Prang....
Suara pecahan kaca terdengar begitu memekakan telinga bagi siapa saja yang mendengarnya.
"Sebenarnya apa saja yang kamu lakukan seharian ini Sagara! Bagaimana bisa seharian kamu di luar dan pulang hanya mendapatkan uang seratus ribu?"
"Maaf Mah ak-aku hari ini tidak bisa membawa uang lebih tubuhku sakit semua setelah dari sekolah rasanya aku tidak sanggup bekerja lebih berat lagi!"
Wanita yang dipanggil 'Mah' itu pun menatap nyalang ke arah pemuda dengan wajah yang sangat marah.
Wanita itu mencengkram pipi Sagara dengan kuat, "Dengar Sagara! Mamah sudah bersusah payah merawat kamu sampai sebesar ini dan hanya ini balasan kamu kepada Mamah!"
Pemuda itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Kamu lihat Papahmu Sagara! KAMU LIHAT! APA KAMU MAU MENJADI LAKI-LAKI TIDAK BERGUNA SEPERTINYA!" Nada bicara wanita itu semakin kencang membuat Sagara sedikit gemetar.
"Jika memang kamu ingin seperti dia pergi saja dari sini dan jangan anggap aku sebagai Mamahmu lagi!" Bagai disambar pertir Sagara hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat.
Sagara memegang tangan ibunya, "Maaf Mah, aku janji besok aku akan bawa uang lebih jangan usir aku dari rumah, aku gak mau Mah! Maafkan Sagara Mah!"
Wanita itu menyentak tangan Sagara, "Jangan kembali sebelum kamu membawa banyak uang!" Wanita itu lantas berlalu meninggalkan Sagara yang masih terduduk di lantai.
Sagara hanya bisa menatap kepergian ibunya dengan hati sedih, kenapa hidupnya seperti ini sangat menyedihkan.
Sagara pun bangkit dia berjalan tertatih-tatih menuju kamarnya, rasa lemas sekali seharian ini Sagara harus sekolah dan bekerja keras demi kebutuhan rumah.
Sagara duduk di pinggir kasur dia menutup wajahnya sambil menghela nafas.
Sagara menatap kosong ke depan, "Aku besok harus bekerja apalagi agar bisa mendapatkan banyak uang dan Mamah berhenti memarahiku!"
Sagara mengusap kasar wajahnya dia sungguh sudah sangat lelah hidup seperti ini.
Krukkk....
Bunyi perut Sagara terdengar sangat nyaring, seharian ini dia belum makan apa pun karena sibuk bekerja dan memikirkan uang yang harus dia dapatkan.
Sagara bangkit dia membawa handuk berniat untuk mandi setelah makan di dapur, namun saat Sagara sampai di dapur lagi-lagi dia hanya bisa menghela nafas.
Tidak ada apa pun di meja makan bahkan nasi saja tidak ada, Sagara hanya bisa bersabar. Dia pun segera berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah mandi Sagara keluar dari kamarnya dia terkejut karena sang ibu menunggunya.
"Ada apa Mah?" tanya Sagara.
"Besok bayar air kamu harus membayarnya jangan sampai air dirumah kita tidak nyala karena kamu belum membayarnya!" Wanita itu bersidekap dada.
"Uang gaji yang aku dapat minggu lalu ke mana Mah itu kan sudah aku bagi untuk bayar air juga!"
Wanita yang mendengar jawaban Sagara lantas mengurai tangannya, "Kamu pikir gaji kamu itu berapa?! Kamu masih bisa makan dan Mamah tidak menagih uang sewa untuk kamu tinggal saja kamu harusnya bersyukur!"
Sagara yang lelah dan tidak mau berdebat pun akhirnya mengalah menganggukan kepalanya, "Iyah Mah besok Sagara bayar airnya."
"Nah gitu dong dari tadi gak usah ngelawan sama orang tua dulu apa susahnya!"
Sagara pun kembali ke kamar saat sang mamah sudah berlalu dari sana.
Sagara yang merasa lapar pun duduk di pinggir kasur dia membuka tas nya dia menemukan roti yang sudah sisa separuh karena separuh lagi sudah dia makan di sekolah tadi siang.
