Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
I Will Be Lifted High

I Will Be Lifted High

Koko Sun | Bersambung
Jumlah kata
76.4K
Popular
100
Subscribe
9
Novel / I Will Be Lifted High
I Will Be Lifted High

I Will Be Lifted High

Koko Sun| Bersambung
Jumlah Kata
76.4K
Popular
100
Subscribe
9
Sinopsis
18+PerkotaanSupernaturalSpiritualMengubah NasibZero To Hero
Sinopsis "I Will Be Lifted High" mengikuti perjalanan hidup seorang pria dewasa bernama Rian. Rian, seorang mantan pengusaha sukses, mengalami keruntuhan dalam hidupnya setelah kehilangan perusahaan yang ia bangun selama bertahun-tahun. Dalam keputusasaannya, Rian terjebak dalam siklus negatif, kehilangan harapan, dan jauh dari orang-orang terkasihnya. Namun, suatu hari, ketika ia berada di titik terendah, Rian merasakan adanya kekuatan yang tidak terlihat mengangkatnya. Dengan bantuan kekuatan ini, ia mulai menemukan kembali jati dirinya dan berjuang untuk bangkit dari keterpurukan. Tema - **Kebangkitan**: Menggambarkan perjalanan dari keterpurukan menuju kebangkitan dan harapan baru. - **Persahabatan**: Pentingnya dukungan teman di saat-saat sulit. - **Kekuatan Spiritual**: Menyoroti aspek spiritual dalam kehidupan yang dapat membantu menghadapi tantangan. - **Keluarga**: Peran keluarga dalam mendukung perubahan dan penyembuhan.
Kejatuhan

Berikut ini adalah kisah yang berbeda;

Rian memandangi gedung-gedung tinggi di pusat kota Jakarta dari jendela kantornya. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat keramaian yang menyelimuti kota itu. Suara klakson kendaraan, percakapan yang berbaur, dan langkah kaki yang bergegas ke tujuan masing-masing seolah membuatnya merasa terasing. Dia teringat saat-saat kebanggaannya, ketika ia masih menguasai dunia bisnis dan memiliki kekuatan untuk mengubah nasibnya sendiri. Namun, sekarang, semua itu terasa seperti ilusi yang perlahan-lahan memudar.

Sejak pagi itu, harinya terasa berat. Rian sudah berusaha menyiapkan rapat penting yang seharusnya menjadi tonggak kebangkitan perusahaannya yang terpuruk. Namun, semua yang direncanakannya hancur berantakan dalam waktu singkat. Beberapa minggu terakhir ini, bisnis yang ia bangun dengan visi dan kerja keras selama sepuluh tahun terakhir terjerembab dalam krisis yang dalam. Rian menyandarkan kepalanya di telapak tangan, mencangkung di kursi yang seolah menjadi simbol keputusasaan yang mencekiknya.

"Panggilan penting dari kantor pusat," suara sekretarisnya, Sari, memecah kesunyian. Rian memberi anggukan, meskipun hatinya tidak siap menerima berita apa pun. Keputusan dewan direksi mungkin sudah ditentukan, dan dia tahu itu tidak akan menguntungkannya.

"Rian, kami harus memutuskan apakah akan tetap mempertahankan divisi ini atau melakukan pemutusan hubungan kerja," suara dari ujung telepon menggetarkan rasa percaya dirinya.

"Apa hanya ini yang bisa kita lakukan?" Rian bertanya dengan nada gamang, berusaha menyembunyikan ketidakberdayaannya.

"Maaf, tapi ini keputusan yang sulit," kata suara itu tanpa bisa memberikan rasa empati yang diharapkannya.

Rian meletakkan telepon dan memejamkan mata. Dia merasa seluruh dunia runtuh di hadapannya. Dalam diammu, menggulir keingatannya, ia teringat akan mimpinya membangun sebuah perusahaan yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga memberi dampak positif bagi orang-orang di sekitarnya. Dalam proses mencapai tujuan itu, Rian merasakan bagaimana tekanan bertambah, dan pada saat yang sama, kepercayaan dirinya merosot.

Hari-hari berikutnya dilalui Rian dengan penuh ketidakpastian. Ia membaca setiap artikel tentang krisis ekonomi, setiap analisis pasar, dan setiap peluang yang mungkin muncul. Namun, semua upayanya tampaknya sia-sia. Visinya untuk memulihkan kembali perusahaannya mulai sirna seperti embun pagi yang ditelan matahari.

Sore itu, Rian pulang dengan hati yang berat. Ia mengendarai mobilnya melewati jalan-jalan yang seringkali penuh sesak, tetapi kali ini, ia tidak merasakan hiruk pikuk itu. Semua yang ada di sekitarnya terasa kabur. Saat tiba di rumah, Rian hanya duduk di meja makan, mengabaikan makan malam yang disiapkan oleh ibunya, Nina.

"Mama, aku tidak bisa," ujarnya akhirnya. Ekspresi wajah Nina mencerminkan kecemasan, tetapi Rian tidak dapat melihatnya. Baginya, semua perhatian itu seolah menambah berat beban yang sedang dipikulnya.

Nina mendekat dan duduk di sampingnya. “Rian, terkadang kita harus menghadapi kenyataan pahit. Kita harus bangkit dari kejatuhan ini.”

“Bagaimana, Mama? Semua ini sudah hancur,” Rian hampir berbisik. “Aku gagal.”

