Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
TERJERAT CINTA ABANG IPAR

TERJERAT CINTA ABANG IPAR

Kemuning Senja | Bersambung
Jumlah kata
75.7K
Popular
2.1K
Subscribe
375
Novel / TERJERAT CINTA ABANG IPAR
TERJERAT CINTA ABANG IPAR

TERJERAT CINTA ABANG IPAR

Kemuning Senja| Bersambung
Jumlah Kata
75.7K
Popular
2.1K
Subscribe
375
Sinopsis
18+PerkotaanSlice of life21+
Bacaan khusus dewasa. Bijak dalam membaca. Sudah enam bulan usia pernikahan ini, tapi suamiku mas Luki masih belum mampu menjalankan tugasnya sebagai seorang suami. Sementara aku memiliki haarat yang ingin kusalurkan, tapi pada siapa?. Dia datang, saat diri ini membutuhkan pelukan dan belaian....
TERJERAT CINTA ABANG IPAR

Pagi begitu cerah, burung-burung menyambut ceria untuk memulai hari. Embun di dedaunan berkilau tertimpa sinar mentari.

Hari ini adalah hari pernikahannya, hari yang penuh kebahagiaan.

Dengan kebaya putih dipadu dengan rok jarik wiru yang dipakainya, menambah keanggunannya.

Riasan yang natural justru menambah ayu penampilannya.

Sebetulnya kecantikannya sendiri yang tanpa polesan pun , sudah membuat tiap orang yang melihatnya, pasti akan terpesona dan mengatakan dia cantik.

Kulitnya yang putih seperti susu, hidungnya yang mancung, alis nya yang tebal tertara rapih, bulu matanya yang lentik, dan bibirnya yang mungil menambah kesempurnaannya.

Diah Ayu Ardhana

Nama yang mudah diingat, seperti raut wajahnya yang cantik. Yang membuat Lsetiap orang yang melihatnya pasti mengingatnya.

"Apakah aku sudah cantik?" Diah bertanya pada Dinda sahabatnya.

"Cantik..tentu saja udah cantik tanpa riasan pun juga sudah cantik. Pasti banyak mata yang akan kagum melihatmu" puji temannya Dinda.

Dinda membenarkan kebaya putih yang dipakaii oleh Diah, yang membuat Diah tampak anggun.

"Ayo, kita keluar, saat ini ijab kabul akan dimulai" ajak Dinda, mereka melangkahkan kaki ke ruang depan.

Disana calon suami Diah. Luki. Terlihat tampak memukau, tampan.

Banyak mata yang menatapnya tanpa berkedip, tentu saja ini membuat hati Diah bangga dan berbunga-bunga. 

Diah sudah membayangkan, akan menapaki hari-hari indahnya dengan pria yang dicintainya.

Apa yang kurang, Luki tampan, dan baru berusia 30 tahun. 

Dia juga seorang direktur di perusahaan ayah nya, masih muda tapi karier-nya sudah oke.

Tentu saja nasib baik Diah, membuat iri para wanita yang hadir disana. 

Ijab kabul yang diadakan dirumah Diah sudah selesai, dan pengantin akan menuju ke tempat pesta pernikahan, yang akan diselenggarakan di sebuah ballroom hotel ternama. Di kota Malang.

Hari ini di pesta pernikahannya, suasana sangat meriah. Tamu-tamu yang hadir, dan para waitres berjalan hilir mudik menawari minuman bagi para tamu.

Belum lagi music yang mengiringi sang artis ternama, menambah kemeriahan dan mewahnya pesta ini.

Semua kolega dari mertuanya dan orang tuanya sudah berdatangan, saudara dan teman dari kedua belah pihak juga sudah berkumpul.

Diah melirik suaminya yang baru saja dinikahinya, dia bangga dengan Luki. Selama masa pacaran mereka, Luki tidak pernah berbuat macam-macam.

Mereka berpacaran secara halal, itu istilah yang diberikan olehnya. Tidak pernah Luki berbuat macam-macam. Ciuman saja tidak pernah.

Itu menjadi kebanggaan buat Diah, membuatnya makin suka pada sosok pria yang kini menjadi suaminya.

Luki memandang wanita yang berdiri disisinya, sangat cantik. Dia harusnya bangga melihat istri yang baru dinikahinya, tapi dia menghela nafas pelan.

Luki ingat saat pertama dia diperkenalkan oleh Cristian. Saat dipesta ulang tahun kekasihnya, Eva. Yang juga merupakan salah satu teman Diah.

Sejak pertemuan itu, mereka jadi sering bertemu.

Karena seringnya mereka dijodohkan, dan dibilang teman-temannya bahwa mereka cocok, akhirnya dia menerima perjodohan mereka. Satu tahun kemudian mereka menikah.

Kini mereka berdiri berdampingan, menyambut para tamu yang hadir dengan senyum sumringah, dan tatapan mata penuh kebahagiaan.

Namun...

Disalah satu sudut ruangan, dekat tempat stand minuman. Terlihat seorang pria yang menatap sang mempelai. 

Sepasang mata itu, menatap wajah cantik sang pengantin wanita. Menatap dengan penuh damba, dan penilaian. Tidak ada yang menyadarinya.

Dia menatap sekian menit, sampai tanpa sadar mata mereka saling bertemu. Buru-buru sang pengantin wanita membuang pandangannya kearah lain, dan sang pria tetap santai menyesap minuman ditangannya. 

Lalu dia melangkahkan kakinya, berbaur dengan para tamu undangan lainnya.

"Hai bro, lama gak bertemu" sapa salah seorang sepupunya, sambil menepuk bahunya.

"Yoiii, apakabarnya?"

"Baik, gua denger elu baru pulang dari Australia?"

"Iya"

"Hai!, San. Apakabarnya?" Sapa salah seorang sepunya yang lain, berjalan menghampirinya.

"Baik, elu sendiri gimana kabarnya, Fauzan?"

"Gua juga baik, hallo Harto baru ketemu juga kita" sapanya pada orang yang pertama berbicara dengan Hasan.

Mereka ngobrol, maklum karena sudah lama tidak bertemu. Kalau bukan diacara seperti ini sangat susah untuk berkumpul.

"Rasanya, kita doang nih yang belum punya pasangan" kata Fauzan sambil tertawa, yang disambut tawa oleh mereka semua.

Hasan, melirik lagi keatas panggung, menatap pengantin wanita yang menjadi pasangan adiknya.

Lalu dia kembali ngobrol, bersama saudara sepupunya.

Hari telah menjelang malam, sang pengantin memohon pamit, sebelum sang pengantin pergi maka akan ada acara flower toss.

"Kita kedepan yuk, mau ada acara flower toss, siapa tau kita menemukan pasangan kita" ajak Harto.

Hasan yang semula menolak, ditarik tangannya, dan terpaksa dia ikut maju kedepan.

Sang mc memberi aba-aba, banyak wanita berdiri menunggu bunga yang dilempar. Karena konon katanya, bagi yang menerima bunga tersebut akan enteng jodoh.

1..2..3...

Mc membuat aba-aba.

Lalu bunga dilempar, dan ternyata mengenai Hasan. 

Kini ditangannya ada seikat bunga, yang tadi telah dilempar.

Sekali lagi, pandangan mata mereka bertemu terkunci selama beberapa detik. 

"Gile loh!, banyak wanita yang patah hati tuh, bro" seru Fauzan, sambil nyengir.

Hasan kembali menatap sekitarnya, pandangannya melihat seorang wanita didepannya, yang mendamba penuh harap.

Akhirnya bunga itu diberikan padanya. Dan dia mengajak sepupunya untuk keluar dari ruang gedung tersebut.

Dengan mengendari Ferarri, dia membelah jalanan kota Malang. Kembali pulang kerumah orang tuanya, yang berjarak sepuluh kilometer dari tempat pesta.

Sudah dua tahun dia pergi, untuk membuka anak cabang perusahaan. Dan dia juga mempunyai banyak cabang perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri.

Dalam usianya yang terbilang masih muda, tiga puluh dua tahun, dia sudah mempunyai beberapa bisnis, yang salah satunya bergerak di akomodasi ekspor impor.

Perusahaan yang dia rintis sendiri, dia lebih suka mempunyai bisnis yang dia bangun sendiri.

Sementara adiknya, yang sekarang menjadi pengantin adalah seorang direktur di perusahaan ayah mereka.

Perjalanan pernikahan yang dimulai berdasarkan cinta, tak selamanya berjalan dengan mulus.

Pernikahan yang baru seumur jagung, terkadang dilanda masalah.

Luki, sangat sibuk dengan pekerjaannya, kadang dia harus lembur sampai jauh malam. Atau pergi rapat di luar kota.

Saat, malam yang sepi, Diah hanya dapat merenungi perjalanan kehidupannya, rumah tangga yang diharapkan tidak berjalan mulus.

Sering saat Diah nembutuhkan belaian dan dekapan kasih sayang dari suaminya, itu tidak didapatinya.

Entah karena suaminya sedang keluar kota, untuk rapat, atau pulang larut malam dan kecapean.

"Din, kita ketemuan yuk. Gua udah penat banget" katanya pada sahabatnya Dinda.

"Boleh, kita ketemuan ditempat yang biasa, di Sudirman."

"Oke"

Mereka bertemu di cafe yang sudah dijanjikan. Sebuah cafe tempat nongkrong anak muda.

"Mas, pesan lemon teh nya 2"

"Ada tambahan lagi mba?"

"Itu dulu aja. Terimakasih "

"Elu kenapa ?"

"Gua lelah, gua cape. Kan harusnya berumah tangga itu membuat kita enjoy, tapi ini gak"

"Emang kenapa?"

Mereka berhenti berbicara saat waitress datang, menghidangkan minuman mereka.

"Mas Luki, sering tidak dirumah, gua kesepian"

"Elu udah ngomong langsung ke suami elu belum?"

"Udah, tapi dia bilang itu tuntutan pekerjaan. Tapi kok sering banget lemburnya"

"Gua bingung, kalian kan terbilang baru dalam pernikahan ini. Harusnya masih sedang manis-manisnya"

"Bahkan untuk urusan tempat tidur aja, dia gak bisa"

"Maksud loh!, dia impoten gitu?" tanya Dinda terkejut.

"Bukan gitu, maksudnya kalau  gua minta,  selalu jawabannya lagi cape, ngantuk, ahhh .banyak banget alasannya."

"Terus.."

"Sekalinya dia mau, belum dimasukin ehh udah loyo tuh adik kecilnya."

"Astagaaa, gila. Itu benaran?"

Diah berani bercerita pada Dinda karena dia tau sahabatnya itu bisa dipercaya.

"Elu gak minta, supaya Luki minum obat kuat aja, atau periksa ke dokter. Gua takut dia impoten."

"Udah, malah gua dibilang gila. Jadi gimana ini, gua masih muda. Masih punya nafsu"

"Gimana yah?. Gua juga bingung."

" Atau emang ini nasib gua, jadi gua harus pasrah gitu?. Entahlah, gua bingung."

Mereka menyesap minuman masing-masing.

"Berarti elu masih perawan dong?"

"Iya-lah, durennya aja belum dibelah."

Dinda mwnggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Elu mau makan gak?, gua lapar nih" tanya Dinda.

"Boleh, gua juga lapar. Sama minumannya tambah"

Dinda kembali memanggil waitress, dan memesan makanan dan minuman kembali. 

"Tapi tunggu -- Diah...coba gua tanya sama mbah google"

Lanjut membaca
Lanjut membaca