"Ya, tepat di situ, lebih keras sedikit!"
Di dalam sebuah vila mewah, terdengar suara desahan manja yang penuh kepuasan.
"Calvin, kau adalah orang buta dan berasal dari desa, mestinya kau belum pernah berinteraksi dengan wanita, kan?"
"Meski kau tidak bisa melihat, tapi aku benar-benar wanita yang super cantik loh."
"Karena kau dan kakak perempuanku sebentar lagi akan menikah, maka biarkan aku mengajarimu sesuatu, agar kau tidak terlalu polos nantinya."
"Uh!"
Calvin Hendra menjawab dengan suara lembut, tangannya meraba perut kecil wanita itu, mencari titik akupunktur dan menekannya dengan sedikit kekuatan. Setelah mendengar Kaila mengeluh pelan, akhirnya dia melepaskan tangannya dan berkata, "Selesai."
"Nanti saat kau menstruasi, datanglah kepadaku, aku akan memijatmu. Setelah itu, kau tidak akan merasa sakit lagi. Duduklah dan coba rasakan sendiri!"
"Benar-benar tidak sakit lagi." Suara Kaila Liam terdengar riang, "Wow, jika kamu menjadi tukang pijat untuk orang buta, kurasa kau bisa menghasilkan banyak uang."
Calvin mengerutkan alisnya, lantas berkata: "Aku ... adalah seorang dokter!"
Setelah itu, dia berkata, "Jika tidak ada hal lain, tolong antar aku keluar sebentar."
"Apa kau keluar?" Tiba-tiba suara Kaila, yang sedang berada di tempat tidur, terdengar aneh, "Kenapa harus keluar?"
Selanjutnya, Calvin mendengar suara berisik dari gadis itu.
Sebelum Calvin sempat bereaksi, Kaila sudah lebih dulu meraih tangannya, lalu menarik pria itu kuat-kuat. Hal itu membuat Calvin goyah dan jatuh tepat di atas tubuh Kaila.
"Calvin, apa yang kau lakukan? Kau tidak bisa seperti ini. Aku adalah adik perempuan Naura. Jangan seperti ini!"
Kemudian, Kaila mulai berteriak-teriak ketakutan.
"Brak!"
Pintu kamar mereka ditendang terbuka.
"Klik klik!"
Suara shutter kamera bergema, disertai dengan suara amarah.
"Calvin, apa yang kau lakukan, apa kau masih manusia?"
Sesaat setelah itu, sosok pria gagah berlari cepat ke arah Calvin dan segera menariknya dari tempat tidur.
Di atas tempat tidur, Kaila, dengan pakaian yang setengah terbuka, terlihat seperti bunga pir yang basah oleh hujan, dengan ekspresi ketakutan di wajahnya. Di waktu yang sama, dia buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, seraya berkata, "Bisa-bisanya kau melakukan ini kepadaku. Aku adalah adik kandung Naura!"
Pria yang memegangi tubuh Calvin langsung tersenyum menyeringai.
"Boom!"
Dia langsung melayangkan satu pukulan ke wajah Calvin.
Akibatnya, Calvin terhuyung-huyung ke belakang, hingga punggungnya membentur tepi meja. Rasa sakit yang dahsyat menjalar di punggungnya, lalu dia terkulai lemas di lantai.
"Apa anjing sampah sepertimu juga ingin menikahi Kaila?" Pria itu tertawa sinis.
"Dasar mimpi. Aku sudah memotret apa yang kau lakukan barusan. Aku akan mengirimkannya pada Kakek Andra agar dia bisa melihatnya. Kemudian, Kakek Andra pasti akan menuruti semua keinginanku!"
Calvin tersenyum getir. Ketika itu, dia sudah paham dengan apa yang baru saja terjadi. Sejak dia menginjakkan kakinya di pintu rumah ini, sejak saat itu pula dia telah masuk ke dalam pengawasan keluarga Liam.
Keluarga Liam, adalah keluarga kaya dan terhormat di Kota Riveria, dengan kekayaan yang melimpah.
Sedangkan Calvin berasal dari pedesaan. Kakeknya dan kakek Naura Liam adalah sahabat karib. Calvin dan Naura adalah teman bermain saat mereka masih kecil. Ketika usia mereka sepuluh tahun, mereka bertunangan satu sama lain, atas restu dari kedua kakek mereka.
Rencananya, mereka akan menikah saat Calvin berusia tiga puluh tahun.
Selama bertahun-tahun, Calvin selalu bersama kakeknya, bekerja sebagai dokter keliling di pedesaan. Tiga tahun lalu, karena beberapa peristiwa, ia pun menjadi buta.
Sedangkan kakek Naura, beberapa tahun yang lalu telah meninggalkan pedesaan dan merantau ke Kota Riveria. Dalam kurun waktu dua puluh tahun, kakek itu telah membangun kerajaan bisnis bernilai puluhan miliar, hingga dia menjadi kaya raya.
Sebulan yang lalu, enam bulan sebelum Calvin genap berusia tiga puluh tahun, saat itu kakeknya meminta Calvin untuk datang ke Kota Riveria dalam rangka memenuhi janji pernikahan. Karena itulah, dia datang sendirian ke sana.
Sementara itu, kakek Naura sedang sakit dan terbaring di tempat tidur. Itulah kenapa orang-orang di rumah Liam menghindarinya dan tidak ingin bertemu dengannya.