"Hari ini makan roti dulu semoga besok bisa dapat banyak uang!"
Setelah memakan rotinya Sagara pun merebahkan tubuhnya dan memejamkam matanya dia berharap semoga hari esok akan lebih baik lagi.
Semoga saja....
***
Saat ini Sagara sedang berada di sekolahnya bell pulang baru saja berbunyi, Sagara pun merapikan bukunya.
"Bro hari ini mau ikut ke toko buku ga? Gue sama Bisma mau ke sana. Kata Bu Ilma suruh beli buku fokus bahasa!" Yuda salah satu teman Sagara menepuk bahunya.
Sagara menoleh lalu menggelengkan kepalanya, "Kalian dulu aja, nanti saya beli sendiri abis dari sekolah saya masih ada urusan!"
"Oh gitu, oke deh!" Kedua teman Sagara itu pun berlalu keluar kelas, begitu juga Sagara yang tak lama kemudian keluar dari kelas.
Sagara berjalan menuju halte bis, dia hendak bekerja hari ini. Setelah mendapat bis dan sampai di tempat kerjanya Sagara bergegas berganti baju.
"Sagara!" Pak Budi pemilik matrial tempat Sagara bekerja pun memanggilnya.
Sagara pun mendekatinya, "Ada apa Pak?"
"Hari ini Hermawan izin ga bisa masuk, kamu bisa jaga toko sampai malam bareng Gunawan?" tanyanya.
Sagara menganggukan kepalanya, "Bisa Pak, tapi hari ini saya bisa ga yah Pak mau kasbon dulu, ada kebutuhan mendadak hari ini Pak!"
"Kamu mau kasbon berapa?" tanya Pak Budi lagi.
"Lima ratus ribu aja Pak, saya mau bayar air di rumah!" jawab Sagara penuh harap.
"Boleh, nanti sepulang kerja saya kasih sekarang kamu kerja dulu."
Sagara tersenyum senang, "Baik Pak, terima kasih banyak atas bantuannya!"
Sagara pun kembali ke depan untuk membantu temannya yang sedang memindahkan barang.
"Semringah banget tuh muka Gar! Baru dapet kasbon yah." Gunawan menggoda Sagara yang baru saja kembali ke depan.
Sagara terkekeh, "Iyah Bang hari ini kebutuhan mendadak, kalo gak dibayar hari ini bisa-bisa saya diusir dari rumah sama mamah saya."
Terlihat Gunawan menghela nafasnya dia menepuk bahu Sagara, "Saya tau Gar kamu anak yang baik tapi kalo kamu terus-terusan ditekan seperti ini apa gak cape, kamu sudah dewasa pergi dari rumah gak akan bikin kamu mati."
Sagara menggeleng, "Kalo saya pergi siapa yang bakalan bantu keluarga Bang, Abang tau sendiri Papah saya gimana Mamah dan adik-adik saya masih butuh saya."
"Saya tau Gar, tapi selama ini kamu sudah menderita di rumah itu, saya rasa kamu hanya dijadikan alat penghasil uang. Lihat saja adikmu dia sudah kelas dua SMA tapi setiap hari hanya bermain saja sedangkan kamu harus banting tulang dan kalau pulang gak bawa uang kamu akan dimaki-maki!"
"Adik saya masih kecip Bang, mungkin Mamah mau adik saya jadi orang sukses dan menjadi pekerja keras melihat saya yang bekerja keras!"
Pletak....
Gunawan yang gemas menyentil dahi Sagara, "Kamu itu terlalu baik Sagara, atau memang kamu terlalu polos. Kalau kedua orang tuamu sayang sama kamu mereka gak akan menyiksa kamu terus-terusan."
Sagara mengusap-usap dahinya, "Aduh Bang, sakit nih kepala saya. Biar aja Bang mungkin mamah saya punya alasan lain tapi yang pasti mamah saya pasti sangat menyayangi saya."
Gunawan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kamu harusnya curiga Sagara kenapa kamu menjadi babu di rumah itu."
Sagara mengerutkan dahinya bingung, "Curiga bagaimana Bang?"
Gunawan merangkul Sagara, "Kamu harusnya curiga jangan-jangan kamu bukan anak kandung mereka. Makanya mereka bisa seenaknya sama kamu!"