"Benar-benar tidak menyangka, Pria Tua ini dulu begitu hebat. Ketujuh mantan kekasihnya ini..."
Di dalam pesawat, Cakra tidak bisa menahan perasaannya saat melihat foto yang sedang digenggamnya.
Cakra adalah seorang yatim piatu yang sejak kecil diadopsi oleh Herman Susanto, seorang pria tua yang selalu tidak serius di pegunungan. Meskipun Herman cukup aneh, tetapi dia adalah seorang ahli yang benar-benar hebat.
Di bawah bimbingan Herman, Cakra telah mencapai perkembangan yang cukup sempurna, seperti mahir dalam pertahanan, pembunuhan diam-diam, hingga urusan medis.
Cakra sangat berterima kasih atas bimbingan yang diberikan oleh Herman. Selain menganggapnya sebagai guru, Cakra juga menganggap Herman sebagai ayahnya. Hanya saja, Herman selalu suka menggoda janda, membuat Cakra tidak bisa memanggilnya 'Ayah' tidak peduli betapa keras dia mencoba, sehingga setiap kali dia selalu memanggilnya 'Tuan Tua'.
Setelah berhasil menghajar komplotan begal dan kembali ke rumah, Herman tiba-tiba memberikan Cakra sebuah foto.
"Jelajahilah dunia di luar sana! Ini adalah tujuh ibu angkatmu. Mereka akan menjemputmu di bandara nanti."
Kini Cakra telah berada di sebuah pesawat menuju ke Kota Permai, menantikan awal baru kehidupan yang damai.
"Cielah, si anak pelosok ini menjelajah kota. Kenal satu orang juga di kota udah bersyukur banget!" Saat Cakra tengah tenggelam dalam khayalan tentang masa depannya yang indah, suatu suara kasar dan melengking langsung terdengar di telinga Cakra.
Cakra menoleh dan melihat sejenak gadis yang duduk di sampingnya, kemudian dengan cemberut berkata, "Siapa yang melakukan operasi pada wajahmu? Hidungmu hampir runtuh dan pembentukan pipimu juga aneh. Aku kira dalam waktu singkat ini, kamu akan mengalami efek samping."
Wajah gadis itu tiba-tiba menjadi suram. Dia memang telah melakukan operasi plastik, tetapi dia sama sekali tidak mengizinkan siapapun untuk menyebutkannya!
"Hah? Lu bilang apa? Lu berani fitnah gue?"
"Aku berkata yang sebenarnya. Sebaiknya, kamu pergi ke rumah sakit untuk memeriksanya!"
"Lu... pramugari!" Gadis itu sangat marah dan dia langsung berteriak.
"Ini pertama kalinya kamu naik pesawat, kan? Tekan bel, ya?" Setelah berkata demikian, Cakra mengangkat tangannya dan menekan bel panggilan.
Sangat cepat, pramugari tersebut datang dan berdiri di samping Cakra, lalu bertanya, "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"
"Bukan aku, melainkan gadis yang melakukan operasi plastik itu!" Cakra menunjuk gadis di seberangnya.
Pramugari itu terkejut sejenak, memalingkan kepala untuk melihat seorang gadis di belakangnya, lalu dengan sopan bertanya lagi, "Ada apa, Kak?"
"Saya tidak ingin ada dia! Dia mengatakan saya melakukan operasi plastik!"
"Apakah di zaman sekarang ini kita tidak bisa bicara jujur lagi, ya?" Cakra mengatakannya tanpa suara.
"Kamu... Intinya, suruh dia menurunkan kabin buat saya!"
"Maaf, Kak, kecuali jika pria ini setuju, kami tidak dapat menurunkan kelas kabinnya."
"Mengapa kamu peduli padaku? Sibukkan diri dengan apa yang harus dikerjakan. Aku akan tidur sebentar!" setelah selesai berbicara, Cakra meletakkan foto itu di dalam pelukannya dan mulai tidur.
Ketika Cakra membuka matanya lagi, pesawat sudah mendarat, dan Cakra kini berdiri di pintu keluar bandara sambil memegang barang bawaannya.
"Inilah si orang kampung itu, Dedi. Lu bantu gue ajarin dia!"
Orang yang ditunggu-tunggu belum datang, tapi suara orang yang berdebat dengan Cakra di pesawat kembali terdengar.
"Jadi, kamu yang telah mengganggu Jessica, ya? Lihatlah penampilanmu yang sangat miskin! Mau berlagak seperti apa, sih, kamu?" seorang pewaris keluarga kaya langsung mendorong Cakra, wajahnya penuh dengan sikap sombong.
Cakra sedikit terkejut. Apakah orang ini benar-benar mendorongnya?
Baiklah, sabarlah, demi tidak meninggalkan kesan buruk pada para ibu angkat yang belum bertemu!
"Saya berbicara yang sebenarnya saja. Dokter bedah plastiknya memang sangat buruk. Jika wajahnya tidak ditangani dengan tepat dalam waktu tiga tahun, akan ada masalah."
"Kamu berani bilang Jessica operasi plastik? Sini, ayo, maju!"
Dalam sekejap, enam pengawal yang dibawa oleh si muda ini langsung mengelilingi Cakra.
"Apakah Anda akan bertindak?" tanya Cakra dengan heran.
"Apa masalahnya kalau saya memukulmu? Ayolah, maju!"
"Berhenti! Siapa yang berani menyentuh anak angkatku?"
Pada saat itulah, seorang wanita berjalan dengan anggun dikelilingi oleh sekelompok pengawal.
Setelah mendorong Dedi, wanita itu langsung memeluk Cakra dengan gembira sambil berkata, "Cakra kecilku, akhirnya aku bisa bertemu denganmu! Aku adalah ibu angkatmu, Reni Wahyuni!"
"Halo Ibu! Apa kabar?"
Cakra agak terkejut. Berdasarkan ucapan si Tua, wanita ini seharusnya sudah berusia lima puluh tahun, tetapi penampilannya sangat awet muda, seolah-olah berusia tiga puluhan.
Ini jauh lebih baik daripada janda Kokom di desa, bukan?
Benar-benar tidak tahu, deh, apa yang dipikirkan oleh Pria Tua itu!
"Anak baik!"
Reni tersenyum kepada Cakra, kemudian wajahnya menjadi serius, dan berkata ke Dedi yang berdiri sisinya, "Apakah Anda yang ingin meneror anak angkat saya?"
Saat ini Dedi sangat terkejut. Dia tidak pernah membayangkan bahwa ibu angkat dari anak kampung ini ternyata adalah Reni Wahyuni. Ini benar-benar di luar nalarnya!
"Bagaimana jika saya yang akan menindas kalian? Apakah kalian akan memukul saya?" Wanita yang telah melakukan operasi plastik ini masih belum tahu apa yang telah dia perbuat. Dia menatap Reni dengan sikap sombong dan arogannya.
PLAKKKK!
Dedi membalas dengan tamparan. Jessica pun tersandung, menutupi wajahnya yang penuh dengan keheranan dan berkata, "Heh, Dedi! Lu mukul orang yang salah!"
"Aku memang menyerangmu!"
Setelah selesai berbicara, Dedi menunjukkan sikap yang terlihat canggung dan berkata, "Selamat pagi, Direktur Reni, ayah saya adalah Ilyas Nugroho dari Grup Nugroho. Saya pernah berkesempatan bertemu Anda di acara sebelumnya..."
"Berhenti berusaha mendekatiku! Sekali berani mengintimidasi anak angkatku, sepertinya kalian dari Grup Nugroho tidak ingin bekerja sama lagi!"
"Jangan, Direktur Reni, saya salah!" Deni segera berlutut di tanah. Dia tahu jika Reni, yang orang terkaya di negara ini ingin membuat perusahaannya bangkrut, itu hanyalah masalah satu panggilan telepon saja.
Jessica pun terkejut, bagaimana mungkin gadis dari Nugroho Grup yang selalu berada di atas langit bisa berlutut di hadapan wanita ini?
Siapakah wanita ini sebenarnya?
"Cakra, bagaimana kita harus menangani mereka?"
"Aku tidak peduli, sih. Pria Tua itu juga mengatakan, 'jangan coba-coba membuat masalah, agar tidak memberikan beban pada ibu angkatmu'."
"Kamu ini, Nak, ibu angkatmu tidak takut kamu mendatangkan masalah. Ibu tidak segan untuk menerima maaf sebelum dia berlutut sepanjang hari. Jika tidak, Ibu akan membangkrutkan perusahaannya!"
Meskipun dia tahu bahwa ketujuh ibu angkatnya ini luar biasa, Cakra tidak menyangka bahwa ibu ketiga ini begitu berwibawa. Cakra kini pergi dengan mobil Rolls Royce yang panjang.
Di dalam mobil, Reni mengamati Cakra dan langsung menyukainya. Tanpa sadar dia bertanya, "Cakra, bagaimana hidupmu di pegunungan? Apakah ada gadis yang kamu sukai?"
"Hmmm ... aku masih jomblo, sih, Bu, hehe ..."
"Kamu suka tipe seperti apa? Biarkan Ibu memperkenalkan gadis untukmu!"
"Aku suka orang seperti Ibu Reni."
"Kata-katamu benar-benar manis, tapi bagus juga kalau kamu suka tipe wanita sepertiku. Bagaimana kalau Ibu menjodohkan Cakra dengan putrinya Ibu nanti?"
Cakra pun terkejut, bisa begitu juga, kah?
Jika benar-benar terjadi, bukankah Ibu Reni ini akan menjadi ibu mertuaku? Lalu, jika setiap tujuh ibu angkatnya memiliki seorang anak perempuan lagi...
Tujuh mertua?
Membayangkan tujuh orang ibu angkat yang luar biasa di foto itu, Cakra tidak bisa menahan darah hidungnya mengalir saat melihat tujuh putri yang pastinya lebih luar biasa dari mereka.