Namun, Calvin tetap datang ke sana untuk menunaikan janji kakeknya dan berencana untuk menunggu hingga setengah tahun. Jika pada usia tiga puluh tahun nanti ternyata keluarga Liam melanggar janji, maka dia akan kembali pulang.
Akhirnya hari ini, tiba-tiba keluarga Liam mengundangnya ke rumah mereka untuk berdiskusi tentang perjanjian pernikahan. Adik perempuan Naura, yang bernama Kaila, akhirnya ditugaskan untuk menjemput Calvin.
Sesampainya di vila milik keluarga Liam, Kaila berkata bahwa para anggota keluarganya sedang berada di luar rumah dan masih belum kembali. Karena dia sempat mendengar sebelumnya, bahwa Calvin sedikit paham tentang pengobatan, akhirnya dia ingin diperiksa oleh Calvin. Sebab, akhir-akhir ini dia sedang sakit menstruasi!
Jadi, tanpa pikir panjang, Calvin langsung memijatnya.
Pada mulanya, Calvin mengira bahwa keluarga Liam ingin memenuhi janji pernikahan mereka. Namun sekarang, sepertinya semua itu hanya tipuan belaka.
Meski dia merasa sakit yang luar biasa di punggungnya, tapi ekspresi Calvin masih tampak tenang. Dia menghela nafas panjang dan berkata, "Jika kalian hanya ingin membatalkan pernikahan kami, kalian tidak perlu melakukan ini!"
"Apa kau masih berani membantah?" Pria gagah itu melangkah maju, lantas memukul dan menendang Calvin. Seolah-olah dia ingin membunuhnya!
Calvin tidak mampu melawannya. Dia hanya melindungi kepalanya dengan tangan dan tak bicara sepatah kata pun.
"Zaki, sudah cukup!" ketika itu, terdengar suara Naura.
"Jangan sampai benar-benar terjadi masalah."
Zaki Anggara meludah ke arah Calvin dan berkata, "Pergi kau, dasar bocah desa. Apa kau ingin menaikkan derajat sosialmu dengan menikahinya?"
"Apa kau tahu bahwa Naura adalah dewi pujaan banyak orang di Kota Riveria?"
"Dasar sampah buta. Apa kau pantas menikahi Naura?"
"Jika sampai aku melihatmu lagi di Kota Riveria, maka aku akan membunuhmu!"
Naura melangkah maju, lalu menatap Calvin dengan tenang dan bertanya, "Mana surat nikahnya?"
Calvin mencoba duduk dengan susah payah, lalu mengusap dadanya dan berkata, "Jika kalian hanya ingin membatalkan pernikahan, cukup katakan saja kepadaku. Aku akan menyetujuinya, agar kita tidak perlu saling bermusuhan!"
"Bermusuhan? Apa kau pantas bicara seperti itu?" Zaki mengejeknya. "Hari ini, kami telah merencanakan semuanya untuk mengendalikanmu. Memangnya kau bisa apa?"
Melihat Calvin mengeluarkan selembar kertas merah, raut muka Naura sontak menjadi cerah. Dia buru-buru meraihnya.
"Zzzz!"
Dia merobek surat pernikahannya dalam sekejap dan membuatnya menjadi serpihan.
Pada saat ini, Calvin tampak sedikit kacau. Dia baru saja dipukuli oleh Zaki, hingga perban di wajahnya tampak longgar, memperlihatkan sepasang mata matanya yang tertutup rapat.
"Calvin, jangan marah padaku!" Kata Naura sambil menggertakkan giginya.
"Kita memang teman semasa kecil. Tapi …. Kau tahu perbedaan status di antara kita, kan? Selain itu, kau hanya seorang pria buta, sedangkan aku masih normal!"
"Mataku, beberapa hari lagi akan pulih," kata Calvin. "Tapi semua ini tidak terlalu penting lagi."
Calvin berusaha bangkit berdiri. Saat itu, punggungnya yang sempat terbentur dan berdarah-darah, serta wajahnya yang terkena pukulan barusan, terlihat memar dan mulai membengkak.
"Memangnya orang buta bisa sembuh?" Zaki tertawa dan berkata, "Kau benar-benar telah menganggap dirimu seperti dokter dewa."
"Namamu Zaki, kan?" tanya Calvin, "Aku akan mengingatmu!"
"Hmm?"
Mendengar ucapan Calvin yang sedikit mengancam, Zaki sontak menjadi geram, lalu mengambil asbak rokok dari meja di sebelahnya dan melemparkannya ke arah kepala Calvin, seraya berkata, "Jika aku membunuhmu lebih dulu, memangnya apa yang bisa kau lakukan?"
"Klang!"
Asbak itu mengenai kepala Calvin.
Rasa sakit yang hebat menjalar di tubuh Calvin. Tiba-tiba pandangan matanya menjadi gelap, sebelum akhirnya dia tersungkur dan terkapar di lantai.
......
"Zzz"
Di tepi jalan raya, terdengar bunyi rem mobil van yang sangat keras. Kemudian, bagasi van itu terbuka, dan Calvin langsung dilemparkan dari dalam van, lantas ditinggalkan begitu saja di pinggir jalan.
Kemudian, van itu kembali melanjutkan perjalanannya dan pergi menjauh.