Nina menatapnya dengan penuh kasih. “Anakku, setiap orang mengalami kegagalan. Ini bukan akhir. Kamu masih punya kesempatan untuk bangkit lagi.”

Rian merasa hatinya tersentuh, namun tetap tidak mampu melihat harapan dalam kegelapan. Ia tidak ingin merasa lemah di depan ibunya. Ketika Nina memeluknya, Rian menahan air mata. Saat itulah ia merasakan ada sesuatu yang merasuk masuk ke dalam jiwanya, seolah ada kekuatan yang tidak tampak sedang berusaha mendorongnya untuk bangkit. Namun, dia masih terdiam, tidak berdaya untuk mengambil langkah pertama.

Keesokan harinya, mentari bersinar cerah, tetapi hatinya tetap suram. Rian memutuskan untuk pergi ke kantor. Saat tiba, dia melihat layar monitor yang menampilkan angka-angka merah yang terus bergerak. Semua angka itu mewakili hilangnya harapan dan kerja kerasnya. Rian menelan ludahnya dengan susah payah, merasakan beban yang semakin berat.

Di tengah kebisingan kantor, Sari mendekatinya. “Rian, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.”

“Siapa?” Rian bertanya, tetapi hatinya tidak ingin berurusan dengan siapa pun.

“Dino, mantan mentormu.”

Mendengar nama itu membuat hati Rian bergetar. Dino adalah sosok yang mengajarinya banyak hal tentang dunia bisnis—jauh sebelum semua keruntuhan ini. Mereka pernah berbagi mimpi, visi, dan strategi. Rian tahu bahwa dinyatakan gagal di depan Dino adalah yang paling menakutkan. Namun, Rian tidak bisa mengelak dan akhirnya mempersilakan Dino masuk.

“Rian, aku mendengar tentang situasimu,” kata Dino dengan nada serius. “Aku di sini untuk membantu.”

“Tidak ada yang bisa diperbaiki lagi, Dino,” jawab Rian dengan wajah penuh penyesalan.

“Rian, setiap orang mengalami titik terendah dalam hidupnya,” Dino menjelaskan. “Tapi tidak semua orang memilih untuk bangkit. Ini adalah waktu untuk belajar dan mencari cara baru.”

Rian merasa ada sesuatu yang bangkit dalam dirinya, tetapi keraguan menghalanginya. “Apa yang bisa aku lakukan? Semua berharap telah sirna.”

Dino memberi Rian sebuah pandangan tajam. “Bukan hanya tentang harapan, tapi bagaimana kamu meresponsnya. Kamu masih punya waktu dan kesempatan untuk belajar dari kegagalan ini. Kita bisa membangun kembali.”

Setelah pertemuan itu, Rian merasa berat hatinya sedikit terangkat. Namun, rasa ragu tetap menggantung di kepalanya. Dia merasa seperti terjebak dalam siklus kegagalan yang tak kunjung henti. Dia berharap dan berharap, tetapi realitas yang ada tidak menunjukkan tanda-tanda harapan.

Malam itu, Rian sulit tidur. Dialami rasa putus asa yang semakin mendalam saat pikirannya tidak berhenti bertanya, "Mengapa harus aku?" Berbagai kemungkinan dan skenario buruk terus berseliweran di benaknya. Rian merasa terfored dalam gelap, terperangkap dalam ketidakpastian.

Satu suara kecil di dalam dirinya mulai berbisik. “Jangan menyerah. Kamu masih bisa menemukan cahaya dalam kegelapan.” Tetapi Rian berusaha mengabaikannya. Dia merasa bahwa semua usaha yang telah dilakukan telah menjadi sia-sia.

Akhirnya, tidak tega lagi melawan rasa matanya, Rian tertidur di meja. Saat itulah dia bermimpi. Dalam mimpinya, dia berada di dalam sebuah ruangan gelap, dikelilingi oleh bayangan. Dia merasa terjebak, tidak tahu jalan keluar. Tiba-tiba, sesuatu yang tidak terlihat mendorongnya ke depan. Dia merasa seakan ada tangan yang mengangkatnya. Rian terbangun, bingung dan dengan keringat dingin mengalir di pelipisnya.

Pagi itu, Rian merasakan sensasi yang berbeda. Mimpi itu membawa perasaan aneh. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa ada harapan yang ingin menyala dalam dirinya. Memikirkan apa yang dikatakan Dino semalam, Rian menyadari bahwa mungkin inilah saatnya untuk menyerah pada semua ketakutannya dan memulai lagi, meskipun hanya dengan langkah kecil.

Dia menghabiskan hari itu dengan melakukan hal-hal kecil yang membuatnya merasa hidup kembali. Merangkai kembali ide-ide yang pernah ada, mencari cara baru untuk memperbaiki keadaan. Meskipun itu tampak sulit, Rian tahu dia harus mengambil langkah pertama, sekecil apa pun itu.

Ketika malam kembali tiba, Rian menatap bintang-bintang di langit. Dia mulai berbicara kepada diri sendiri, “Aku tidak akan menyerah. Aku akan mencoba lagi. Aku akan diangkat tinggi.”

Dengan tekad yang baru, Rian merasa bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Daya tangkap untuk terus berjalan. Dia tahu betul bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk bangkit dari keruntuhan. Dan kini, Rian bertekad mau berjuang sampai akhir.

Di titik ini, kisah Rian sudah dimulai. Kejatuhan hanyalah bagian kecil dari perjalanan hidupnya, dan dia yakin, suatu saat nanti, dia akan menatap kembali pengalaman ini dengan sebuah senyuman.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca