Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Salah Target

Salah Target

Vitis Vinifera | Bersambung
Jumlah kata
37.5K
Popular
100
Subscribe
5
Novel / Salah Target
Salah Target

Salah Target

Vitis Vinifera| Bersambung
Jumlah Kata
37.5K
Popular
100
Subscribe
5
Sinopsis
FantasiIsekaiSihirVampir
Reiner ingin ketemu gadis yang membuat hatinya luluh. Tapi, gara-gara lingkaran sihir yang eror, Reiner malah terjebak di dunia vampir. Sial bagi pemuda itu karena seorang gadis vampir yang menyukai darahnya. Bisakah Reiner keluar dari pengaruh sang gadis vampir? Bisakah dia bertemu gadis yang dia inginkan?
1. Hutan Mengerikan

Aku harus kabur! Aku berulang kali mengatakan itu sambil mengacak-acak rambutku, karena aku sangat frustrasi.

Entah sudah berapa ribu kali aku memikirkannya, yang jelas, aku masih enggan untuk menerima kenyataan ini. Kenyataan tentang aku yang terjebak dengan seorang gadis vampir. Yang lebih buruk, dia sangat menyukaai darahku.

Saking putus asa karena terjebak dalam situasi tidak masuk akal ini, aku hanya bisa duduk sambil memeluk kedua lututku dalam sebuah lemari usang. Bau tidak sedap dari campuran bangkai, kotoran, dan debu tidak kuhiraukan. Yang terpenting saat ini adalah menyembunyikan diri dari gadis vampir itu.

Hampir setiap malam, sang pemilik rambut putih yang memantulkan kilau perak saat diterpa bulan purnama itu, meminta jatah darah dariku. Mentang-mentang, dialah yang menyelamatkanku dari sergapan binatang buas di hutan, dia lalu memanfaatkanku sebagai kantong darah untuk menutrisi tubuhnya.

Aku masih ingat suaranya yang manis, tetapi bermakna mengerikan, yang dia bisikkan di telingaku, setelah menolongku malam itu.

"Anggap saja memberikan sedikit darahmu untukku sebagai sedekah. Nggak banyak, kok! Cuma setengah liter! Kudengar manusia tidak akan mati jika darahnya hilang kurang dari sepuluh persen. Bukannya itu lebih baik ketimbang mati mengenaskan; kehabisan darah, sehabis dicabik binatang buas di tengah hutan … hidup-hidup?"

Entah apa yang merasukiku malam itu, sampai-sampai aku mengangguk setuju. Aku juga tidak bisa menolak saat dia menaruh tanda "milik" di tubuhku, untuk kemudian menjadi budaknya.

Mungkin dia memakai sihir hipnotis? Atau seorang vampir memang bisa memengaruhi orang lain hanya dengan kata-kata? Aku tidak tahu. Yang jelas, aku sama sekali tidak menyukai keadaanku saat ini.

Untungnya, dia cuma keluar kamar saat gelap tiba. Aku bisa bebas berkeliaran ketika ada sinar matahari. Akan tetapi, wilayah tempat tinggalnya memiliki waktu siang lebih pendek dari malam. Yang kalau dihitung, tidak lebih dari lima jam! Benar-benar tempat sempurna untuk tempat hidup vampir, dan menjadi neraka untuk kutinggali. Apalagi, aku juga bukan seorang nokturnal yang bisa terjaga semalaman dan tertidur sepanjang hari.

“Kalau dipikir-pikir, semua salah dia! Haha! Benar! Gara-gara dia, aku terjebak di sini!”

Ah, aku meracau lagi! Cepat-cepat, kubungkam mulutku sebelum ada yang mendengar. Jangan sampai tempat persembunyianku terbongkar!

Bola mata dan sudut bibirku bergetar saat mengingat pelaku penyebab aku bisa berada di tangan Vampir Maniak Darah itu.

Yeah, benar! Anak bernama Lavy itulah yang membuatku menderita seperti ini!

Dua minggu lalu, aku yang sedang bosan, mengunjungi Lavy. Dia adalah pemuda seumuranku, saudara tiriku, sekaligus seorang maniak. Bocah bernama Lavy itu sangat suka melakukan eksperimen-eksperimen sihir yang berkaitan dengan sigil—lingkaran sihir.

Aku sering menjadi kelinci percobaannya dalam menguji sigilnya. Aku selalu percaya kepadanya karena setiap sigil yang diujicobakan kepadaku selalu mencapai tahap akhir yang pasti aman untukku. Sejujurnya, belum pernah ada eror saat aku mencoba sigil barunya.

Bagaimanapun, sigil yang kuuji biasanya mengacu pada sihir transformasi, perubahan bentuk, atau penguatan energi dan stamina untuk beberapa waktu, dan semacamnya, yang tidak terlalu berisiko.

“Jadi, jenis sigil apa lagi yang kautemukan?” tanyaku sembari duduk jongkok, melihat lingkaran berdiameter dua meter dengan tulisan dan ukiran-ukiran yang tidak kumengerti. Yang jelas, perpaduannya kali ini berbeda dari yang selama ini dia buat.

Bocah yang jarang sisiran itu mengacak-acak rambut hitamnya, membuatnya semakin berantakan. Panjang rambutnya bahkan sudah mencapai leher. Ajaibnya, meski tidak pernah merapikan rambut, dia paling sering membersihkan rambutnya.

“Itu …. Ingat permintaanmu yang ingin pergi ke tempat jauh tanpa perlu susah-susah keluar banyak energi sihir dan tidak mudah dideteksi ayah?”

Tentu saja, aku ingat.

Setahun lalu, aku mengatakan itu untuk sekadar iseng. Meskipun di baliknya, ada alasan khusus yang kusembunyikan darinya. Melihat saudara tiriku itu benar-benar mewujudkan hal itu, aku hampir tidak bisa mempertahankan tampang datarku. Aku bahkan menyeringai lebar.

“Maksudmu, sigil ini bakal menyamai sihir teleportasi?”

“Lebih tepatnya, alternatif. Sebenarnya, sih, proyeknya sudah jalan setengah tahunan. Agak susah nemuin formula yang pas buat ukirannya. Apalagi, buat nentuin titik lokasi tujuan teleportasi di ukiran yang rumit itu.”

“Hebat juga kau! Tapi kalau sekarang, sigilnya belum jadi, dong?”

Aku melihat Lavy menaikkan satu ujung bibirnya yang membuat mata hijaunya menyipit. Seringainya sering kali membuatku kesal.

Dia berdeham, dia baru selesai minum. Dia berjalan mendekatiku, lalu merangkulkan satu tangannya ke leherku, memaksaku sedikit menunduk. Senyumannya yang menjengkelkan semakin terlihat jelas dari jarak sejengkal.

Tangannya yang lain menempel di dadanya yang membusung.

“Kautahu, kau harus bangga punya saudara sepertiku. Karena saudaramu ini benar-benar seorang genius! Nggak peduli serumit apa masalahnya, aku pasti bisa nemuin penyelesaiannya.”

Sudah kuduga, dia akan bersikap semenjijikkan itu.

Kutepis tangannya dengan kasar. Kuabaikan sifat sombongnya yang kambuh.

Aku sendiri sudah tidak sabar untuk menjajal sigilnya ini, demi bisa bertemu seorang gadis yang membuatku jatuh hati. Bahkan, senyum antusiasku tidak bisa kusembunyikan lagi.

“Berarti, sigilnya beneran sudah siap?”

“Jelas, dong! Tujuannya juga udah kuatur ke Seroz. Aku yakin, tempatmu tiba nanti bakalan dekat sama tempat tinggal cewek gebetanmu.”

“Apa …?”

"Benua seberang punya regulasi sihir teleportasi rumit. Kau nggak bakal mau berurusan sama pihak imigran karena masuk secara ilegal, 'kan?"

"Bukan-bukan! Maksudku, bagaimana kautahu aku punya cewek gebetan?"

“Dahlah! Kau itu nggak jago nyembunyiin rahasia dariku. Aku sudah lama tahu kalau kau punya cewek gebetan di benua seberang. Daripada tanya-tanya gimana aku bisa tahu, mending kau nyiapin diri di tengah sigil.”

Lavy mendorongku memasuki sigilnya. Aku pun tidak memberikan perlawanan saat dia melakukannya.

Saat itu, aku terlalu larut dalam euforia terhadap situasi ketika aku akan bertatap mata dengan gadis itu secara langsung. Gadis berkulit eksotis dengan rambut hitamnya yang lurus menawan, hidung peseknya yang imut, dan bibirnya yang mungil, aku benar-benar tidak sabar untuk segera bertemu dengannya.

“Bersiaplah! Akan kutransfer sihirku ke sigilnya langsung.”

Aku manggut-manggut saja. Kubiarkan Lavy menyalurkan sihirnya hingga seluruh ukiran dalam sigil di bawah kakiku memancarkan cahaya menyilaukan. Hingga aku sepenuhnya tenggelam dalam cahaya putih itu.

Karena terlalu tenggelam dalam pikiran, aku melupakan satu masalah penting. Hal itu sekaligus menjadi penyesalanku saat ini. Dan itu adalah: aku lupa membahas cara untuk kembali.

Saat membuka mata, yang pertama kulihat adalah kegelapan malam. Aku yang tidak tahu banyak tentang perbedaan waktu antara Benua Lackas, tempat asalku berada, dan Benua Illumi, tempat Kota Seroz berada, tidak memikirkan apa pun tentang itu.

Aku juga masih berpikiran positif dengan memercayai ucapan Lavy sepenuhnya, bahwa dia akan membawaku ke lokasi yang dekat dengan tempat tinggal gadis itu.

Aku berpikir seperti itu karena aku sudah membuktikan kemampuan Lavy yang mampu melacak keberadaan seseorang atau sesuatu yang baru dia lihat, dengan akurasi mencapai sempurna. Terlalu berlebihan memang, tetapi itulah fakta yang membuatku jengkel.

Saking percaya kemampuannya, sedikit pun, aku tidak pernah mempertanyakan jika ada eror pada hasil akhirnya.

Hanya saja, kredibilitasku kepada Lavy mulai berguncang setelah memindai lokasi sekitarku. Hanya ada pepohonan tinggi di sepanjang mata memandang. Lolongan serigala dan anjing hutan saling bersahutan. Belum lagi, suara geraman yang membuat seluruh bulu kudukku meremang hebat.

"Tidak mungkin gadis itu tinggal di sini," batinku, sambil membayangkan gadis yang berpakaian mengikuti mode tren terkini, lalu membandingkannya dengan hutan lebat di sekelilingku.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca