Langit Desa Palir menguning diterpa mentari sore. Di antara sawah yang menghampar luas dan pepohonan kelapa yang bergoyang lembut, tampak seorang anak laki-laki berusia tiga belas tahun duduk di atas batu besar. Bajunya compang-camping, kakinya berdebu, dan matanya menatap jauh ke arah kota yang hanya terlihat sebagai garis samar di ufuk barat.
Namanya Adskhan. Seorang anak kampung yang ingin menjadi seorang kaya raya
“Di sana semua orang kaya,” gumamnya. “Di sana orang bisa makan tiga kali sehari tanpa cacingan.”
Ia menggenggam erat selembar kertas lusuh, bekas bungkus gorengan. Di balik kertas itu, ia menulis cita-citanya: “Menjadi pengusaha sukses, biar bisa beli sawah seperti orang-orang kaya itu.”
Namun jalan menuju impian tak pernah lurus, apalagi bagi anak desa yang tak tamat SD dan tak punya uang seribu pun di sakunya. Hanya baju dan celana yang di pakainya, adskhan menatap penuh percaya diri.
Hari itu, Adskhan pulang ke gubuknya yang beratap seng bocor. Ibunya sakit-sakitan dan ayahnya telah lama pergi tanpa jejak. Ia hidup dari belas kasih tetangga, kadang mencuri hasil panen demi sekadar mengisi perut.
Hidup adskhan penuh dengan hinaan dan cacian, tapi tak pernah adskhan marah ataupun membenci mereka, yang adskhan benci adalah keadaan miskinnya.
Ketika malam tiba dan suara jangkrik mulai bersahut-sahutan, datanglah seseorang yang selama ini hanya ia dengar dari bisik-bisik warga: Ujang Katak, pemimpin kelompok kecil yang dikenal sebagai penguasa pasar gelap di Cilacap.
“Adskhan,” kata Ujang sambil menyalakan rokok linting. “Kau anak berani, dan sangat penjuang dan kau pun Punya nyali. Mau kuasih jalan buat cepat kaya?”
Adskhan tak menjawab, hanya memandangnya dengan sorot mata yang penuh curiga dan lapar sekaligus. karena ujang menurut adskhan adalah sosok orang yang licik dan bengis.
Ujang tertawa. “Tenang. Gak usah jadi budak. Kau ikut aku, kita main di pinggiran. Ambil barang, kirim barang, jaga orang. Bayaran cepat. Kalau pinter, bisa naik cepat.”
Anak seusia Adskhan tak seharusnya mendengar ajakan semacam itu. Tapi lapar tak pernah bertanya soal moral. Dan impian tak pernah datang cuma-cuma. Hari ini kalau bukan dirinya maka siapa lagi yang akan memikirkannya.
Malam itu, ia ikut Ujang ke sebuah rumah kosong di belakang terminal. Di sanalah ia bertemu dengan geng kecil yang disebut Ganjil Tujuh—karena jumlah mereka selalu ganjil dan tak pernah lebih dari tujuh orang.
Geng ini beroperasi dengan penuh senyap dan tak pernah memberitahukan orang luar, karena operasinya juga terbilang rapi dan sangat tersembunyi.
Mereka bukan pembunuh berdarah dingin, tapi mereka tahu caranya membuat orang bicara. Mereka tahu caranya membuat toko-toko takluk dan pengusaha kecil membayar “uang keamanan”.
Hari pertama Adskhan hanyalah pengantar—membawa rokok ilegal dari pelabuhan ke warung pinggiran. Dibayar lima puluh ribu, cukup untuk makan seminggu di desa.
Tapi anak itu tak bodoh. kecerdasan adskhan termasuk kecerdasan yang tinggi. bahkan adskhan bisa mengulang dan mengingat omongan orang.
Dalam dua minggu, ia hafal rute pengiriman, tahu siapa pembeli dan siapa yang sering mengkhianati janji.Adskhan belajar memahami orang dan mengerti maksud orang.
Dalam sebulan, ia mulai bicara langsung dengan pengepul. Dan dalam tiga bulan, ia sudah dipercaya mengatur dua anak baru.
“Cepat belajar kau, Khan,” kata Ujang. “Tapi ingat, dunia kita bukan dunia mulus. Sekali kau masuk, kau cuma bisa naik... atau mati.” kata ujang yang sedikit penuh ancaman.
Suatu malam, di gudang tua yang dijadikan markas sementara, Adskhan duduk termenung. Di tangannya ada buku kecil berisi catatan transaksi dan hutang para pelanggan. Di perhatikan buku itu dan pelan adskhan memahami dan membacanya.
Ia mulai sadar, uang bukanlah segalanya jika ia hanya jadi pelayan dari sistem rusak. Sistem ini yang justru memperbudak orang untuk menjadi miskin.
“Aku nggak bisa selamanya begini,kalau terus begini aku malah akan menyia-nyiakan waktu dan bukanya kaya malah diperbudak mereka” bisiknya. “Ini bukan akhir. Ini cuma jalan awal. Aku harus jadi bos. Jadi raja. Jadi pengusaha. Tapi bukan dari sini...”
Namun keluar dari dunia gelap tak semudah membalik telapak tangan. Ia tahu betul, Ujang tak akan membiarkannya pergi begitu saja. seperti kemarin ucapan ujang bahwa tidak ada jalan keluar yang ada cuma kematian.
Suatu siang yang panas, ketika ia sedang mengantar uang ke seorang rentenir, ia melihat sesuatu yang membuat langkahnya terhenti.
Sebuah toko kelontong baru berdiri megah, lengkap dengan freezer, mesin kasir, dan papan nama besar bertuliskan “UD. Sumber Rejeki”. Pemiliknya, pria keturunan Tionghoa berusia lima puluh tahun, bernama Pak Tjong. walaupun sudah tua tapi badanya masih sehat dan segar tidak seperti kebanyakan orang yang tidak menjaga pola hidup dan kesehatan nya.
Adskhan memperhatikan betapa toko itu tak pernah sepi. Orang datang dan pergi, membeli sabun, minyak, membeli rokok, membeli beras bahkan pulsa.
“Kalau bisa buka beginian, gak usah ribut, gak usah ancam orang,uang akan datang dengan sendirinya” pikirnya. “Cuma modal rapi dan jujur.”
Sejak hari itu, setiap kali lewat, ia berhenti beberapa menit. Mengamati. Menghitung pelanggan. Kadang pura-pura membeli permen hanya untuk melihat sistem pembukuan Pak Tjong.
“Ini ilmu,” gumamnya. “Ilmu yang bisa bikin aku beneran kaya.” Adslhan juga teringat dengan nasehat beberapa orang tua di desa, bahwa orang akan di hargai karena 3 hal yang pertama adalah jabatan, yang kedua adalah harta kekayaan dan yang ketiga adalah ilmu yang dimiliki.
Dan untuk pertama kalinya, ia mulai membaca. Adskhan mengumlpulkan buku buku bekas hanya untuk sekedar dibaca.
Buku akuntansi bekas. Buku dagang dari koperasi desa,.buku menjadi seorang leadership, teka teki silang Bahkan koran bekas bungkus nasi pun ia baca kalau ada berita soal ekonomi. Adskhan kembali senang dengan membaca buku
Ia tahu waktunya belum sekarang. Tapi ia juga tahu, kelak ia akan keluar. Dan saat itu tiba, ia tak akan jadi buronan. Ia akan jadi pemilik. Pemilik toko. Pemilik perusahaan. Pemilik masa depan. pemilik sejumlah kekayaan dan tentunya pemilik sawah yang luas.
Tapi untuk sampai ke sana, ia harus bertahan. Dan dunia gangster tak pernah kehabisan badai. Keluar dari gankster adalah pertaruhan antara sukses atau terpuruk.
Malam itu, berita buruk datang. Polisi menggerebek salah satu tempat penyimpanan barang milik Ujang. Dua anak gank Ganjil Tujuh tertangkap. Satu ditembak mati.
Penggerebekan itu menjadi hot topik di kabupaten kota, dan mereka juga tak menyala gudang yang terbengkalai di jadikan sebuah markas kejahatan.
Dan yang bikin semuanya guncang: nama Adskhan disebut sebagai pengkhianat. Walaupun sebenarnya belum ada bukti bahwa adskhan penghianat.