Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
BUDAK CINTA ISTRIKU

BUDAK CINTA ISTRIKU

Ayang Queen | Bersambung
Jumlah kata
57.0K
Popular
2.1K
Subscribe
141
Novel / BUDAK CINTA ISTRIKU
BUDAK CINTA ISTRIKU

BUDAK CINTA ISTRIKU

Ayang Queen| Bersambung
Jumlah Kata
57.0K
Popular
2.1K
Subscribe
141
Sinopsis
18+PerkotaanSlice of lifeMenantuPria DominanPria Miskin
Demi menebus hutang yang ditinggalkan oleh orang tuaku, aku harus membayarnya semua dengan semua pernikahan dengan seorang perempuan muda dari majikan orang tuaku dan aku sendiri. Seperti sulap, wanita cantik itu dalam sekejap sudah menjadi istri sah ku. Tapi, saat masuk ke dalam kehidupan keluarga kaya raya itu, aku baru tahu sisi buruk mereka. Istriku? Aku harus bertelur lutut dihadapannya.
Kamar Pengantin

Aku meraung di dalam hati, perasaan ku hancur berantakan tanpa peredam. Mencoba mengukir senyuman tipis di pipi, sedikit saja dengan mengulum bibir tanda bahagia. Namun, hatiku tak bisa berbohong kepahitan ini sampai terasa di lidah.

Ceklek.

Saat ada orang bibir tipis ini tiba-tiba mengukir senyuman. Munafik!

"Wan, kau bisa masuk ke dalam kamar pengantin. Tuan menyuruhmu segera ke sana, istrimu sudah menunggu."

Perkataan Tomi membuatku menarik dan menghembuskan nafas dengan berat, aku mengangguk tanda mengerti apa yang di katakannya. Tomi teman tukang kebunku, tapi nasibnya tidak semenyakitkanku. Dia pergi lagi melaksanakan tugas, sementara aku masih memakai setelan jas penuh harap dan doa.

Kata-kata SAH tadi masih menggema di telingaku, masih terbayang saat mereka semua dengan kompak mengatakan satu kata yang amat membuatku hancur.

Kamar kecil yang ku tempati ini akan menjadi kenangan saja, kamar pengantin yang menantiku akan menjadi tempat untukku tidur nanti. Tentu saja bersama istriku, Mardalena.

Wanita itu berumur 25 tahun, sama denganku. Perempuan penjajah kelamin laki-laki itu menjadi istriku saat ini. Kenapa bisa? Tentu saja karena dia sedang mengandung. Sandiwara orang kaya bukankah begitu?

Hutang yang besar dari ayahku menjadikan aku korbannya, tapi itu semua demi menebus biaya pengobatan ibuku. Kanker otak itu dengan ganasnya menyerang ibuku, tidak hanya ibu tapi juga pikiran ayahku. Meminjam uang yang melebihi batas harga diri kata orang kaya adalah kesalahan yang fatal, kau akan jadi budak mereka seumur hidup.

Sayang dan malangnya, seberapa besar uang itupun tak mampu menyembuhkan penyakit ibuku, dia wafat setelah beberapa hari operasi. Uang itu seakan daun kering, cepat terlahap api dan jadi abu, kemudian abu itu tertiup angin. Ayahku merana, pikirannya penuh dengan uang yang sia-sia akhirnya ia pun menutup mata. Kini tinggallah aku sendiri, menjadi tukang kebun dua bulan yang lalu dan menjadi menantu di keluarga kaya saat ini.

Apakah aku bahagia? Tidak. Mardalena hamil, dan aku yang bertanggung jawab. Nasib, aku harus menjalaninya. Sampai anak itu lahir? Tidak juga, tapi seumur hidup. Uang adalah segalanya dan aku menjadi budak akan itu.

Aku berjalan menuju kamar pengantin. Aku ingin tertawa, kamar pengantin! Lucu sekali!

"Kau begitu lama. Ingat! Kau harus sadar diri! Menikah dengan anakku bukan berarti kebesasan yang kau dapatkan, hutang ayahmu tak sebanding dengan dirimu!"

Aku hanya menunduk, inilah budak! Kau harus tahu!

Tuan Besar di rumah ini sudah menjadi mertuaku, Antonio Cahyono. Dialah orangnya yang berdiri di depan kamar pengantin, badan yang besar dan perut membuncit dengan wajah yang sangar membuat ia tampak menyeramkan.

Dia memandangku dengan tatapan menjijikan, aku ingin saja mencolok matanya. Tapi mana mungkin aku berani.

"Maafkan saya Tuan Besar!" kataku sambil menunduk.

"Cepat masuk! Sekarang kau tinggal di kamar ini!" katanya dengan ketus.

Aku hanya mengangguk, dia membukakan pintu dan langsung menarik tanganku dan mendorongku kuat sampai aku tersungkur ke lantai.

"Biadab!" gumam ku kesal.

Pintu itu langsung di tutup, aku menoleh kebelakang dan melengos melihatnya. Aku berdiri dan melihat isi kamar itu. Tempat tidur yang besar dan berenda, bagaikan istana kerajaan. Sangat mewah, belum pernah aku melihat kamar seindah ini. Pantasan saja orang-orang gila akan uang, kemewahan dan kenyamanan membuat orang seperti berada di surga.

Jebakan dunia!

Baru aku hendak berjalan melihat sekeliling, aku mendengar suara pintu. Saat aku melihat, pintu itu terbuka lebar.

Wanita cantik dengan tubuh yang sempurna, terbalut handuk putih menambah kecantikan yang terpancar di sana. Sayang seribu sayang, dia adalah penjajah kelamin laki-laki.

"Sudah ingin bermain?" katanya dengan manja.

Sebagai pria aku mengerti akan itu walaupun aku belum pernah melakukannya. Aku hanya diam mematung antara gugup dan tergoda.

Mardalena tersenyum penuh arti, berjalan dengan kaki telanjang mendekatiku.

"Aku yakin ini pertama kali untukmu. Sebagai perjaka yang baik aku akan mengajarkanmu cara memuaskan perempuan." katanya sambil melepaskan jas yang melekat di tubuhku.

"Kamu sedang hamil!" kataku mengingatkan.

Mardalena tersenyum, ia memegang pundak ku dan berjinjit hendak berbisik.

"Berhubungan dengan wanita hamil akan memiliki sensasi yang berbeda. Lebih nikmat dan menggairahkan. Kau akan terbiasa nanti."

Tangannya kini berada di dadaku, mengusapnya dengan lembut dan perlahan membuka kancingnya satu persatu.

"Jangan!" kataku menahan tangannya.

Mardalena tak menghiraukan, tangannya yang satu lagi bermain di perutku. Ia melepaskan tanganku yang memegangnya, dan menarik kuat kemejaku sampai kancingnya terlepas.

Dengan gerakan cepat dia telah melepaskan kemejaku, tangannya bermain di dadaku dan menarik ujung dadaku kuat. Aku menjerit tertahan, bukannya kasihan ia makin kuat menariknya.

"Ampun!" kataku setengah berteriak.

Mardalena melepaskannya, ia menyunggingkan senyumnya melihatku menggosok lembut ujung dadaku yang berwarna cokelat itu.

Bagai orang kesurupan, dia mendorongku dengan kuat sampai aku termundur dan terlentang di atas kasur. Aku kaget bukan main mendapatkan perlakuan itu, tidak hanya itu saja. Mataku melotot saat dia melepaskan handuknya dan mencampakkannya ke lantai. Bagai singa betina yang lapar, tubuh tanpa sehelai benang itu naik ke atas kasur dengan merangkak.

Bukit di dadanya bergelantungan di sana, mataku yang tertuju kesana langsung aku alihkan.

Aku mendengar dia tertawa, aku memejamkan mata dengan rapat agar hasrat di tubuhku hilang.

Namun kenyataannya salah, aku merasakan sentuhan di juniorku. Saat ku membuka mata, aku lihat kakinya bermain di sana.

"Kau akan menyukainya!" katanya sambil menggesekkan kaki kanannya di juniorku yang masih tertutup celana.

Aku benar-benar polos akan hal ini, tidak pernah sedikitpun aku tahu tentang ini. Menontonnya saja aku tidak pernah, apalagi melakukannya secara langsung.

Mardalena tertawa melihat ekspresi wajahku yang berubah, ia semakin gencar mempermainkannya. Tidak hanya dengan kaki, tapi sekarang dengan tangannya.

Aku tidak tahu kapan dia membuka celanaku, yang aku tahu juniorku sudah ada di dalam mulutnya. Aku bergetar merasakan itu, aku menarik kepalanya dan dengan cepat aku duduk dan menutupi juniorku dengan bantal.

Setan! itulah yang pantas untuknya menurutku.

Mardalena menatapku dengan tatapan marah, aku tak tahu dia dapat kekuatan dari mana. Dengan cepat ia sudah menarik kakiku sampai aku terbaring kembali. Ia menarik dan mencengkram juniorku dengan kuat membuat aku meringis kesakitan.

"Stop... kau sudah gila!" teriakku mencoba menahan tangannya agar melepaskan cengkraman.

Melihatku yang kesakitan dia langsung melepaskannya, tatapan itu kembali meremehkan. Aku bernafas lega karena ia berdiri di atas kasur, aku memejamkan mata sembari menutup juniorku dengan kedua tangan.

"Mmmpphh..."

Aku benar-benar mual, kepemilikannya sudah ada di mulutku. Dia bergerak dengan kuat menggesek seakan-akan ingin aku menelannya.

"Kau akan terbiasa nanti!"

Itulah yang aku dengar, benda berbau aneh itu makin liar di mulutku.

Bersambung

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca