Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Bangkitnya Darah Iblis Di Dalam Tubuhku.

Bangkitnya Darah Iblis Di Dalam Tubuhku.

Alendra Danuarta | Bersambung
Jumlah kata
50.7K
Popular
293
Subscribe
86
Novel / Bangkitnya Darah Iblis Di Dalam Tubuhku.
Bangkitnya Darah Iblis Di Dalam Tubuhku.

Bangkitnya Darah Iblis Di Dalam Tubuhku.

Alendra Danuarta| Bersambung
Jumlah Kata
50.7K
Popular
293
Subscribe
86
Sinopsis
PerkotaanAksiBalas DendamPria DominanIdentitas Tersembunyi
Di umur 21 tahun, Lendra telah menjadi miliader muda yang dikenal oleh semua orang. Namun setelah menikah, anaknya mengidap penyakit berbahaya yang menghabiskan seluruh hartanya. Bahkan akibat dia jatuh miskin, istrinya memilih untuk bercerai dan menikah lagi dengan orang kaya lainnya. Namun ketika dia mengalami situasi kondisi hidup dan mati, sebuah cincin giok pemberian orang tuanya tiba tiba memberinya banyak kekuatan luar biasa. Memiliki mata tembus pandang, mampu mengobati penyakit apapun, bahkan dia mampu melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain seperti pada umumnya. Melihat namanya mulai kembali bersinar, Lendra akhirnya dijuluki sebagai Iblis yang bisa berbuat apapun sesuka hatinya!
1. Takdir yang begitu buruk!

"Putriku... Bangun Putriku, jangan tinggalkan ayah! Mana bisa ayah hidup tanpamu huhu..." Lendra menangis diatas pelukan putrinya yang kini terbujur lemas diatas ranjang rumah sakit.

Namun tidak mendapati respon apapun, wajah Lendra semakin panik. Dia yang tidak memiliki pilihan lain segera berlari kearah ruang perawat untuk mencari seorang dokter.

Beberapa saat sang dokter tiba didalam kamar rumah sakit.

"Kondisi anakmu semakin parah... Tanpa bantuan obat penambah usia, dia tidak akan bertahan lebih dari sepuluh hari dari sekarang." Sang Dokter menggelengkan kepalanya.

Mendengar hal itu, Lendra segera menggoyangkan tubuh dokter di hadapannya sedikit menggunakan tenaga.

"Do-dok tolong berikan obat itu... Setidaknya ada harapan hidup untuk putriku, dok!"

Raut wajah sang dokter berubah menjadi datar tanpa ekspresi. Dia segera mengeluarkan biaya tagihan yang belum dibayar oleh Lendra.

"Jika ingin obat itu, maka bayar dulu semua tagihan putrimu selama berobat dirumah sakit ini..."

"Ta-tapi dok, keselamatan nyawa putriku bagaimana?"

"Keselamatannya? Itu tergantung berapa duit yang kamu punya... Tidak mampu membayarnya, untuk apa kamu tetap membawa putri mu berobat?" tatapan sinis sang Dokter tertuju kearah Lendra.

Menyatukan kedua rahangnya, dan hanya bisa melihat dokter itu meninggalkan kamar rawat inap putrinya. Lendra mulai memikirkan seribu cara untuk membayar tagihan sebelumnya.

Hingga dia segera mengambil hand phonenya dan menelepone seseorang.

Tuuuuut! Tuuuuuut!

"Ayolah angkat... Kenapa tidak diangkat..." Lendra terus mencoba menelepon orang yang sama.

Hingga selama lima menit panggilan selalu tak terjawab. Akhirnya panggilan terakhir mulai tersambung, dan ini membuat secercah harapan muncul di kedua bola mata Lendra.

"Untuk apa kamu mencariku lagi?! Bukankah sudah kukatakan padamu, aku sudah bahagia dengan orang lain!" suara bentakan wanita terdengar begitu jelas pada panggilan itu.

"A-Anya aku bukan menganggumu..." Ungkapan Lendra terhenti karena terpotong!

"Jika tidak mengangguku, lalu yang saat ini kamu lakukan apa?! Lendra baiknya kau matikan panggilan ini segera!"

"Tu-tunggu, Anya aku membutuhkan uang sebanyak dua puluh lima juta untuk membayar biaya rumah sakit... Dewi membutuhkan pertolongan mu segera! Ayolah Anya, sekali saja kamu bantu aku... Setelah ini, aku pasti akan menggantinya?!"

Belum ada suara jawaban, namun tiba tiba suara Anya kembali terdengar.

"Bagusnya dia mati saja... Dulu kamu seorang miliader, tapi akibat kebaikanmu pada putrimu sendiri, kamu jadi miskin kan?! Bukankah harusnya kamu bersyukur melihatnya akan mati? Untung saja aku telah meninggalkanmu!"

"A-Anya, Dewi juga putrimu, dia anak kandungmu, kenapa kamu berbicara seperti itu?!" Lendra merasa tak terima, namun panggilan terputus. Dan ini membuat pikiran Lendra semakin kacau!

'Ke-kemana aku harus mencari uang...' mengigit bibirnya hingga berdarah, Lendra segera memeluk tubuh putrinya.

"Dewi kau harus bertahan... Tunggu ayah kembali, ayah pasti akan mendapatkan uang untuk membuatmu bisa kembali mendapatkan perawatan yang bagus!" berkata percaya diri, Lendra segera keluar dari ruangan kamar inap.

Dia berjalan tanpa arah untuk mencari uang. Namun setelah mencari hutang kesana kemari, dia tidak mendapatkan sepeserpun uang. Hingga Lendra mulai kesal, dan memaki nasib takdirnya yang begitu buruk!

