"Woi, Gara! Ayo ikut gue ke lapangan basket!"
Pukul 10:00 pagi di kantin sekolah swasta SMA Bangsa Cendekia.
Yogi berlari ke arah Sagara dan Devan sambil berteriak. Sagara yang sedang asyik menikmati bakso terlihat acuh tak acuh.
Devan mengerutkan kening. "Apaan sih lo, Yogi? Dateng-dateng teriak kayak di pasar! Nggak lihat gue sama Gara lagi kelaperan?"
Diantara mereka bertiga, Devan merupakan salah satu anak orang kaya di sekolah. Ayahnya seorang pengusaha. Sedangkan Yogi berasal dari keluarga menengah. Walaupun keluarganya tidak sekaya Devan, seragam sekolahnya selalu bersih dan jelas sekali dia hidup berkecukupan.
Sedangkan Sagara? Siapa dia?
Sagara Kivandra hanyalah seorang siswa beasiswa penuh. Dia cerdas. Tingginya 185 cm dan dia sangat tampan. Tapi, ketampanan dan tingginya tertutupi oleh kemiskinan.
Di sekolahnya, Sagara terkenal dengan julukan Si Cupu Papa Minta Uang!
Banyak siswa-siswi yang mengolok-oloknya. Berkat Devan, Sagara tidak lagi kesulitan menghadapi merekaーsetidaknya untuk saat ini.
Yogi berkata, "Sori, Van. Tapi, ini penting banget. Raja nembak ceweknya Gara di lapangan basket. Sekarang lagi rame, tuh!"
Sagara tersedak mendengar penjelasan Yogi. Dia langsung mengambil botol air minumnya.
Devan penasaran. "Apa lo bilang, Yogi? Raja nembak Sarah?"
Sagara berharap, Yogi salah ucap. Tapi, mata Sagara justru melihatnya mengangguk.
"Gara, gimana nih? Lo mau keー"
Devan belum selesai bertanya. Namun, Sagara sudah berlari menuju lapangan basket.
Devan menghela napas. "Pantesan kantin sepi gini. Lagian, kan dari awal gue udah bilangin, Sarah cuma manfaatin Gara doang."
"Ayo cabut, Van!" ajak Yogi.
Mereka berdua langsung berlari menyusul Sagara.
Di Lapangan Basket.
Sagara berdiri di pinggir lapangan diantara kerumunan siswa-siswi. Tidak lama, Devan dan Yogi datang berdiri menghimpitnya.
Suara riuh rendah bercampur tawa dan sorakan memenuhi udara lapangan basket.
Di tengah lapangan, Sagara melihat pemandangan yang membuatnya membeku. Raja dengan percaya diri berlutut di hadapan Sarah yang tampak salah tingkah. Raja memegang buket bunga mawar merah yang indah.
Awalnya, Sagara skeptis saat mendengar nama Sarah. Namun, dia mengabaikannya. Bahkan, jika ada siswa terkaya di sekolah yang menyatakan cinta pada Sarah, pacarnya itu pasti akan menolaknya. Lagipula, Sagara berpikir bahwa hubungan mereka tidak didasari kekayaan, melainkan cinta sejati.
Yogi menepuk pundak Sagara, "Gara, lo yakin mau lihat mereka? Mendingan kita udud di roof top aja, gimana?"
Yogi memang banyak bicara. Tapi saat ini, Sagara tidak meresponnya.
Kedua telinga Sagara menangkap komentar-komentar positif dari siswa-siswi yang berdiri di sekitarnya.
"Wah, Sarah keren bisa taklukkan hati Raja!"
"Bener banget. Raja ganteng dan kaya. Dia siswa populer di kelas XII."
"Menurut kalian, Sarah bakalan terima Raja jadi pacarnya, nggak?"
"Kalo Sarah nolak, itu artinya dia buta! Di mana lagi dia bisa dapetin pacar ganteng, kaya dan royal kayak Raja di sekolah?"
Seluruh penghuni sekolah tahu, Raja Herlambang terlahir dengan wajah tampan dan tinggi. Yang terpenting, dia adalah siswa terkaya nomor satu dan kapten basket yang digilai banyak siswi. Orang tuanya merupakan donatur tetap. Sementara Sarah diakui sebagai siswi tercantik di sekolah, dia masih termasuk dalam 10 besar.
"Aku denger-denger, Sarah dapat banyak hadiah dari Raja."
"Tadi pagi, Raja jemput Sarah pakai mobil Porsche Carrera GT seharga Rp 30 miliyar."
Bagi Sagara, mendengar percakapan itu sudah cukup menunjukkan kekayaan yang dimiliki keluarga Herlambang.
Enam bulan. Selama itulah, Sagara mengejar Sarah. Sagara dan Sarah berada di kelas XI-C yang sama.
Setiap hari, Sagara membawakan kotak makan untuk Sarah yang dimasaknya sendiri. Dia juga mengerjakan tugas-tugas Sarah dengan senang hati. Dia tidak pernah mengeluh. Hingga akhirnya, Sarah bersedia menjadi pacarnya dengan satu syarat.
Sarah tidak ingin hubungan mereka dipublikasikan. Tapi tanpa sepengetahuan Sarah, Yogi dan Devan mengetahuinya.
Sekarang, pemandangan di depan matanya berhasil membuat Sagara sesak napas. Raja yang tampan dan Sarah yang cantik.
Mereka benar-benar pasangan serasi!
Semua orang, termasuk Sagara merasa jantung mereka akan berhenti. Matanya terpaku pada Sarah yang menerima bunga dari Raja. Senyum canggung terukir di bibir gadis itu.
Sarah menerima pernyataan cinta dari Raja. Dia juga menerima uluran tangan Raja dan mereka berpelukan mesra.
Jantung Sagara berdebar kencang, bercampur antara rasa tidak percaya dan sakit hati yang menusuk. Dia mengepalkan tangannya erat-erat.
"Lihat kan, Gara?" bisik Devan, berusaha tidak terdengar menghakimi. "Gue udah bilang dari dulu...."
Yogi ikut menimpali, "Tapi, kok bisa ya, Raja seberani itu nembak Sarah di depan umum gini?"
Sagara akhirnya bergerak. Dia mendekati Sarah. Dia terus berjalan, berusaha meredam gejolak emosi yang membakar dadanya. Rasa malu, marah, dan kecewa bercampur aduk menjadi satu.
Sarah dan Raja tertawa bersama. Mereka sangat bahagia. Sesaat kemudian, tawa Sarah terhenti. Pandangannya lurus ke depan, melihat sosok Sagara.
Raja menyadarinya. Dia segera memalingkan wajahnya ke arah yang sama.
Sagara terlihat menyedihkan. "Sarah, kenapa kamu terima cinta Raja? Terus, gimana sama hubungan kita?"
Detik itu juga, suasana kembali riuh. Sementara Yogi dan Devan tidak percaya Sagara akan mengatakan semua itu di depan umum.
Bukankah ini sama saja dengan mempermalukan diri Sagara sendiri?
Saat ini, mulai terdengar komentar-komentar negatif tentang Sagara.
"Dia Sagara Kivandra, kan?"
"Lo kenal dia?"
"Siapa dia?"
"Dia murid beasiswa di kelas XI-C. Denger-denger, dia tinggal di kawasan kumuh belakang gedung pencakar langit Menara Hijau."
"Apa?! Gue nggak pernah tau ada siswa semiskin dia di sekolah kita!"
"Lo nggak gaul atau gimana, sih? Dia itu Si Cupu Papa Minta Uang!"
"Astaga! Dasar Cupu! Dia pasti cuma ngaku-ngaku pacaran sama Sarah!"
"Iya, bener. Sarah mana mau sama dia! Lihat tuh! Sepatunya aja robek gitu. Katanya sih, Ayah Gara pemulung. Terus, Ibunya tukang jahit pakaian di pasar."
Diam-diam, Sarah sudah berencana akan memutuskan hubungannya dengan Sagara sepulang sekolah nanti. Tapi tanpa disangka, Sagara malah sudah menghampirinya. Padahal, Sarah menutup rapat-rapat hubungan mereka agar tidak mencoreng reputasinya di sekolah.
Walaupun hubungan mereka baru berjalan satu bulan, tidak mungkin bagi Sarah menjalin hubungan dengan siswa paling miskin seperti Sagara, kan?
Detik berikutnya, terdengar teriakan-teriakan penghinaan yang ditujukan untuk Sagara.
"Astaga! Papa Minta Uang dong buat nge-date sama cewek cantik di sekolah!"
"Heh, Cupu! Bilang ke bokap lo, Papa Minta Uang buat bayar sekolah!"
"Papa Minta Uang buat beli seragam sama sepatu baru!"
Devan dan Yogi muak mendengarnya. Devan memicingkan mata sambil menghela napas.
Raja telah merencanakan hari spesial ini dari jauh-jauh hari bersama gengnya. Dia menyuap banyak siswa-siswi untuk mendukungnya di lapangan basket. Dia juga mendekorasi lapangan basket seindah mungkin agar suasana romantis lebih terasa.
Rencana Raja hampir berhasil. Tapi sayang, semua itu hancur karena kemunculan Sagara!
Bagi Raja, Sagara benar-benar pembawa sial! Namun, momen ini akan dimanfaatkan Raja untuk membalas Sagara.
Mendengar seruan penghinaan dari orang-orang, sontak membuat pandangan Raja menunduk. Dia melihat sepatu Sagara yang sudah tidak layak pakai. Dia juga menyadari seragam sekolah Sagara yang lusuh.
"Sayang, kamu kenal sama siswa gembel ini?"