Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Jodoh Kok, CEO?!

Jodoh Kok, CEO?!

Ichan Kaori | Bersambung
Jumlah kata
30.7K
Popular
477
Subscribe
92
Novel / Jodoh Kok, CEO?!
Jodoh Kok, CEO?!

Jodoh Kok, CEO?!

Ichan Kaori| Bersambung
Jumlah Kata
30.7K
Popular
477
Subscribe
92
Sinopsis
PerkotaanSlice of lifeKonglomeratMiliarderKaya
JODOH KOK, CEO?Dijodohkan dengan seorang CEO? Ini mimpi buruk atau berkah tersembunyi?Zahra Ashera, mahasiswi cerdas dan penuh ambisi, mendapati hidupnya jungkir balik ketika orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria yang sama sekali tidak ia kenal. Bukan pria sembarangan, tapi Kendrick Abraham—seorang CEO tampan, kaya, dan… menyebalkan!Alih-alih menjadi pasangan yang romantis, mereka justru seperti anjing dan kucing. Setiap pertemuan diwarnai perang kata-kata, sindiran tajam, dan usaha masing-masing untuk membatalkan perjodohan. Zahra ingin kebebasannya, sementara Kendrick merasa pernikahan ini hanya buang-buang waktu.Tapi segalanya mulai berubah saat mereka sama-sama merasakan hal aneh—rasa kesal saat melihat satu sama lain dekat dengan orang lain. Tanpa mereka sadari, cemburu mulai merayap ke dalam hati mereka.Ketika Kendrick akhirnya sadar bahwa ia jatuh cinta lebih dulu, ia dengan percaya diri mengakuinya. Sayangnya, Zahra tak semudah itu menerima kenyataan. Apakah perjodohan ini benar-benar takdir yang harus mereka jalani? Atau justru sesuatu yang akan mereka sesali seumur hidup?Saat kebencian perlahan berubah menjadi cinta, mampukah Zahra menerima perasaannya? Ataukah semuanya sudah terlambat?Sebuah kisah enemies-to-lovers yang penuh emosi, benci jadi rindu, dan pertarungan gengsi yang menggemaskan!
Perjodohan Konyol? Jangan Harap!

Suasana ruang makan malam itu begitu hening. Hanya dentingan halus sendok dan garpu yang terdengar sesekali. Zahra Ashera duduk dengan perasaan yang tak nyaman, sesekali melirik kedua orang tuanya yang tampak terlalu bersemangat dengan hidangan di hadapan mereka.

Di seberangnya ada seorang pria duduk dengan postur tegap, mengenakan setelan jas yang begitu rapi dan mahal. Pria itu tidak menoleh sedikit pun ke arahnya, hanya fokus pada makanannya. Tapi Zahra bisa merasakan auranya yang dingin dan arogan sejak pertama kali masuk ke ruangan ini.

Kendrick Abraham.

CEO muda yang namanya sering muncul di berita bisnis. Terkenal sebagai pria cerdas, tajam dan … menyebalkan.

Zahra sudah mendengar desas-desus tentangnya. Seorang pria perfeksionis, pekerja keras dan katanya—tidak tertarik pada wanita.

“Baiklah,” suara ayah Kendrick, Pak Adrian, memecah keheningan. “Kami tidak ingin bertele-tele. Ada sesuatu yang ingin kami umumkan malam ini.”

Zahra mengangkat alis. Ada firasat buruk yang menggelitik pikirannya. Ia melirik ibunya yang justru tersenyum penuh arti.

“Zahra, Kendrick,” lanjut ayahnya. “Kami sudah memutuskan. Kalian berdua akan bertunangan.”

Suara gelas yang ditaruh dengan keras terdengar di ruangan itu. Zahra menoleh dan melihat Kendrick menatap tajam ke arah ayahnya, sementara tangannya mengepal di atas meja.

“Maaf, apa tadi saya salah dengar?” Kendrick akhirnya bersuara dengan nada yang penuh akan ketidakpercayaan.

Zahra masih terdiam, otaknya mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Bertunangan? Dengan pria menyebalkan ini? Tidak mungkin!

“Kamu tidak salah dengar, Nak,” ibunya yang bernama Laras berkata dengan nada lembut namun penuh keyakinan. “Kami sudah mempertimbangkannya dengan baik. Kalian berdua akan menjadi pasangan yang sempurna.”

Zahra akhirnya menemukan suaranya. “Tunggu dulu! Maksud Mama dan Papa… aku harus menikah dengan pria ini?” Ia menunjuk Kendrick dengan ekspresi seolah itu adalah ide paling gila yang pernah ada.

“Ya,” jawab ayahnya tenang.

Zahra merasa kepalanya berputar.

“Aku menolak,” Kendrick berkata dengan tegas, memecah kebisuan semua orang. “Aku tidak tertarik dengan perjodohan ini.”

Zahra hampir saja menghela napas lega, setidaknya mereka sepakat dalam satu hal.

“Tepat sekali!” Zahra menimpali. “Aku juga tidak tertarik. Aku masih kuliah dan menikah tidak ada dalam rencanaku untuk saat ini!”

“Tapi pernikahan ini adalah keputusan keluarga,” kata Laras, ibunya. “Ini bukan hanya tentang kalian berdua, tetapi juga tentang persatuan dua keluarga besar.”

Zahra menggeleng kuat. “Tidak! Tidak mungkin! Aku tidak mau!”

Kendrick menyandarkan punggungnya di kursi, matanya menatap Zahra dengan ekspresi menilai. Lalu bibirnya melengkung sedikit dan Zahra langsung tahu bahwa ia sedang meremehkannya.

“Tidak perlu khawatir Nona Zahra. Aku juga tidak ingin menikah dengan seseorang sepertimu,” katanya dengan nada rendah tapi tajam.

Zahra membelalakkan mata dengan hati yang sudah mulai panas. “Apa maksudmu?”

Kendrick mendesah lalu menatapnya seolah ia adalah sesuatu yang tidak penting. “Aku tidak punya waktu untuk seorang gadis manja yang masih sibuk dengan kuliahnya. Hidupku terlalu sibuk untuk sesuatu yang tidak berguna.”

Darah Zahra semakin mendidih. “Kau bilang apa?”

“Apa aku harus mengulangnya?” Kendrick menyeringai kecil. “Aku butuh seseorang yang bisa berdampingan denganku, bukan gadis kekanakan yang bahkan belum mengenal dunia nyata.”

Jantung Zahra berdebar kencang, tapi bukan karena gugup—melainkan marah.

Tanpa pikir panjang, tangannya melayang.

PLAK!

Suara tamparan keras menggema di ruangan itu. Semua orang membeku. Kendrick sendiri tampak terkejut, wajahnya sedikit menoleh ke samping akibat hantaman tangan Zahra.

Mata Zahra berkilat marah. “Dengar ya, Tuan CEO. Aku mungkin masih kuliah, tapi aku tidak akan membiarkan seseorang seperti kau meremehkanku. Aku bukan gadis manja dan aku jelas bukan seseorang yang bisa kau hina begitu saja.”

Kendrick perlahan menoleh kembali ke arahnya. Mata mereka bertemu—tatapan tajam beradu, masing-masing menolak mundur.

Wajah Kendrick tetap datar, tapi sorot matanya gelap dan penuh bahaya. “Menarik.”

Zahra menggertakkan giginya.

“Zahra!” Ibunya menegur dengan suara panik. “Apa yang kau lakukan?”

“Dia pantas mendapatkannya,” Zahra menjawab tanpa ragu.

Ayah Kendrick malah tertawa kecil melihat anaknya ditampar oleh gadis seperti Zahra, dia tampak terhibur. “Sudah lama aku tidak melihat ada yang berani menampar Kendrick.”

Kendrick tidak mengatakan apa pun. Ia hanya bangkit dari kursinya, merapikan jasnya, lalu menatap Zahra sekali lagi sebelum berkata, “Aku tidak akan menerima perjodohan ini. Jangan harap aku akan berubah pikiran.”

Lalu tanpa menunggu respons siapa pun, ia melangkah keluar.

Zahra juga berdiri, menatap orang tuanya dengan penuh amarah. “Aku juga tidak akan menerima perjodohan ini. Kalau kalian memaksa, aku akan pergi dari rumah!”

"Aku serius!" ucapnya sekali lagi.

Tanpa menunggu jawaban, ia juga berjalan pergi, meninggalkan ruangan dengan napas tersengal karena emosi.

Tapi saat melangkah keluar, ia sempat menoleh dan melihat Kendrick berdiri di dekat mobilnya, menatap ke arahnya dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Mereka bertukar pandang sejenak, lalu Kendrick tersenyum miring.

“Sepertinya kita resmi jadi musuh sekarang,” katanya santai sebelum masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi.

Zahra mendengus. Musuh? Dari awal dia memang sudah jadi musuh!

BAB 1 (Perjodohan Konyol Ini? Jangan Harap!)

Suara tamparan itu masih menggema di telinga semua orang.

Kendrick tetap berdiri tegap, meski ada jejak merah di pipinya akibat tangan Zahra. Matanya menatapnya tajam, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda—bukan sekadar keterkejutan, melainkan ketertarikan yang samar. Seolah ia baru saja menemukan sesuatu yang menarik untuk dimainkan.

Zahra, di sisi lain, masih mengepalkan tangannya, dadanya naik turun karena amarah yang meluap. Tidak ada yang pernah membuatnya sesebal ini.

“Apa masalahmu?” suara Kendrick rendah dan dingin, tapi ada nada geli yang tersembunyi di dalamnya. “Gadis sepertimu memang gampang tersulut emosi, ya?”

Zahra mendesis. “Aku tidak akan membiarkan pria arogan sepertimu meremehkanku. Kau pikir kau siapa?”

Kendrick menyeringai tipis, seolah menantang. “Aku? Aku CEO yang sukses. Seseorang yang tahu cara menjalani hidup dengan benar, tidak seperti gadis kecil yang masih sibuk bermain-main dengan impian masa mudanya.”

Zahra mengepalkan tangannya lebih erat. “Dengar, Tuan CEO,” katanya dengan nada penuh kebencian. “Aku mungkin masih kuliah, tapi setidaknya aku tidak menganggap orang lain lebih rendah hanya karena mereka belum berada di puncak sepertimu!”

Kendrick terkekeh kecil. “Oh, jadi kau mengakui bahwa aku berada di atasmu?”

“Bukan itu maksudku, bodoh!” Zahra membentaknya.

Kendrick mengangkat alis, tampak terhibur. “Bodoh? Kau berani memanggilku begitu?”

Zahra mendengus. “Oh, aku bisa memanggilmu lebih buruk dari itu.”

“Silakan,” Kendrick menantangnya.

Zahra sudah siap membuka mulut, tapi suara keras dari luar restoran memanggil perhatian mereka.

“Zahra! Kendrick! Berhenti!” suara Ny. Laras penuh kepanikan melihat keduanya masih melanjutkan adu mulut di halaman parkiran restoran.

Namun keduanya tidak mendengar. Mereka sudah terlalu terbakar emosi untuk memedulikan sekitar.

“Aku tidak tahu bagaimana orang tuaku bisa berpikir aku cocok menikah dengan seseorang sepertimu!” Zahra memelototi Kendrick.

Kendrick tersenyum miring. “Itu satu hal yang akhirnya kita sepakati.”

“Bagus! Jadi jangan pernah berpikir untuk mendekatiku!” Zahra menunjuk Kendrick dengan tajam.

Kendrick menghela napas panjang dan melipat tangan di dadanya. “Percayalah, aku juga tidak tertarik. Kau bukan tipeku.”

Mata Zahra berkilat. “Dan kau pikir aku tertarik padamu? CEO sok suci yang menganggap semua orang lebih rendah?”

Kendrick tertawa pelan. “Setidaknya aku tidak kekanakan dan emosional.”

“KAU—!” Zahra hampir saja mendorong Kendrick, tapi sebelum sempat melakukannya, dua orang satpam mendekat dan berdiri di antara mereka.

“Maaf, Tuan, Nona, tapi mohon tenang,” kata salah satu satpam dengan sopan, meski wajahnya terlihat tegang.

Beberapa tamu restoran mulai menoleh dan berbisik-bisik. Para orang tua mereka tampak panik, tapi Zahra dan Kendrick tetap saling menatap tajam, seolah satu langkah lagi mereka bisa saling menerkam.

“Aku akan tenang jika dia tidak memprovokasiku,” Zahra mendesis.

“Lucu sekali, aku juga bisa mengatakan hal yang sama,” Kendrick membalas dengan nada santai.

Satpam di antara mereka berdehem, mencoba menetralkan situasi. “Tolong, Tuan dan Nona. Ini tempat umum.”

Zahra menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya. Matanya masih menatap Kendrick penuh kebencian, tapi ia akhirnya mundur selangkah. “Lupakan saja. Aku tidak akan menikah dengan pria ini, titik!”

Kendrick mengangkat bahu. “Percaya padaku, aku juga tidak tertarik.”

Zahra mendengus, lalu berbalik dan berjalan cepat keluar dari parkiran.

Kendrick masih berdiri di tempatnya, matanya mengikuti langkah Zahra sampai wanita itu benar-benar menghilang. Lalu, ia tersenyum kecil, ekspresi misterius yang sulit ditebak.

Orang-orang di dalam restoran mulai kembali ke aktivitas mereka, tapi satu hal jelas—pertunjukan malam ini meninggalkan kesan yang sulit dilupakan.

Dan bagi Kendrick serta Zahra, ini baru permulaan.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca