Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Dokter Desa Kembali

Dokter Desa Kembali

HCAT | Bersambung
Jumlah kata
317.7K
Popular
33.2K
Subscribe
1.5K
Novel / Dokter Desa Kembali
Dokter Desa Kembali

Dokter Desa Kembali

HCAT| Bersambung
Jumlah Kata
317.7K
Popular
33.2K
Subscribe
1.5K
Sinopsis
PerkotaanAksi
Tiga tahun lalu, Baskara Putra Asmoko merasakan bagaimana hidupnya hancur seketika. Tuduhan palsu membuatnya dijebloskan ke penjara tanpa ampun, meski ia tahu betul bahwa dirinya tak bersalah. Namun, setelah tiga tahun berlalu, Baskara kini kembali. Di penjara, ia tak hanya belajar bertahan hidup, tetapi juga menemukan kekuatan baru. Ilmu kedokteran yang ia pelajari memberinya wawasan tentang kehidupan dan kematian, sementara seni bela diri mengajarkan bagaimana melindungi dirinya sendiri. Baskara Putra bukan lagi pria yang sama. Kali ini, dia akan memastikan setiap luka yang pernah ia terima bisa terbalaskan. ……
Bab 1

"Ayah, Ibu... Aku sudah pulang, aku sudah bebas."

Baskara berteriak sambil berdiri di puncak gunung, memandang desa kecil yang terlihat samar dari kejauhan. Matanya mulai memerah, diliputi oleh kenangan dan emosi yang sulit ditahan. Setelah tiga tahun berlalu, akhirnya Baskara kembali ke tempat yang selalu menghantui pikirannya, tempat dimana kenangan pahit dan manis bercampur menjadi satu.

Namun, saat Baskara hendak melangkahkan kaki ke arah desa, terdengar suara teriakan, panik memecah keheningan.

"Tolong! Tolong aku!" Suara seorang wanita terdengar, penuh kepanikan dan ketakutan.

Tanpa berlama-lama dan berpikir panjang Baskara segera mencari sumber suara itu. Dari sisi lain lereng, Baskara melihat seorang wanita yang sedang dikejar hingga ke tepi tebing jurang yang curam, tanpa adanya jalan keluar, buntu.

"Hentikan! Tolong!" wanita itu berteriak lagi kencang, suaranya pun terdengar bergetar, penuh ketakutan. Di depannya, terlihat seorang pria bertubuh besar dengan wajah yang sudah dipenuhi niat jahat, mukanya tertuju menatap dada wanita itu dengan penuh hasrat dan nafsu yang meledak-ledak. Pria mendekat perlahan dengan langkah mengancam. "Sekarang siapa yang bisa menyelamatkanmu disini, hah?" Tanya pria itu dengan nada tinggi dan mengejek, "Kali ini biarkan aku menikmati tubuh indahmu." tambahnya, sambil menjilati bibirnya seperti hewan buas yang baru menemukan mangsanya.

Pria itu adalah, Djarot Angkara, yang terus menatap tubuh wanita tersebut dengan tatapan penuh nafsu birahi, seakan-akan siap untuk menerkam dengan ganas. Wanita itu adalah Ratna Garnasih. "Ratna, tidak ada gunanya kamu melawan. Bagaimana kalau sekarang kita bersenang-senang saja? Hahaha," ucap Djarot dengan wajah yang semakin menjadi-jadi—memperhatikan tubuh indah Ratna, sambil tertawa girang, seperti baru saja mendapatkan hadiah besar.

Setelah berkata demikian, Djarot mempercepat gerak langkahnya, dan langsung menyerang Ratna seperti binatang liar, menjatuhkan Ratna ke tanah, tubuhnya tersungkur, tak mampu menahan berat badan Djarot. Tangan Djarot yang kasar mulai merobek pakaian Ratna, dilucutinya sebagian pakaiannya., bergerak sangat brutal, sambil tertawa puas, sekaligus meledek, "Hahaha ayo kita nikmati bersama."

Kulit halus dan putih yang tampak samar-samar di balik pakaian dalam Ratna membuat Djarot menelan ludah, tanpa disadari kekuatan di tangannya pun semakin besar.

"Hehe, teruslah berteriak, sampai suaramu habis, tidak akan ada orang yang datang menyelamatkanmu." ucap Djarot, mengejek dengan tawa yang menyeramkan.

"Lepaskan aku! Tolong! Tolong aku!" Ratna terus berusaha melawan sekuat tenaga, tetapi tenaganya kalah jauh dibandingkan Djarot. Dalam sekejap, beberapa kancing bajunya pun terlepas, memperlihatkan sebagian lekuk tubuhnya—kulit putihnya yang halus dan lembut. Melihat keindahan yang baru saja dilihatnya Djarot tersenyum puas, menelan ludah, dan semakin liar dengan tindakannya.

"Berteriaklah sesukamu," ejek Djarot dengan suara serak. "Tidak akan ada yang datang menyelamatkanmu disini," tambah Djarot, sambil terus menatap dan meraba tubuh indah Ratna.

Namun, sebelum Djarot bisa melangkah lebih jauh atas tindakan dan nafsunya itu, sebuah batu melayang cepat di udara dan menghantam kepala botaknya yang besar.

"Ahh! Siapa itu?" Djarot berteriak, merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. Dia berbalik, wajahnya dipenuhi amarah, "Siapa yang berani ikut campur dalam urusanku ini?"

Baskara langsung berdiri, kemudian mendekat, tak jauh darinya, menatap dengan tatapan dingin yang penuh kebencian. "Aku, itu aku."

Melihat dan mendengar Baskara yang datang dan seperti sedang menantangnya, Djarot mengerutkan alis, mencoba mengenali pemuda di depannya, dengan tatapan yang tajam, "Siapa kamu sebenarnya?" Djarot mengerutkan keningnya, mencoba memperhatikan Baskara.

Baskara tidak pulang ke desa Aruna selama tiga tahun, dan saat ia pulang, gaya rambutnya pun sudah berubah, Djarot benar-benar tidak mengenalinya.

Sebelum Baskara sempat menjawab, Ratna, yang masih terbaring di tanah, sambil menutupi sebagian tubuhnya dengan kedua tangan, berseru dengan suara gemetar namun penuh harapan, "Bas, Bakara? Apakah itu kamu?"

Baskara menoleh ke arahnya, sambil menjawab, "Kak Ratna, ini aku."

Mendengar dan menyadari bahwa itu adalah Baskara, ekspresi wajah Ratna pun berubah—campuran lega dan haru memenuhi matanya, "Kamu benar-benar kembali, Bas" ucapnya pelan, dengan nada bicara yang terputus-putus.

Mendengar itu, Djarot menyipitkan matanya, akhirnya menyadari siapa yang ada di hadapannya, "Oh, jadi kamu Baskara itu?" Tanya Djarot dengan nada mengejek. "Si pemerkosa itu sudah keluar penjara rupanya."

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Djarot itu, mata Baskara seketika berubah dingin seperti es, membeku.

Tiga tahun lalu, Baskara dijebak dalam kasus pemerkosaan yang tidak pernah dia lakukan. Hukuman lima tahun penjara itu adalah neraka yang merampas segalanya darinya. Namun, karena perilakunya yang baik selama didalam penjara, akhirnya Baskara dibebaskan lebih awal.

"Djarot, cukup! Jangan bicara sembarangan kamu! Baskara tidak bersalah! Dia hanyalah korban fitnah!" Ratna berteriak dengan keras, membela dengan suara lantang, meski tubuhnya hanya sebagian saja yang masih tertutup oleh pakaian, tubuhnya pun masih gemetar.

Namun Djarot hanya tertawa, matanya penuh penghinaan, "Fitnah? Ratna, apakah kamu benar-benar berpikir Baskara itu orang baik? Semua masyarakat desa ini tahu siapa dia itu, Baskara adalah seorang pemerkosa. Bahkan sekarang pun, dia pasti masih sangat mengingat bagaimana rasanya memperkosa seorang wanita. Hahaha." ejek Djarot, sambil tertawa, terbahak-bahak.

Mendengar ejekan dari Djarot, Baskara tetap diam, tetapi tatapan matanya yang menusuk membuat Djarot sedikit bergidik. Namun, dia berusaha menyembunyikan rasa takutnya dengan kembali tertawa keras. Dia bahkan menepuk bahu Baskara, seolah sedang menantangnya, "Oh iya, benar juga, Baskara, kamu kan pelaku pemerkosaan, kamu pasti memiliki pengalaman dalam hal ini, kenapa kamu tidak mengajariku saja? Sekarang apa yang harus aku lakukan untuk membuat Ratna patuh dan memuaskanku? Haha." ucap Djarot.

Melihat mata Baskara yang kosong dan dingin, seakan-akan tidak peduli dengan ocehannya, bahkan Baskara tidak mengucapkan sepatah kata pun. Itu membuat Djarot semakin penasaran, dia kemudian berjalan ke sisi kanan Baskara dan menepuk kembali bahunya, sambil berkata, "Dengar ya, Baskara," katanya sambil tersenyum licik, "Aku tidak peduli siapa kamu sekarang. Jika kamu membiarkan aku menyelesaikan urusanku sekarang dengan Ratna, aku tidak akan menghajarmu. Dan perlu kamu ingat satu hal, kamu harus memastikan tak akan ada satu orang pun yang tahu tentang kejadian ini. Tapi jika kamu ingin bermain bersamaku dan berbagi kenikmatan dengan tubuh indah milik Ratna itu, maka posisimu akan jauh lebih aman. Tenang saja, dengan posisiku di desa Aruna sekarang aku bisa mengurus semuanya dan menjaga rahasia kita haha. Selama kita berdua tidak membicarakannya, kejadian hari ini pasti tidak akan bocor."

Ucapan Djarot itu membuat darah Baskara mendidih, amarahnya pun sudah tak terbendung lagi. Tanpa berpikir panjang, Baskara langsung menggenggam pergelangan tangan Djarot dan memutarnya dengan kekuatan penuh.

"Aaah! Lepaskan aku!" Djarot menjerit kesakitan. Wajah yang awalnya penuh dengan rasa percaya diri, kini berubah menjadi panik dan penuh ketakutan. "Apa yang kau lakukan?" ucap Djarot, sambil menahan rasa sakit di tangan kanan nya.

Baskara pun mendekatkan wajahnya ke arah Djarot, berbicara dengan nada rendah—penuh ancaman, "Ulangi apa yang kamu katakan tadi. Aku berani bersumpah, jika kamu berani menyentuh dia lagi, aku akan menghancurkan hidupmu."

Mendengar ucapan dan ancaman dari Baskara, Djarot hanya bisa menelan ludah. Tatapan mata Baskara berubah, seperti binatang buas yang siap menerkam mangsanya. Djarot tahu, dan bergumam dalam hatinya, pemuda ini bukan lagi Baskara yang dulu.

Baskara pun melemparkan tubuh besar Djarot ke tanah dengan kasar, "Pergi dari sini sebelum aku berubah pikiran. Dan perlu kamu ingat, jika kamu berani lagi berbicara dan bersikap sembarangan, bahkan berani mendekati Ratna, jangan salahkan aku jika aku merusak kedua kakimu, aku akan membuatmu lumpuh dan menderita selamanya. Camkan itu baik-baik."

Mendengar ucapan Baskara itu, Djarot langsung merasa dingin di seluruh bagian tubuhnya, dia secara refleks mengapit kedua kakinya, lalu bangkit dan kabur dengan tergesa-gesa,. "Baskara, lihat saja nanti, aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja, kita belum selesai." Tanpa berkata apa-apa lagi, Djarot langsung membalikan badan, dan lari, kabur terbirit-birit, meninggalkan ancaman kecil yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap Baskara. Sekarang, Baskara sudah berubah, bukan lagi Baskara yang dulu, yang bisa ditindas oleh semua orang seperti tiga tahun lalu.

Setelah suasana tenang, Baskara berlutut di samping Ratna, "Kak Ratna, apa kamu baik-baik saja?"

Ratna hanya mengangguk pelan, meski wajahnya masih diliputi rasa takut, "Terima kasih, Bas.. Kalau bukan karena kamu... aku tidak tahu apa yang akan terjadi." Ucapnya dengan nada pelan, dan suara yang gemetaran.

Baskara tersenyum kecil. "Ahh sudah kak, jangan berlebihan begitu. Kita sudah seperti keluarga, bukan?" jawab Baskara sambil melambaikan tangannya, dan kemudian memegangi kepala, seolah merasa malu dan canggung.

Baskara dan Ratna sering bermain bersama sejak mereka kecil, hubungan mereka selalu sangat baik, orang-orang di desa Aruna bahkan sebelumnya selalu bercanda, mengatakan bahwa Baskara dan Ratna adalah pasangan yang serasi, yang diciptakan Tuhan untuk hidup bersama di surga. Namun takdir berkata lain, Baskara harus pergi melanjutkan pendidikannya ke universitas, dan Ratna Pun akhirnya menikah dengan pria lain. Mereka akhirnya melanjutkan kehidupan di jalan mereka masing-masing.

"Gunung di belakang ini sangat berbahaya, kak, bagaimana kamu bisa pergi sendirian sejauh ini?" tanya Baskara dengan dahi berkerut.

"Ayahku sedang sakit, jadi aku ingin mengumpulkan beberapa bahan obat herbal untuknya. Aku ingat ada satu jenis tumbuhan obat di bukit belakang, jadi aku datang kesini," jawab Ratna dengan kepala tertunduk.

"Lalu, bagaimana dengan suamimu? Seharusnya ini adalah tugasnya, bukan?" tanya Baskara lagi, dengan wajah terheran-heran.

Mendengar pertanyaan itu, mata Ratna tiba-tiba meredup.

"Kak Ratna, ada apa? Apakah dia tidak baik padamu?" Baskara bertanya sambil mengerutkan alisnya.

"Tidak, bukan begitu, Bas." jawab Ratna sambil menggelengkan kepala dengan senyuman getir. "Dia sudah meninggal dunia." tambahnya.

"Ah?" Baskara langsung terkejut dan segera meminta maaf. "Maaf, aku tidak tahu."

"Tak apa," ujar Ratna sambil menghela nafas panjang. Matanya dipenuhi kesedihan mendalam. "Ini semua sudah takdir..."

Disisi lain Baskara ingin menghibur Ratna, tetapi dia bingung harus berkata apa. Akhirnya, dia hanya berkata, "Kak, biar aku antarkan kamu pulang, ya."

Setelah berkata begitu, Chen Hao membungkuk, bersiap membantu Ratna berdiri. Namun, ketika tubuhnya membungkuk, pandangannya tanpa sengaja jatuh ke tubuh indah Ratna.

Baru saja Djarot merobek pakaian dan celana Ratna. Saat ini, lekukan dada yang cukup besar dan kulit putih mulus di paha Ratna tidak bisa dihindari terlihat oleh Baskara.

"Glek." Chen Hao menelan ludah tanpa sadar. Sebagai pemuda yang sudah berada di usia dewasa, rangsangan seperti ini membuat tubuhnya terasa panas sekaligus bergetar seketika.

Melihat tubuh Baskara yang tiba-tiba kaku dan matanya yang terbelalak, Ratna segera menyadari apa yang terjadi. Dia buru-buru memeluk tubuhnya, menutupi bagian-bagian yang terbuka, sambil menghindari tatapan Baskara. Wajahnya merah padam, tidak berani menatap wajah Baskara karena malu dan canggung.

"Ehem... ehem..." Baskara terbatuk-batuk canggung, lalu segera memalingkan tubuhnya ke arah lain, berusaha mengalihkan pandangan. Dia takut jika terus melihat, dirinya tidak bisa mengendalikan nafsu pada dirinya.

Setelah berpikir sejenak, Baskara akhirnya mengambil keputusan. Dia melepaskan kemejanya untuk menutupi tubuh indah dan mulus Ratna

"Baskara, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ratna dengan nada gugup saat melihat Baskara tiba-tiba mulai melepas bajunya.

Melihat tubuh Baskara yang berkulit sedikit gelap dengan otot punggung yang kokoh, wajah Ratna semakin memerah. Perasaan campur aduk mulai memenuhi pikirannya. Ratna pun mulai merasakan adanya dorongan yang normal dalam dirinya

"Kak," ucap Baskara, memecah keheningan yang terjadi.

Mendengar itu Ratna langsung memalingkan pandanganya seketika, wajah Ratna sedikit memerah.

Tanpa banyak berpikir, Baskara menyerahkan pakaian nya kepada Ratna. "Cepat! Pakai ini." ucapnya, memberikan jaket, tanpa melihat tubuh Ratna.

Ratna pun langsung menerima jaket itu dengan tangan gemetar, wajahnya merona. "Terima kasih, Bas."

Baskara mengangguk pelan, tidak merubah posisi berdirinya.

Setelah Ratna memakai baju kemeja yang diberikan Baskara, Baskara pun membalikan tubuhnya dan kemudian membantunya berdiri. "Ayo kak, aku antar kamu pulang sekarang."

******

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca