"Ayo cepat berkumpul semuanya! Keburu ketinggalan berita!"
Panggilan itu menggema di seluruh area, membuat semuanya bergegas cepat menuju aula kampusnya.
Sky Raymond — sedang berdiri di sudut ruangan, dengan wajah yang terkesan dingin, aura misterius seperti kabut tebal menyelimuti dirinya. Tidak ada yang tahu apa yang ada di balik mata birunya yang tajam, namun semua orang dapat merasakan kekuatan dan pesona terpancar dari dirinya.
Ia bergegas melangkah sembari berharap dapat melihat pujaan hatinya yang sejak tadi belum kunjung datang.
"Baik semuanya sudah berkumpul di sini?" tanya seorang pria selaku presiden mahasiswa dengan pengeras suara.
"Ok guys! Nanti malam kita akan party!"
Terdengar sorakan gembira, namun tidak dengan Sky yang hanya terdiam dalam keheranan. Terlebih sejak tadi, ia berusaha mencari sosok kekasih dengan lirikan sudut matanya.
"Memangnya acara pesta siapa?" tanya Sky dengan raut wajah yang datar secara tiba-tiba. Seolah-olah ia sama sekali tidak tertarik akanhal itu.
Sontak membuat semuanya terdiam, akan keanehan di tengah kegembiraan mereka.
"Sky, harusnya kamu udah tahu lebih dulu tentang pesta nanti malam karena itu yang paling berpengaruh buatmu," jawab presiden mahasiswa. "Ya sudah semuanya boleh bubar."
"Sebenarnya acara pesta itu karena pacarmu — Lianne dan Professor Edward yang sebentar lagi akan menikah," bisik seorang wanita sembari tersenyum menggoda. "Sabar ya, tampan. Masih banyak kok yang mau jatuh ke dalam pelukanmu."
Melangkah pergi tanpa tergoda sedikitpun, Sky merasa kebingungan, ia putus asa, namun dirinya tidak ingin percaya begitu saja sebelum mendengar langsung dari kekasihnya.
"Berita gila apa ini? Enggak mungkin Lin sampai mengecewakan ku," gumamnya sembari bergegas pulang tanpa mempedulikan bahwa pelajaran pertamanya sebentar lagi akan dimulai.
Mendatangi kediaman pujaan hatinya, namun sama sekali tidak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan. Sky semakin kebingungan, terlebih panggilannya sama sekali tidak terjawab.
"Lin!"
"Lianne, kamu ke mana? Aku di sini sekarang!" teriaknya sembari menatap ke atas dari bawah jendela.
Berharap untuk terus menunggu sampai kekasihnya memberikan penjelasan, namun tiada guna. Sky memilih kembali.
Terlalu banyak pertanyaan dan keraguan yang sangat ingin ia utarakan, namun sebuah getaran ponsel terdengar dari balik saku celananya.
'Berhenti untuk mencari ku, Sky. Aku mencintaimu.' Sebuah pesan singkat tanpa makna yang jelas, semakin membuat amarah memuncak di dalam dirinya.
Mengambil napas dalam-dalam, siap untuk menghadapi kenyataan pahit tepat ketika Sky baru saja tiba di pesta malam Hotel Sunset Boulevard, dengan tema 'Hollywood Glamour' yang mewah dan glamor.
Terlihat seorang wanita cantik dengan gaun putihnya bersama seorang pria yang paling ia kenal, sedang tersenyum lebar sembari melambaikan tangan ke arah tamu yang datang.
Amarah Sky semakin tidak terkendali, ia mengambil paksa segelas anggur merah lalu membantingnya. Seketika semua mata tertuju padanya. Tanpa rasa peduli dan takut, Sky melangkah mendekat, lalu menarik tangan kekasihnya untuk menjauh.
Lianne memberikan isyarat kepada semua orang untuk tetap tenang, dan memberikan waktu bagi mereka berdua.
"Apa kau tidak waras?"
"Sky, aku bisa jelaskan."
"Jelaskan apa? Tentang ini semua begitu? Lalu kejelasan untuk kita bagaimana? Lin, kamu lupa kalau sebentar lagi kita akan merayakan hari jadi kita yang kedua? Ini hadiah mu untukku?" kesal Sky dengan rasa yang amat kecewa.
Membuat mata Lianne berkaca-kaca, ia berusaha menahan tangisnya di saat tidak sanggup melihat pria yang paling ia cintai merasa sakit hati.
"Aku tahu, Sky, dan maaf. Tapi, tolong mengertilah bahwa aku harus menerima perjodohan ini atas dasar balas budi. Memang kamu tidak akan paham, tapi inilah yang terjadi. Hanya saja aku pun tidak akan pernah berhenti untuk mencintaimu. Sky, kali ini biarkan aku pergi," pinta Lianne dengan penuh kelembutan sembari memberikan genggaman kasih sayang.
"Jadi ... ini perjodohan? Tapi, kenapa enggak pernah bilang sama aku, Lin? Apa aku sama sekali enggak berharga?"
"Sky, bukan begitu. Hanya saja ... aku tidak tahu caranya, dan aku tidak ingin menyakitimu."
"Tapi sekarang, aku benar-benar sakit, Lin."
"Maafkan aku, mungkin ini yang terbaik, Sky. Namun aku berjanji, sedikitpun enggak hilang rasa sayang ku buat kamu. Kamu mau kan kita berpisah secara baik-baik?"
"Lin."
"Sky, aku mohon. Please!"
Hembusan napas yang berat, rasanya terlalu sulit, namun tidak ada jalan lain. Perlahan setetes air mata terjatuh, ini kali pertamanya, ia menangis untuk seorang wanita.
Pelukan terakhir menjadi momen penting bagi keduanya, banyak mata yang sedang menyaksikan kepiluan kisah cinta tragis mereka, bahkan ada yang tidak sadar sampai menangis.
"Jaga diri baik-baik, Lin. Aku akan tetap untukmu, apapun itu."
"Jangan lagi pulang larut malam, Sky — dan aku berharap kamu bisa bahagia meskipun tanpa ku."
Sky terdiam dalam renungan hatinya. 'duniaku ada padamu, Lin. Tapi sekarang dunia itu telah pergi.'
Mengambil beberapa gelas anggur sembari menatap kepergian mantan kekasihnya. Sky memilih menikmati malam kelam itu dengan berjalan pulang seorang diri, jalannya yang sempoyongan, dan hampir terjatuh.
Tanpa ia ketahui, seorang wanita yang sejak tadi sedang melihatnya. Wanita itu berusaha berlari demi bisa memberikan bantuan.
Tubuhnya yang jauh lebih besar membuat Maria Renata merasa kesulitan untuk menahan tubuh Sky yang hampir terjatuh. Terlebih sepatu hak tingginya yang sama sekali tidak bersahabat, mampu membuat keduanya terjatuh saling berpelukan.
"Astaga! Maaf, Sky. Kamu enggak apa-apa?"
Maria merasa cemas ketika menyadari kepala Sky terbentur. Namun, pria itu terlihat baik-baik saja meskipun ia tidak sepenuhnya mengenal dengan siapa ia bersama.
"Hei. Kamu masih bisa lihat aku, kan?" tanya Maria sembari melambaikan tangannya.
"Apa sih?! Minggir sana."
"Enggak mau. Sky, kamu mabuk berat. Jadi, biar aku yang antar."
"Udahlah enggak usah cari perhatian deh."
'Astaga ketus banget! Pantesan dia sama sekali enggak punya teman. Untung wajahnya tampan,' batin Maria yang sedari dulu sudah menjadi pengagum rahasia.
"Baiklah. Kalau emang kamu enggak mau aku antar pulang, jadi sekarang aku pesankan taksi, tapi sebelum itu ..."
Secara paksa Maria berusaha mencari letak ponsel milik Sky, hingga akhirnya ketemu. Ia diam-diam memasukkan nomor panggilan miliknya, termasuk menukarnya.
Tersenyum dengan penuh semangat saat menatap seseorang yang kita kagumi, apalagi untuk pertama kalinya bisa bertemu sedekat ini.
Tekad cerdik Maria Renata tiada henti, ia mencari kesempatan dengan mengelabui Sky yang sudah benar-benar mabuk kepayang. Wajah cantiknya yang anggun dan aura yang menawan dengan mata hijau yang indah mempesona.
Kepercayaan dirinya yang melebihi batas, mampu membuat Maria berusaha dengan sengaja mengabadikan momen mesra dengan memberikan kecupan manis tepat di bibirnya, tanpa lupa memamerkan kemesraan itu di media sosialnya.
"Nyawa diganti nyawa, tapi patah hati diganti ciuman mesra. Sky, besok saat kamu terbangun, aku yakin, kamu pasti akan senang dengan kejutan ini," gumam Maria sembari terkekeh geli.
Kesenangan kecil terhenti, membuat Maria tidak sadar bahwa sejak tadi seorang wanita sedang mengawasinya, terlebih dengan sebuah pisau kecil berada di dalam genggamannya. Langkahnya terhenti ketika tatapan tajam mengarah padanya, dan Kebahagiaan sejenak itu berubah menjadi rasa takut yang mencekam.
"Tu-tunggu! Jangan mendekat!"