Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Sang Miliarder Terhebat

Sang Miliarder Terhebat

Naga Hitam | Bersambung
Jumlah kata
118.4K
Popular
4.9K
Subscribe
247
Novel / Sang Miliarder Terhebat
Sang Miliarder Terhebat

Sang Miliarder Terhebat

Naga Hitam| Bersambung
Jumlah Kata
118.4K
Popular
4.9K
Subscribe
247
Sinopsis
18+PerkotaanAksiDokterMiliarderKultivasi
Rega hanyalah pemuda biasa yang hidup susah di tengah kota keras. Suatu malam, saat dikeroyok preman hingga sekarat, liontin tua warisan keluarganya tiba-tiba bersinar—membangkitkan ingatan dan kekuatan dari tabib pendekar kuno. Sejak saat itu, Rega bukan lagi orang biasa. Ia bisa menyembuhkan luka dengan tangan kosong, mengenali racun hanya dari bau, dan menguasai jurus silat mematikan yang tak pernah ia pelajari. Hidupnya berubah—dan musuh-musuh baru pun mulai bermunculan.
Bab 1

Rega berdiri mematung di depan hotel.

Tubuhnya kaku. Jantungnya berdebar kencang, seperti ingin meloncat keluar dari dada. Hujan baru saja reda, menyisakan genangan dan udara dingin yang menusuk tulang. Namun bukan itu yang membuat tubuhnya menggigil.

Dari balik pintu kaca lobi, ia melihat sosok yang sangat ia kenal—Lastri.

Wanita yang selama tiga tahun terakhir menjadi alasannya bertahan hidup, wanita yang ia jaga dan perjuangkan dalam setiap peluh dan tangis diam-diamnya.

Lastri melangkah keluar… sambil bergandengan tangan dengan seorang pria asing.

Pria berjaket kulit, berpenampilan perlente, rambut klimis, dan senyum licik yang langsung menusuk batin Rega. Mereka tertawa kecil, langkah mereka selaras seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.

Dunia Rega runtuh detik itu juga.

“Lastri.”

Suara Rega terdengar parau, namun tegas. Dingin seperti embun yang menempel di gagang pisau.

Lastri tersentak dan menoleh. Wajahnya sempat terkejut—hanya sedetik—lalu berubah datar, seolah tak terjadi apa-apa.

“Rega?” ujarnya santai. “Ngapain kamu di sini?”

Rega menahan napas, berusaha tetap tenang, meski dadanya nyaris meledak.

“Harusnya aku yang nanya. Kamu ngapain sama dia?” tanyanya, menunjuk ke pria yang masih menggenggam tangan Lastri.

Pria itu menyeringai, maju setengah langkah. “Santai, Bro. Cuma ngobrol... di kamar.”

Darah Rega mendidih.

Tanpa pikir panjang, tinjunya melayang—menghantam wajah pria itu hingga hidungnya mengucurkan darah. Pria itu terhuyung dan mengumpat. Lastri berteriak dan segera memeluk selingkuhannya.

BRAK!

“Kamu gila, Rega?!” bentaknya dengan wajah penuh kemarahan.

Rega menatap Lastri tajam, napasnya terengah. “Aku gila karena kamu! Tiga tahun aku berjuang buat kita, Las. Tiga tahun aku rela makan mi instan setiap malam, nabung tiap receh, kerja sampai lembur... demi masa depan kita! Dan kamu... kamu malah nginep sama cowok lain?”

Lastri berdiri, melepaskan pelukan dari pria itu. Wajahnya berubah dingin, sinis, dan penuh penghinaan.

“Kamu nggak cukup, Rega. Hidupmu terlalu pas-pasan. Aku butuh yang lebih. Aku butuh pria yang bisa bawa aku ke restoran, bukan warteg. Yang bisa beli tas asli, bukan KW dari pasar.”

PLAK!

Tamparannya mendarat telak di pipi Rega. Bukan kerasnya tamparan itu yang menyakitkan, tapi makna di baliknya—pengkhianatan, penolakan, dan rasa hina yang tak bisa dihapuskan.

“Aku muak. Kita selesai.” kata Lastri tegas, sebelum menarik tangan selingkuhannya dan berjalan pergi tanpa menoleh lagi.

Rega berdiri diam.

Hujan kembali turun—lebat, deras, membasahi tubuhnya yang sudah lunglai. Tangannya gemetar. Tapi bukan karena dingin. Karena hatinya retak. Karena harga dirinya diinjak habis-habisan.

Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju motor tuanya. Mesin tua itu meraung lirih saat dinyalakan, seolah ikut merasakan luka pemiliknya.

Di tengah malam yang basah dan sepi, Rega mengendarai motornya.

Angin malam menyapu wajahnya, namun tak mampu mendinginkan bara dendam yang mulai tumbuh di dadanya.

“Dasar perempuan murahan…” gumamnya dengan rahang mengeras.

Matanya memerah, bukan hanya karena air hujan, tapi karena kemarahan yang bercampur kecewa.

“Tiga tahun sia-sia... Cuma karena uang, kamu jual harga dirimu? Kamu hancurin cinta kita begitu aja?”

Ia mengencangkan genggaman pada stang motornya, menahan gejolak yang ingin meledak.

“Sakit ini… bakal aku ingat. Sampai kapan pun.” ucapnya lirih.

Dan malam pun menelannya dalam sunyi, menyisakan satu tekad yang perlahan terbentuk di dalam dirinya: ia tak akan tetap jadi Rega yang sama.

Dunia boleh meremehkannya hari ini—tapi semua akan berubah. Suatu hari nanti, bahkan Lastri pun akan menangis menyesalinya.

***

Di dalam mobil mewah yang melaju kencang, Dino menatap bayangannya di kaca spion tengah.

Darah masih menetes dari hidungnya yang memar, dan selembar tisu sudah mulai berubah warna menjadi merah pekat, menempel di lubang hidungnya.

Matanya merah bukan karena cedera, tapi karena bara amarah yang berkobar tanpa henti sejak kepalan tangan Rega menghantam wajahnya.

“Berani-beraninya pria rendahan itu memukulku,” geram Dino, menggertakkan giginya. “Dia pikir siapa dia? Aku akan buat dia menyesal. Aku akan hancurkan hidupnya pelan-pelan.”

Di kursi penumpang, Lastri duduk tanpa kata. Wajahnya dingin dan datar, seolah tamparan kenyataan baru saja membekukan seluruh emosinya. Ia tidak menatap Dino, tidak juga melihat ke luar jendela. Pandangannya kosong—namun bukan tanpa makna. Itu adalah tatapan seseorang yang sudah menutup pintu masa lalu sepenuhnya.

“Lakukan saja kalau itu yang kamu mau,” ucap Lastri pelan, nyaris seperti bisikan. “Aku juga sudah muak dengan Rega. Aku terlalu lama pura-pura sabar.”

Dino melirik sekilas.

Senyum dingin muncul di wajahnya yang lebam. Bukan karena senang, melainkan karena rencananya mulai mendapatkan restu dari orang yang pernah menjadi milik Rega.

“Tenang saja.” katanya datar namun penuh keyakinan. “Dia akan berakhir menyedihkan. Saat aku selesai dengannya, dia bahkan tak akan berani melihat bayangannya sendiri.”

Ia mengeluarkan ponselnya dari saku jaket. Tangannya masih bergetar sedikit karena emosi, namun gerakannya tetap mantap. Ia membuka daftar kontak, lalu menggulir pelan hingga berhenti pada satu nama:

Wanto – Preman Di Kota.

Tanpa ragu, ia menekan tombol hijau. Sambungan berlangsung beberapa detik sebelum suara berat di seberang menyahut santai.

“Ya, siapa nih?”

“Saya Dino,” jawabnya singkat dan dingin. “Ada sedikit urusan. Ada orang yang perlu dikasih pelajaran.”

Di ujung sana, terdengar tawa pendek. “Model pelajaran yang ringan, atau yang bikin kapok seumur hidup?”

“Bikin kapok. Lumpuhkan dia. Tapi jangan sampai mati. Aku ingin dia tetap hidup... tapi tidak bisa berkutik lagi.”

Dino berhenti sebentar, lalu melanjutkan. “Namanya Rega. Aku akan kirim foto dan alamat lengkapnya. Pastikan dia tahu siapa yang kirim pesan.”

“Beres, Bos. Asal bayarannya cocok, urusan selesai malam ini juga.”

Dino tersenyum tipis. Senyuman yang tidak menyiratkan kegembiraan, melainkan kebusukan rencana yang sudah mengakar dalam hati gelapnya.

“Uang bukan masalah. Kirim orang-orang terbaikmu. Aku mau dia menderita.”

Panggilan berakhir tanpa basa-basi.

Dino menyimpan ponselnya ke saku, lalu menghela napas pelan. Bukan karena lega, tapi karena bayangan wajah Rega yang terkulai di tanah mulai terasa memuaskan hanya dalam pikirannya.

Di sampingnya, Lastri menoleh perlahan. Tatapan matanya berbeda—tajam, penuh kepuasan, dan sedikit… hasrat.

Tanpa sepatah kata pun, ia menyandarkan kepalanya di bahu Dino.

Angin dari pendingin mobil menyapu rambutnya, namun tak menghapus senyum kecil yang tersungging di bibirnya.

“Kau benar-benar tahu cara menyelesaikan masalah,” bisiknya manja, napasnya hangat di telinga Dino.

Dino melirik, lalu tersenyum miring.

Lastri membalas tatapan itu dengan lirikan yang menggoda, lalu tanpa ragu mengecup pipi pria itu—tepat di sisi yang tidak memar.

Di dalam mobil yang terus melaju menembus jalanan malam, keduanya tenggelam dalam kemesraan palsu yang dibalut konspirasi.

Tak ada penyesalan. Tak ada rasa bersalah. Hanya dua orang dengan hati beku yang siap menghancurkan orang yang pernah mencinta.

Malam itu milik mereka.

Dan bagi mereka, Rega hanyalah kenangan bodoh yang sebentar lagi akan lenyap bersama nyawa dan harga dirinya.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca