Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Pendekar Kilat Neraka

Pendekar Kilat Neraka

Jelata Cakrawala | Bersambung
Jumlah kata
313.6K
Popular
2.7K
Subscribe
228
Novel / Pendekar Kilat Neraka
Pendekar Kilat Neraka

Pendekar Kilat Neraka

Jelata Cakrawala| Bersambung
Jumlah Kata
313.6K
Popular
2.7K
Subscribe
228
Sinopsis
18+FantasiFantasi TimurNagaPerangDewa
Kerajaan Galuh mengalami masalah besar karena perebutan tahta. Tak hanya itu, Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Raja Muda ingin menaklukkan Kerajaan Galuh dan mempersatukan kembali Kerajaan Tarumanegara. Gandi, seorang Pendekar muda yang baru saja turun Gunung, harus terlibat dengan berbagai masalah kerajaan. Namun siapa sangka, perjalanan dirinya mengawal putri Senapati malah mengungkap jati dirinya yang sebenarnya. Yaitu, bahwa dia adalah satu-satunya pewaris Kerajaan Naga Air yang dinanti oleh bangsa Naga Air. Baca Pendekar Kilat Neraka dalam Episode Raja Naga Air hanya di Max Novel!
1.Turun Gunung

Ayam berkokok pertanda fajar telah menyingsing.Pemuda berpakaian merah segera menjinjing bekalnya yg sudah dia siapkan semalam sebelum dia tidur.

Segera setelah semua beres, dia menghadap seorang tua renta yang duduk menantinya diruang depan sebuah gubuk reot. Gubuk yang sudah lapuk dimakan rayap menyisakan kenangan bagi sang pemuda.

Sang pemuda membungkuk memberi hormat lalu bersimpuh dihadapan orang tua tersebut.

Beberapa saat suasana sunyi senyap tanpa ada yang berkata. Lalu terdengarlah suara si orang tua itu batuk. Beberapa saat kemudian orang tua berjenggot putih itu pun berkata.

"Gandi Wiratama...sudah saatnya kamu turun gunung,mengamalkan ilmu yg kuajarkan untuk menegakkan kebenaran dimanapun kau berada."

Pemuda itu menunduk. Entah apa yg dia rasakan. Antara sedih ataupun senang. Sedih karena sebentar lagi dia akan pergi meninggalkan gurunya dan juga senang karena dia akan melakukan pengembaraan nya sendiri menegakkan kebenaran.

"Gandi, aku berpesan padamu, temuilah seorang sahabatku bernama Ojang yang berjuluk Pendekar Gelo Tapak Seribu,dan sampaikan padanya bahwa aku Iblis Waras Roda Sakti, akan mengundurkan diri dari dunia persilatan."

Kata lelaki tua itu lalu mengambil sebuah cangkir butut yang masih mengepulkan uap panas dari air panas yang dia seduh.

Sesaat Gandi terdiam mendengar ucapan sang guru. Lalu dia pun membungkukkan badan memberi hormat kepada orang tua itu. Orang yang sudah membesarkannya dan juga mengajarinya segala hal.

"Baik guru...pesan akan aku sampaikan," ucap Gandi lirih dengan mata berkaca-kaca.

Orang tua itu tersenyum dan mengelus jenggot putihnya.

"Sekarang pergilah nak. Berhati-hatilah dengan kehidupan dunia persilatan. Kau akan bertemu berbagai macam kesulitan. Bermacam tipu muslihat dan bermacam manusia dengan segala kedigdayaannya. Kau harus bisa menghadapinya sendiri."

Gandi mengangguk.

"Dan satu lagi yang ingin aku katakan, aku menyirap kabar adanya sebuah senjata mustika didalam dasar waduk tak jauh dari sini. Sebenarnya sudah lama kabar itu tersebar. Namun banyak yang percaya, tapi tidak sedikit yang menganggap itu hanyalah dongeng. Cobalah kau telusuri. Siapa tahu benar adanya, dan kau bisa mendapatkan nya," ucap si kakek.

"Baik guru. Akan saya coba telusuri kebenaran kabar adanya senjata itu. Sekarang murid akan undur diri pergi dari puncak gunung Ciremai ini guru..." kata Gandi.

"Ya, pergilah dan tempalah ilmu lebih banyak lagi diluar sana. Salamku untuk orang-orang golongan putih." sahut Iblis Waras Roda Sakti tersebut.

Setelah mengucap salam sang murid pun pergi meninggalkan gurunya dan gubuk reot di puncak Gunung Ciremai tersebut.

Dengan langkah berat dia berjalan menyusuri jalan batu yang biasa dia lewati bersama sang guru dulu saat dia masih kecil. Mata Gandi kembali berkaca-kaca mengingat canda dan tawa bersama sang guru yang susah lima belas tahun dia lewati bersama.

Namun kini hatinya harus kuat dan penuh keteguhan untuk menjejakan kaki didunia persilatan berbekal ilmu kesaktian yang dia peroleh dari gurunya, seorang pendekar sakti berjuluk Iblis Waras Roda Sakti.

Dalam waktu sepenanakan nasi, Gandi telah sampai di kaki gunung. Dia melangkah dengan cepat menggunakan ilmu meringankan tubuh.

Pemuda itu hentikan langkahnya disebuah kedai yang ada di kaki gunung. Matahari telah terbit diufuk timur. Udara dingin yang dia lalui sepanjang perjalanan membuat perutnya terasa keroncongan.

Sambil mengusap perutnya yang lapar karena belum diisi, segera pemuda itu masuk dan memesan makanan kepada pemilik kedai.

"Pesan apa kisanak?"

"Ummm...saya pesan gado-gado dan lalap ya Ki," jawab si pemuda.

"Di tunggu dulu ya kisanak," ucap pemilik kedai.

Pemuda itu pun duduk dipojok kedai. Meski hari masih pagi namun kedai itu sudah terlihat ramai oleh para pengunjung.

Itu menunjukan kedai tersebut telah diminati banyak orang. Mungkin karena enak masakannya dan ramah pelayanannya.

Sambil menanti, Gandi Wirata mengeluarkan gulungan kitab dari buntalan kain miliknya.

'Aku belum sempat menuntaskan ini, guru malah menyuruhku pergi. Hmmm...kitab sakti ini bisa menambah ilmu kanuraganku, terutama ilmu kebal senjata.' batin Gandi.

Lamunanya buyar saat pelayan kedai menaruh makanannya di meja sambil mempersilahkannya.

Segera dia tutup kitabnya. Lalu ,menikmati gado-gado kesukaannya dengan lahap.

Tanpa Gandi sadari, beberapa orang tengah memperhatikannya sejak dia membuka gulungan kitab tersebut.

Tak berapa kemudian muncul seorang gadis cantik berpakaian serba putih masuk kedalam kedai.

Wajahnya yang jelita semakin cantik dihiasi perhiasan permata biru muda dikeningnya. Dan bola matanya yang indah seperti memancarkan sinar keunguan yang semakin menambah kecantikannya.

Rambut panjangnya yang lurus hingga pinggang dibiarkan tergerai menambah nilai dari kata sempurna.

Semua mata terpana menatap sang dara jelita itu. Bak melihat bidadari yang turun dari kahyangan dan nyasar di dalam kedai tersebut, tak ada yang bisa berkata-kata. Semua nya terperangah.

Mereka bergumam dan saling berbisik-bisik. Kecuali si pemuda yg tetap makan dengan enaknya seolah tak melihat apa-apa.

Gadis itu pun duduk tak jauh dari Gandi setelah dia memesan makanan kepada pemilik kedai.

Selesai makan, pemuda berpakaian merah itu segera berdiri dan menuju ke pemilik kedai. Dia pun membayar dengan uang berbentuk koin perunggu. Gandi berbisik pada pemilik kedai.

"Ki, tahu tidak desas desus tentang waduk tak bernama yang katanya lagi ramai dibincangkan...?" tanya Gandi dengan suara berbisik.

Pemilik kedai itu terlihat tercekat. Sesaat nampak pucat wajahnya.

"Ada apa Ki, kok pucat gitu wajahnya?" tanya Gandi heran.

Pemilik kedai itu menghela nafas dalam-dalam, lalu dia pun berkata.

"Jang, kamu jangan pernah punya keinginan kesana,disana angker dan berbahaya. Banyak orang mati tak jelas disana cuma gara-gara penasaran pada sesuatu yang tidak pasti. Kalau ujang masih ingin punya anak istri,mending pulang kerumah lalu kawin dan beranak. Jangan cari perkara jang!"

"Gila ki, masak iya, pulang terus kawin dilanjut beranak pula! Enak kali hidup seperti itu ki!" sahut Gandi membuat si pemilik kedai ketawa kecil.

"Coba lihat gadis disana jang. Kalau kamu bisa punya istri secantik dia, mana mungkin kamu ini tak ingin punya anak darinya!?"

Gandi palingkan wajahnya menatap kearah gadis yg tengah duduk dan makan tak jauh dari tempatnya tadi.

Darah Gandi terasa mengalir dengan cepat. Wajahnya merah bersemu.

'Gila! Gadis itu cantik sekali!? Bidadari kah? Pantesan orang-orang pada melihat dan melirik kesana terus. Hmmm,,,dari pakaian gadis terlihat bahwa dia juga seorang pendekar.' batin Gandi.

Merasa dipandangi,gadis itu menoleh kearah Gandi,sontak saja si pemuda langsung palingkan pandangannya kearah lain dengan wajah memerah dan terasa panas.

Dia tak tahu bahwa si gadis jelita itu tersenyum.

Gandi segera tinggalkan kedai itu. Beberapa orang juga nampak meninggalkan kedai tanpa membayar. Namun pemilik kedai tak berani meminta. Karena dia tahu mereka adalah orang-orang sakti.

Gandi sadar,ada orang yang menguntitnya dari belakang. Namun Gandi tak peduli,dia tahu mereka itu adalah orang-orang yang ada di dalam kedai tadi.

'Mereka diam-diam mengikutiku. Ada sesuatu yg membuat mereka tertarik...hmmm'

Didekat sebuah pohon besar Gandi hentikan langkahnya.

Orang-orang yang mengikutinya segera bersembunyi dan mendekam dibalik semak belukar.

Gandi tersenyum dan timbul rasa ingin menjahili mereka.

"Jauh-jauh ku berjalan,tak nampak ada awan disana,dari jauh kelihatan,menoleh belakang tak ada pada kemana?"

Sontak saja empat orang yg mengikuti dari belakang tadi terkejut mendengar pantun yang asal-asalan tersebut namun mengena ke hati mereka.

Mereka berempat merasa pemuda itu tengah menyindirnya. Ingin segera melabrak, pantun susulan menghentikan niat mereka.

"Bersembunyi mendekam dalam semak,hati-hati ular kejam nyari orang tak pakai sempak," kembali Gandi berpantun lalu tertawa cekikikan yang membuat empat orang tadi menjadi geram.

Tanpa menunggu lama mereka keluar dari tempat persembunyian sambil menggembor marah.

"Dasar anak muda laknat! Lagaknya kau sudah tak ingin berlama-lama didunia ini hah!?" Bertanya orang yg paling kiri.

Dia terlihat sangar dengan jenggot dan kumis awut-awutan. Matanya cuma sebelah kanan yang bisa untuk melihat, mata yang satunya tertutup kain hitam.

Gandi yg memang masih sangat baru dalam dunia persilatan masih belum bisa mengenal orang-orang sakti yang ada di hadapannya.

Akan tetapi sang guru pernah memberitahu ciri-ciri pendekar hebat di kawasan kaki Gunung Ciremai.

Melihat ciri orang yang membentak tadi dia ingat kata gurunya,bahwa ada satu orang sakti yang berdiam di sebuah lereng selatan,bernama Suratama berjuluk Iblis Mata Satu.

Disebelah kanannya juga bukan orang biasa,orang ini memakai baju putih celana hitam. Dipinggangnya terlihat satu senjata menggelantung mengeluarkan cahaya keemasan. Mata si pemuda mengernyit,tak salah lagi,itu adalah Kujang Sakti Pasir Petir.

Melihat dua yg lain,Gandi tak mengenalnya sama sekali. Dan kedua orang yang tidak dia kenal itu bukanlah orang-orang hebat rimba persilatan.

Baru turun gunung Gandi langsung mendapat lawan yang kepandaiannya sulit dijajagi.

'Guru pernah bilang,Iblis Mata Satu mempunyai kekuatan dahsyat pada matanya. Tapi guru bilang aku harus hati-hati pada mata yg dilindungi kain...apa maksudnya? Dan satunya lagi pendekar Kujang Sakti Pasir Petir,senjatanya tidak bisa dianggap remeh. Guruku pernah berhadapan langsung dengan orang ini dan hampir kalah kalau saja guru tak mengeluarkan senjata pamungkasnya...lah aku?senjata tidak ada,ilmu dari guru memang sudah ku kuasai...tapi ilmu dari kitab Raga Wesi itu belum kukuasai dengan sempurna...ditambah dua tokoh tak jelas itu...empat lawan satu...gila!' batin Gandi.

Pendekar Kujang Sakti Pasir Petir maju ke depan dua langkah lalu berkata dengan nada mengancam.

"Anak muda, umurmu masih panjang, lebih baik serahkan satu gulungan kitab yang kau punya pada kami. Nyawamu akan kulepas, hanya saja aku ambil kaki dan tanganmu satu-satu, bagaimana?"

Gandi menyeringai.

"Ternyata kau mau kitab yang kubawa tapi masih mengancam, tidak akan kuberikan! Itu kitab pemberian guruku. Kalian salah besar meminta kitab ini dariku. Agaknya kalian belum tahu siapa pemilik kitab ini,"

"Katakan siapa adanya dirimu dan orang yg punya kitab itu!" Teriak Iblis Mata Satu tak sabaran.

Gandi tertawa geli. Lalu dia menjawab dengan santai.

"Yang punya kitab ini adalah seorang pendekar sakti dari puncak Ciremai. Dia adalah guruku, Iblis Waras Roda Sakti!"

Mendengar jawaban pemuda itu membuat keempat orang itu tercekat dan surut kebelakang beberapa langkah saking terkejutnya.

"Manusia sakti itu..."desis Pendekar Kujang Sakti Pasir Petir dengan bibir bergetar.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca