat lari. Kamu cepat lari, ada orang jahat yang ingin membunuhmu!"
Suara itu tertangkap telinga Adam hingga membuatnya mengedarkan pandangan ke sudut-sudut halaman. Benar, ia melihat seorang wanita dengan rambut terurai muncul dalam pandangannya dengan samar.
"Kakak?" Adam sedikit terkejut dengan penampilan kakaknya yang berubah drastis.
"Kakak!" Adam berjalan mendekati kakaknya.
"Jangan mendekat. Adikku akan melindungiku, dia sangat hebat!" Karin Sanjaya merasa terkejut dan sedikit menjauh mundur untuk bersembunyi.
Adam tak percaya dengan ini. Ada yang salah dengan kesehatan kakaknya. "Kakak, aku adikmu. Aku Adam."
"Kamu adikku? Adam?" ucap Karin ragu sembari mengangkat kepalanya perlahan.
Pada akhirnya, Adam bisa melihat jelas wajah kakaknya. Ada bekas luka yang menggores kedua pipi indah kakaknya. Wajah cantik itu telah banyak berubah. Wanita yang dikenal sangat cantik, bahkan dijuluki sebagai bunga kampus Universitas Monaster, kini telah berubah. Jantung Adam tak bisa berdetak dengan normal, ia cukup terpukul.
"Kakak, aku Adam. Aku kembali," ucap Adam sekali lagi. Air matanya tak lagi bisa dibendung sembari berusaha mendekati kakaknya.
"Kamu bohong, kamu bukan adikku. Adikku tidak setinggi ini, bukan ... adikku, dia sudah mati." Karin semakin tak terkontrol.
"Karin!" panggil Agacia yang berada agak jauh di belakang Adam. Ia terkejut bukan main. Pasalnya, beberapa menit yang lalu keadaan Karin masih baik-baik saja, kenapa sekarang wanita itu kembali sakit?
"Apa yang terjadi? Ada apa dengan kakakku?" tanya Adam. Ia tak paham dengan situasi ini. Ia ingin mendekati kakaknya, tetapi takut akan membuat wanita itu kembali terkejut.
"Dia ...." Agacia menghela napas. "Kejadian tujuh tahun yang lalu membuatnya sangat terpukul sampai mengganggu kesehatan mentalnya. Beberapa tahun belakangan, kondisinya sering memburuk."
Mendengar itu, hati Adam sangat bergetar. Ia kembali mendekati kakaknya dengan perlahan. "Kakak."
Namun, langkahnya diiringi dengan ketakutan Karin. Wanita itu kembali berlari dan bersembunyi di balik tubuh Agacia sehingga membuat Adam menghentikan langkahnya.
"Bos, wanita itu ada di sini!" seru seseorang yang diikuti hadirnya sekelompok pria berbadan besar dengan baju serba hitam berlari ke arah mereka.
"Sial, kenapa monster jelek ini berani datang ke sini."
"Wah, ternyata masih ada wanita cantik di sini."
Pemimpin mereka adalah pria berbadan paling besar. Ia memiliki goresan bekas luka di wajahnya yang membuatnya terlihat semakin sangar. Pandangan pria itu langsung tertuju pada Karin yang bersembunyi di balik tubuh Agacia.
Melihat gerombolan itu, Agacia terkejut bukan main. Sedangkan Adam justru menatap mereka dengan penuh amarah. Berani sekali mereka memanggil kakaknya jelek. "Siapa mereka?"
"Mereka anak buah Hans Andrea. Sekarang, rumah lama Keluarga Sanjaya menjadi miliknya. Biasanya mereka tidak mengurus rumah ini, jadi terkadang aku dan kakakmu bisa masuk ke sini diam-diam seperti tadi hanya untuk berkeliling di rumah ini," jelas Agacia.
"Kamu jangan bersuara. Jangan sampai mereka tahu identitasmu," tambahnya dengan suara lirih.
Hans Andrea adalah penguasa Monaster. Tujuh tahun lalu, ketika Keluarga Sanjaya dihancurkan, ia ikut andil di dalamnya. Jika ia tahu bahwa Adam masih hidup, tentu akan menjadi masalah besar.
Pria yang memimpin itu menatap Agacia dengan tajam. "Ini adalah wilayah Tuan Hans, kalian seenaknya menerobos rumah ini tanpa alasan. Kalian pikir, kalian itu siapa?"
"Adik laki-laki saya dan kakaknya ini sejak kecil sudah mengalami masalah kesehatan mental sehingga mereka tidak bisa berpikir dengan baik. Mereka tidak sengaja masuk ke sini, saya datang untuk mencari mereka. Saya benar-benar minta maaf kepada kalian. Kami akan segera pergi," ucap Agacia spontan.
"Rumah lama ini akan dilelang oleh Tuan Hans. Kalian masuk ke sini tanpa izin tentu akan merusak nilai jualnya. Kalian pikir maaf itu cukup? Tidak ada hal semudah itu di dunia ini," gumam salah satu pria bertato dengan suara dinginnya.
"Jadi, apa yang kalian mau? Kami akan membayar kompensasi jika kalian mau." Agacia tidak akan membiarkan mereka tahu bahwa Adam masih hidup.
"Membayar kompensasi 20 miliar lalu pergi atau kamu tidur denganku dan menjadi kekasihku selama tiga tahun. Pilih yang mana?" sahut salah satu pria berwajah bopeng. Pria itu terlihat sangat rakus.