"Sialan takdir macam apa ini?! Bahkan setelah seluruh uangku habis, putriku masih belum juga sembuh! Kenapa takdir mempermainkanku!"

Melihat cincin yang selalu terpasang di jari manisnya. Lendra mulai menahan tangisannya, dia mulai mengelus cincin itu sembari berkata, "ayah, ibu... Apa gunanya aku selalu menggunakan cincin pemberian kalian ini?! Katanya cincin ini akan merubah nasib seseorang?! Namun apa saat ini? Dan saat ini, untuk apa aku terus hidup jika aku harus kehilangan putriku satu satunya?!"

Lendra melepas cincin yang selalu terpasang di jari manis selama hidupnya. Dia melempar secara sembarang, namun tiba tiba. Hal mengejutkan terjadi, sebuah mobil BMW mewah keluaran terbaru melintas. Dan cincin itu secara ajaibnya membuat kaca mobil itu retak, yang membuat pengendara mobil itu kehilangan kendali, lalu menabrak tubuh Lendra secara tragis.

Kraaaack! Sreeeeeet!

Pandangan Lendra berubah menjadi buram, darah merah segar keluar dari bekas luka kepala telah membanjiri tanah aspal, hingga menyentuh cincin yang dia lempar.

Namun tiba tiba, cincin itu lenyap dengan sendirinya. Hal ini dibarengi dengan munculnya banyak pengetahuan didalam pikiran Lendra. Bahkan, luka pada area kepalanya mulai perlahan pulih.

"A-aku..." Lendra bangkit, kepalanya sedikit terasa pusing.

Namun gadis bernama Seon menyipitkan matanya. Dia pengendara mobil yang menabrak Lendra tahu persis bagaimana keras mobilnya menabrak pria berumur dua puluh tiga tahunan didepannya.

"Ka-kamu..." Seon tergerak mundur.

"Tu-tuan putri, kenapa dia bisa bangkit lagi? Bukankah tadi..." Nadya tak bisa berkata apapun, hingga sepasang mata mereka saling bertemu untuk memastikan bahwa pria didepan mereka memang masih hidup.

Setelah kondisi pusing mulai menghilang, Lendra mulai menatap kearah Seon dengan perasaan penuh bersalah.

"No-nona maafkan kelalaian ku, seandainya aku..."

Seon dan Nadya membelalakan matanya, mereka segera menghentikan niat Lendra yang ingin meminta maaf. Bagaimanapun, kejadian barusan itu tetap mereka yang salah, karena tidak siaga disaat benda aneh menghantam kaca mobil mereka.

"Ti-tidak perlu minta maaf... Kebetulan ini salah kami, mohon untuk tidak memperpanjang masalah ini..." Seon segera berlari kearah bagasi mobilnya.

Lalu dia membawa sebuah koper kearah Lendra. Membukanya, Seon segera menghitung tumpukan uang ditangannya.

"Ini uang lima belas juta sebagai permintaan maaf kami... Siapa namamu? Apa perlu kami mengantarmu untuk mengecek kondisi tubuhmu?"

Lendra masih kebingungan, tapi dia mengingat. Seharusnya dia terluka parah pada area kepalanya. Mencoba merabanya, tidak ada satupun luka yang terasa.

"Aku Lendra, namun sepertinya tidak ada yang luka, aku baik baik saja kok... Ta-tapi bagaimana jika nona menambahkan uang itu menjadi dua puluh lima juta... Setelah urusanku dirumah sakit selesai, aku pasti akan menggantinya kelak!" Lendra segera menguasai dirinya, dan mengingat hal penting yang seharusnya dia lakukan setelah melihat Seon memiliki uang yang cukup banyak!

Seon dan Nadya saling berpandangan, tidak terluka? Jelas jelas mereka melihat darah mengucur deras di aspal barusan. Kenapa menjadi seaneh ini?

Namun melihat sendiri keajaiban itu, Seon yang ternyata bukan seorang gadis biasa mulai berkata.

"Ehem, siapa yang dirawat di rumah sakit? Aku bisa saja membantumu, tapi dengan satu syarat jika kamu mau menerimanya..." Sebuah rencana darurat terlintas dibenak Seon.

"Pu-putriku, dia terkena penyakit tumor otak... Aku membutuhkan biaya dua puluh lima juta untuk mendapatkan penanganan dari rumah sakit."

"Tapi apa syaratnya?"

Mendengar semua itu, Seon menggelengkan kepalanya, "syarat itu nanti ku jelaskan... Yang pasti, kita harus melihat kondisi putrimu." Seon berkata cepat.

"Benar... Ya benar!" Tanpa ragu, Lendra masuk kedalam mobil lalu mengarahkan Seon untuk bergerak ke rumah sakit Sananta.

*

Setelah tiba.

Bergegas menuju ke ruang inap anaknya, wajah Lendra tiba tiba berkedut, bola matanya memerah ketika melihat beberapa perawat tengah menyiapkan ranjang mayat di depan pintu kamar inap anaknya.

"De-Dewi... Ti-tidak tidak mungkin..." Dia segera menguasai dirinya, lalu berlari kearah kamar inap anaknya.

Setelah tiba.

"Ti-tidak, sus kalian mungkin salah tebak! Putriku itu kuat! Mana mungkin dia sudah meninggal?!" Lendra menghentikan niat para suster yang ingin melepas semua alat Medist.

"Apa kau gila?! Putrimu sudah meninggal loh! Lihatlah alat pendeteksi jantungnya!"

"Gak! Putriku belum meninggal! Tidak ada satupun diantara kalian yang boleh menyentuh putriku!"

"Dia memang sudah gila!"

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca