Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Kekuatan Gelap Sang Putra Naga

Kekuatan Gelap Sang Putra Naga

Santi Sunz | Bersambung
Jumlah kata
103.9K
Popular
313
Subscribe
110
Novel / Kekuatan Gelap Sang Putra Naga
Kekuatan Gelap Sang Putra Naga

Kekuatan Gelap Sang Putra Naga

Santi Sunz| Bersambung
Jumlah Kata
103.9K
Popular
313
Subscribe
110
Sinopsis
18+FantasiFantasi TimurNagaMonsterDunia Gaib
Duncan Radmaleron adalah sang putra dari Ratu Victoria dari negeri Emporion Land. Ayahnya adalah Baron sang animagus terhebat di seluruh negeri. Sebagai seorang putra animagus, Duncan tak dapat berubah menjadi hewan apa pun. Duncan pun tinggal di dunia manusia bersama neneknya. Ia merasa dirinya dibuang. Di sekolah pun ia dirundung oleh teman-temannya. Beruntung ia memiliki Claire sebagai sahabatnya. Suatu hari, hutan terbakar. Seseorang berkata jika ia adalah putra naga yang selama ini dicari-cari. Duncan pun setuju untuk ikut bersama orang itu untuk mencari jati dirinya yang sebenarnya. Ia mengalami berbagai petualangan di negeri antah berantah hingga nyaris mati. Ternyata ada alasan kenapa Duncan tidak bisa berubah menjadi animagus. Apakah alasan di balik semua itu? Seperti apa petualangan Duncan?
1. Para Pembuat Masalah

Suara guruh di kejauhan membuat Duncan melonjak kaget. Sebentar lagi akan turun hujan. Duncan takut sekali. Namun, ia bukan takut akan suara guntur; ia khawatir jika ia harus pulang ke rumahnya dalam keadaan basah kuyup, juga babak belur.

Sudah cukup neneknya bersabar menghadapi dirinya. Duncan tidak ingin membuat neneknya semakin menderita karena masalah yang ia hadapi di sekolah.

Tiga orang anak laki-laki yang badannya jauh lebih tinggi dan lebih besar darinya tengah berdiri di hadapan Duncan. Salah satunya bernama Derek. Ia adalah sang pemimpin dari kedua temannya, Angus dan John.

Derek berdiri sangat dekat dengan Duncan, menantangnya. Sebelah tangannya memegang pemukul kasti. Duncan memberanikan diri untuk menatap Derek dengan tajam.

“Kamu akan mengerjakan tugas kalkulus kami dengan benar,” ucap Derek dengan nada santai. “Tidak ada tawar menawar ataupun kalimat rengekan seperti anak TK. Pokoknya kamu kerjakan sekarang dan aku akan membiarkanmu hidup sampai kelulusan.”

“Kenapa aku harus patuh padamu?”

Derek tersenyum mengejek. “Aku pernah mendengar kamu bicara tentang dunia magis dengan pacarmu itu.”

“Claire bukan pacarku!” sergah Duncan.

“Kamu bilang kalau kamu itu keturunan naga.” Derek tertawa terbahak-bahak diikuti Angus dan John.

“Dasar anak aneh!” seru John.

“Ayo berubahlah jadi naga! Aku ingin melihatnya!” Angus ikut-ikutan.

“Tutup mulut!” Duncan malas menghadapi teman-temannya yang menyebalkan itu. Ia pun mendorong Derek dan hendak pergi dari sana, tapi Derek menahannya.

“Kamu kerjakan saja sendiri tugasmu. Ah, aku lupa kalau otakmu yang hanya sebesar kacang itu tidak akan sanggup mengerjakan tugas kalkulus yang mudah itu.”

Dalam hatinya, Duncan tahu jika sebentar lagi ia akan dipukuli oleh benda keras dan tumpul di tangan Derek itu. Duncan harus bersiap-siap, apakah ia akan sanggup melawan atau pulang sebagai seorang pengecut.

Angus dan John tertawa dengan ucapan Duncan yang menyindir. Hal itu membuat Derek semakin murka.

“Diam kalian semua!” teriak Derek tepat di depan wajah Duncan. Mulutnya bau seperti ikan busuk. “Kamu tahu, Duncan, aku tidak akan segan-segan untuk menghajarmu sampai kamu berharap jika kamu mati saja.” Derek menyeringai, menampilkan sederet gigi depan yang besar-besar dan menguning.

“Kalau begitu, bunuh saja aku,” tantang Duncan.

Guruh kembali menggelegar. Gawat. Hujan gerimis telah turun. Neneknya paling tidak suka jika ia pulang dalam keadaan basah kuyup. Duncan lupa tidak membawa jas hujan.

“Kamu sudah bosan hidup ya!” seru Derek murka. Ia sudah hampir mengangkat pemukul kasti itu, tapi Duncan menahannya.

“Kamu tidak akan berani membunuhku! Kamu akan masuk penjara! Bayangkan, apa yang akan ibumu katakan jika kamu sampai masuk penjara. Dia mungkin akan bahagia karena dia tidak perlu mengurus dirimu yang nakal dan pembuat masalah. Kamu akan dititipkan di penjara selama puluhan tahun sampai ibumu lupa kalau dia pernah memilikimu sebagai anaknya.”

Meski tubuh Duncan jauh lebih kurus dari Derek, tapi ia memiliki mulut yang besar dan nyali yang terkadang tersulut api dan bisa segera menciut begitu Derek menghajarnya.

Derek mengumpat, kemudian remaja laki-laki yang baru berusia tujuh belas tahun itu pun mengayunkan tongkat pemukul kasti itu dan memukul lengan Duncan keras sekali sebanyak beberapa kali. John dan Angus tidak ingin ketinggalan untuk merasakan betapa asyiknya memukul dan menendang anak laki-laki yang badannya jauh lebih kecil dari mereka.

Duncan selalu menjadi sasaran empuk geng mereka. Andai ia bisa melawan mereka bertiga, tapi rasanya mustahil.

Napasnya tercekat ketika Angus melancarkan pukulan keras di perutnya beberapa kali. Duncan jatuh tersungkur ke tanah sambil memeluk perutnya. Derek mengangkat kerah bajunya hingga Duncan terpaksa berdiri sambil menahan sakit.

“Kamu masih berani mengata-ngatai ibuku, huh?” ucap Derek dengan napas yang terengah-engah. Ludahnya muncrat sedikit, mengenai wajah Duncan.

“Hei! Kenapa kamu tidak melawan orang yang seukuran denganmu?” seru seorang gadis.

Derek melepaskan tangannya hingga Duncan kembali ambruk ke tanah. Kepalanya pusing berputar-putar. Susah payah Duncan menarik napas, memenuhi paru-parunya dengan oksigen.

John dan Angus sudah membalikkan badannya. Derek yang terakhir menoleh ke arah sumber suara. Ia mendengus. Seketika hujan seolah mereda karena kehadiran sang gadis.

“Aku bertanya-tanya, sebenarnya kamu itu siapanya Duncan? Teman? Pacar? Atau mungkin kamu lebih cocok disebut kacung, betul kan? Kamu selalu saja muncul di saat yang tepat,” ujar Derek dengan nada mengejek.

Duncan mendongak dan melihat sosok yang sedang ditantang oleh Derek. Badannya nyaris setinggi Duncan. Ia lebih berotot dan sangat kuat.

Itu adalah Claire, sahabat Duncan. Gadis itu selalu membelanya setiap kali Derek dan gengnya mengganggu Duncan.

Claire melepaskan bandana dari rambutnya dan kemudian menjadikannya sebagai senjata. Ia memasang kuda-kuda bagaikan seorang petarung.

“Kamu boleh menyebutku kacung, bukan masalah,” ujar Claire sambil menyeringai. “Biasanya bos bertubuh lemah, sedangkan kacungnya jauh lebih kuat dan tahan banting. Kalau aku membantingmu dan kamu merasa kesakitan, itu artinya kamu bos. Tapi kalau kamu tetap kuat dan bertahan, itu artinya kamu juga kacung, sama sepertiku.”

“Sejak kapan ada ilmu seperti itu?” protes Derek.

“Sejak saat ini. Ah, sudah tidak usah banyak bicara. Daripada kamu babak belur, lebih baik kamu pergi dan tinggalkan Duncan sendirian!” ancam Claire yang ditanggapi Derek serta teman-temannya dengan tawa mengejek.

“Apa yang bisa dia lakukan dengan bando lucu itu?” ejek John.

“Mungkin dia ingin terlihat centil di hadapan kita,” sahut Angus.

John, Angus, dan Derek tertawa-tawa keras. Claire memutar bola matanya. Kemudian dengan satu sabetan keras, bandana itu memukul keras pipi Angus hingga anak laki-laki itu terkejut. Tawa langsung terhenti.

“Kamu berani memukulku!”

Sebelum Angus mengatakan hal lain lagi, Claire menendang perutnya hingga ia terjengkang ke belakang. Melihat hal tersebut, John tidak tinggal diam.

Ia berteriak dan kemudian berlari menghadapi Claire. Terlalu mudah bagi Claire untuk menunduk dan menghindar pria bertubuh besar itu. Lalu ia menendang kaki John dan memukul perutnya dengan sabetan bandana.

John tersapu hingga ia terjatuh dengan suara berdebum yang keras. Tanah seolah bergetar tertimpa bobot tubuh orang besar itu.

Claire sudah menegakkan lagi tubuhnya dan hendak menghajar Derek, tapi anak laki-laki itu mengangkat sebelah tangannya.

“Kamu tahu, aku tidak suka jika aku harus memukul seorang gadis. Hal itu seperti yang merendahkan harga diriku.”

Claire tersenyum mengejek. “Rupanya kamu takut menghadapiku.”

Claire tidak segan-segan meninju wajah Derek dengan keras dan melancarkan pukulan siku. Derek tidak segera menyerah. Ia mengambil pemukul kasti dan memukul secara liar ke segala arah. Namun, Claire adalah sosok gadis yang lincah. Dengan mudah, ia menghindar.

Tanpa aba-aba, Claire menarik pemukul kasti itu hingga badan Derek ikut tertarik ke depan. Claire berusaha merebut pemukul kasti itu, tapi cengkeraman tangan Derek cukup kuat. Claire pun menyodok leher Derek dan kemudian melancarkan tendangan yang keras tepat di selangkangan. Derek menjerit sambil mengumpat-umpat.

“Yang dua itu bos, dan yang terakhir ini kacung,” tunjuk Claire yang terakhir ke arah Derek.

Duncan hanya bisa terkesima melihat kehebatan gerakan Claire. Gadis itu tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga, tapi ketiga musuhnya langsung jatuh.

“Ayo kita pergi dari sini!” seru Claire membuyarkan lamunan Duncan.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca