"Sayang, sungguh jahat sekali dirimu, sampai kau bisa berada di ranjang suamiku."
"Tapi, bukankah ini sangat menegangkan?"
Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan Reyhan Pradana dengan istrinya. Biasanya, Reyhan masih harus bekerja di lokasi konstruksi hingga pukul sepuluh malam. Akan tetapi, hari ini Dia memutuskan untuk pulang lebih awal untuk merayakan hari yang spesial ini.
Hanya saja, langkahnya langsung terhenti saat dia mendengar suara Della, istrinya yang sepertinya sedang berbicara dengan suara yang sangat menggoda dengan seseorang di dalam kamar mereka.
Tidak begitu yakin dengan apa yang dia dengar, Reyhan melangkahkan kakinya perlahan dan berniat menempelkan telinganya pada pintu kamar tersebut agar bisa mendengar lebih jelas.
"Cepat, buka bajumu."
"Ah, kau sangat tidak sabaran sekali!! Suamiku, baru akan pulang tengah malam nanti."
Pupil mata Reyhan langsung melebar, karena belum sempat dia benar-benar menempelkan telinganya di sana, dia akhirnya kembali mendengar suara keduanya.
"Braak!!"
"Aaaaaa!!"
Karena dia tersulut amarah, tanpa sadar Reyhan sudah mengangkat satu kakinya dan menerjang pintu kamar tersebut hingga terbuka dan terhempas pada dinding ruangan tersebut.
Dan saat itu terjadi, apa yang sempat melintas dikepalanya memang benar adanya. Karena saat itu, dia benar-benar melihat istrinya yang berteriak karena terkejut, tengah membuka pakaiannya di atas tempat tidur dengan seorang pria asing bersama dengannya.
"Reyhan!!"
Tanpa memperdulikan Della yang saat itu terkejut tanpa sadar menyebut namanya, Reyhan sudah langsung berjalan mendekat pada pria yang saat itu berbaring di atas ranjang dengan pakaian atas terbuka tersebut.
"Reyhan! Berhenti!"
"Della! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Reyhan, begitu Della melompat dari tempat tidur dan langsung merentangkan kedua tangan berusaha menghalanginya.
"Jangan lakukan apapun!!" Balas Della, "Kau, bisa saja melukainya!" Lanjutnya sambil mendorong Reyhan, yang seketika membuat suaminya itu tersentak.
Untuk bisa pulang cepat seperti saat ini, sebenarnya Reyhan terpaksa harus menerima kemarahan mandornya. Tapi, siapa yang menyangka apa yang dia lakukan ini ternyata hanya untuk menemukan istrinya yang sedang berselingkuh dengan pria lain.
Dan lebih dari itu semua, saat ini Della justru terlihat lebih memperdulikan keselamatan pria tersebut, dibandingkan bagaimana perasaannya.
"Della, apa yang sudah kau lakukan?"
"A-aku... Aku ... "
"Kenapa?" Tanya Reyhan lagi, saat dia melihat Della yang saat itu sedikit tergagap, sudah kembali menutupi tubuh bagian atasnya yang sempat terbuka. "Kenapa kau melakukan ini setelah semua yang telah aku berikan padamu?" Lanjutnya, seolah tak percaya.
Mendengar apa yang yang Reyhan katakan, sekarang Raut wajah Della yang berubah.
"Kenapa?!" Balas Della,"Kau masih bertanya, kenapa?" Ulangnya, dengan raut wajah yang lebih tak percaya.
"Reyhan, sadarlah! Selama kita menikah, Kau tak memberikanku apa-apa!"
Dulu, Reyhan adalah sosok yang berpengaruh yang bahkan dalam tempo waktu dua tahun setelah dia lulus kuliah saja, dia sudah mendapatkan gaji tahunan sebesar lebih dari lima ratus juta juta.
Akan tetapi, Entah untuk alasan apa setelah menikah, hampir semua lini di industri yang dia geluti tiba-tiba saja memboikot dirinya tanpa alasan yang jelas.
Namun sebagai rasa tanggung jawabnya pada Della yang memang sejak lulus tak pernah bekerja, Reyhan terpaksa harus bekerja sangat keras di lokasi konstruksi hanya untuk memastikan istrinya bisa hidup dengan nyaman.
Hanya saja, sepertinya hal tersebut sama sekali tak berarti bagi Della. Karena bagaimanapun, sebagai seorang wanita dia memiliki keinginan untuk hidup dengan kemewahan. Hal, yang awalnya menjadi alasan kenapa dia mau menikah dengan Reyhan.
"Kau, bahkan tak bisa memberikanku tas bermerek apalagi mobil mewah." Ucap Della, begitu dia merasa Reyhan sudah mengerti maksudnya. "Tapi, Jovan bisa bahkan lebih... " Lanjutnya.
Sebelumnya, saking marahnya Reyhan tak begitu memperhatikan siapa pria yang bersama Della. Akan tetapi, begitu istrinya tersebut menyebut namanya, perhatiannya langsung teralihkan pada pria yang kini terlihat sedang meraih pakaiannya dan berjalan mendekat pada mereka.
Jovan Prasetya, atau yang lebih dikenal sebagai Tuan Muda Prasetya. Berasal dari kota Solario dengan aset kekayaan keluarga lebih dari seratus triliun.
"Kau, tidak bisa memberikanku apa yang bisa Tuan Muda Prasetya berikan." Ucap Della lagi, saat Jovan berjalan mendekat padanya.
"Ini... Ambillah!!"
"Hah?!"
Meskipun tak akan membiarkannya, tapi Reyhan sempat berpikir bahwa saat itu Jovan akan langsung pergi dari sana. Namun, yang terjadi selanjutnya benar-benar tidak seperti apa yang dia pikirkan.
Karena saat itu, Jovan baru saja melemparkan setumpuk uang yang masih terikat dengan nilai sepuluh juta tertulis di sana.
"Kau, bahkan tak bisa mendapatkan uang itu meski kau berkerja dan lembur selama sebulan penuh." Ucap Jovan, yang saat itu langsung merangkul pinggang Della.
Dan tak hanya sampai di sana saja, pria itu menarik tubuh wanita tersebut agar mendekat padanya.
"Sayang, sebentar ... "
Saat itu terjadi, Della tak sempat menolaknya karena saat itu Jovan sudah terlanjur mendekatkan wajah mereka dan melumat bibirnya.
Dan anehnya, seolah tak kuasa menahannya, Della membalasnya dengan cara yang tak kalah panasnya padahal saat itu Reyhan melihatnya.
"Kenapa kau masih di sini?" Tanya Jovan, begitu mereka selesai dan mendapati Reyhan yang masih berdiri membeku di sana. "Apa kau ingin menonton apa yang akan kami lakukan selanjutnya?" Lanjut pria tersebut, yang saat itu sudah meraih satu ikatan pada simpul pakaian Della dan menariknya hingga terlepas.
"Baiklah, jika itu yang kau inginkan." Ucap Jovan lagi, "Lagipula, aku juga tak keberatan!" Lanjutnya lagi yang saat itu sudah mengangkat satu tangannya, menggenggam salah satu gundukan sintal di dada Della, dan meremasnya.
Hal, yang membuat Reyhan yang sebelumnya sempat membeku karena tak percaya dengan apa yang dia saksikan di depan matanya itu, langsung tersentak.
"Apa yang kau lakukan, brengsek?!"
Tanpa pikir panjang, dia langsung maju dan melayangkan kepalan tangannya pada wajah Jovan yang saat itu terlihat sedang mencibirnya.
"Wuuuf!"
Akan tetapi, karena sepertinya Jovan memiliki kemampuan beladiri yang cukup baik, hanya dengan sedikit gerakan saja, dia mampu menghindari pukulan tersebut.
"Hah?!"
Dan setelahnya, saat dia sedikit mendorong tubuh Della agar menjauh, Jovan beralih menangkap dan menarik tangan Reyhan yang masih terkepal di udara.
"Wuuuuf!!"
"Brubuuk!!"
Dengan satu gerakan saja, Reyhan sempat merasakan seluruh ruangan itu berputar sebelum akhirnya punggungnya terhempas di lantai begitu Jovan membantingnya.
"Ergh!"
"Cih! Dasar pecundang!" Ejek Jovan, sambil menatap rendah pada Reyhan yang meringis, dan tergeletak di bawah.
"Sial! Akanku bunuh kau—"
"Praaaannng!!"
Tidak terima dengan hasilnya, Reyhan sudah berniat untuk berdiri dan kembali meluapkan amarahnya pada Jovan. Hanya saja, saat hal itu akan dia lakukan, sebuah vas bunga sudah terlebih dahulu mendarat dengan sangat keras di wajahnya.
"Della, kau ... "
Reyhan benar-benar tak percaya jika Della lah yang baru saja menghempaskan vas tersebut, yang tidak hanya membuat wajahnya terluka saja tapi juga menghancurkan seluruh hatinya.
"Kenapa?" Balas Della, "Jika kau menyakitinya, aku bahkan berniat untuk membunuhmu!" Lanjut Della, mengancam.
Mendengarnya, Jovan yang ada di sebelah wanita itu melihat wajah putus asa Reyhan langsung tersenyum penuh kemenangan.
"Sayang, setelah ini kita akan keluar dan kau bebas meminta apa saja yang kau inginkan." Ucap Jovan, yang seketika membuat Della menoleh padanya.
"Benarkah?"
"Tentu saja! Bukankah, sebelumnya kau meminta sebuah tas?" Balas Jovan, meyakinnya.
Della yang mendengarnya, tersenyum sangat lebar langsung menganggukan kepalanya. Dan sesaat setelahnya, Jovan kembali berkata.
"Tunggulah diluar sebentar. Aku ingin mengatakan sesuatu pada pecundang ini."
Karena saat itu Jovan sudah menjanjikan apa yang dia inginkan, tanpa pikir panjang Della langsung berbalik dan pergi dari sana, tanpa memperdulikan bagaimana raut wajah kecewa suaminya yang terluka.
Akhirnya, setelah wanita itu keluar dan memastikan bahwa Della tak akan mendengar apa yang akan dia katakan, Jovan kembali menundukkan kepalanya menatap pada Reyhan yang masih tergeletak di bawah.
"Jujur saja, Sebenarnya akulah yang sudah memboikot semua pekerjaanmu." Ucap Jovan, yang seketika membuat mata Reyhan yang sempat meredup kembali terbuka.
"Dan seperti yang aku harapkan, wanita itu akan berpaling dan akan melakukan apa saja untukku demi mendapatkan apa yang tak bisa kau berikan."
"Sialan, kau bajingan!"
Mendengarnya, Reyhan yang sebelumnya sempat putus asa kembali tersulut amarah. Saat itu, dia sudah berniat untuk kembali berdiri, namun di waktu bersamaan kaki Jovan sudah terangkat dan langsung di hantamkan wajah Reyhan.
"Buuk!"
"Brubuk!!"
"Tetap dibawah dasar kau, pecundang!" Seru Jovan, saat tapak kakinya mendarat pada wajah Reyhan, yang secara tak langsung membuat kepala bagian belakangnya membentur lantai dengan sangat kuat.
Meskipun masih bergerak, Jovan tau bahwa tak lama lagi Reyhan akan segera kehilangan kesadarannya. Puas dengan apa yang dia saksikan, Jovan langsung berbalik dan pergi dari sana begitu saja.
"Sementara kau tertidur di sini, aku akan bermain-main dengan istrimu sepuasnya."
Karena kerasnya benturan yang dia rasakan di kepalanya, Reyhan benar-benar merasa bahwa saat itu tengkorak kepalanya retak dan dirinya hampir mati. Akan tetapi, mengingat kembali apa yang sudah terjadi, entah kenapa dia merasa bahwa seharusnya dia tak mati apalagi dalam keadaan terhina seperti ini.
Dan saat pikiran itu muncul, dorongan untuk bertahan hidup langsung meledak di kepalanya.
"Tanda Kehidupan, Mulai Diwariskan ... "
"Ergh!!"
Reyhan merintih kesakitan, karena saat itu dia merasa kepalanya ditusuk dengan ribuan jarum. Dan anehnya, saat itu terjadi dia yakin bahwa seseorang baru saja di berbicara di dalam kepalanya.
"Ilmu Pengobatan Medis Tingkat Tinggi ... "
"Di wariskan ... "
"Argh!!"
Lagi, saat suara itu kembali muncul, rasa sakit yang sebelumnya hanya ada di kepalanya, kini menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Teknik rahasia Kuno ... "
Saat suara itu kembali muncul, tidak hanya rasa sakitnya saja yang bertambah, tapi karena kepingan-kepingan ingatan serta informasi yang entah dari mana datangnya membanjiri kepalanya, Reyhan akhirnya benar-benar kehilangan kesadarannya.
"Di wariskan ... "