Liburan akhir semester 2023, di Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur Kecamatan Lakarsantri, sebuah Suroboyo Bus sedang menuju ke pusat kota.
Kecamatan Lakarsantri jauh dari pusat kota. Saat itu sedang musim panas, penumpang di bus semua mengantuk.
Seorang pemuda tampan berambut cepak dan berkulit putih tiba-tiba terbangun dari mimpi buruknya, menatap di sekelilingnya dengan penuh kebingungan, tidak tahu kepikiran apa, seketika raut wajahnya berubah.
Tidak ada yang tahu keterkejutan yang bergelora seperti badai di hatinya.
"Bukankah ini bus besar yang saya tumpangi dari Kecamatan Lakarsantri untuk melanjutkan kelas 12 saat liburan akhir semester 2023 yang lalu?"
"Bagaimana saya bisa berada di sini? Bukankah saya sedang menghadapi ujian berat?"
"Apakah.....?"
"Saya telah kembali?"
Ekspresi tak percaya muncul di mata Satyo.
"Saya Satyo Garevan tidak terjerat dalam ujian langit, dan bahkan dilahirkan kembali ke bumi di jaman masa muda?"
Perwira Satyo juga dikenal sebagai 'Satyo Garevan'. Dia adalah murid langsung dari Guru Adhinatha dari aliran sejati Kejawen, di kehidupan sebelumnya dia dibawa pergi dari bumi oleh Guru Adhinatha untuk menjelajahi alam semesta saat dia berusia sekitar tiga puluh tahun, sejak itu memulai jalan menuju keabadian, dan pergi selama lima ratus tahun.
Dia memiliki bakat yang luar biasa, bahkan telah berhasil mencapai tahap emansipasi dalam waktu lima ratus tahun. Dia yang telah berhasil melewati tahap emansipasi di alam dewa dari sekian puluhan ribu tahun, dan bebas dari alam semesta ini kemudian naik ke alam dewa di dunia kultivasi.
Telah melintasi alam semesta selama lima ratus tahun, juga telah melakukan berbagai perlawanan, tak pernah terkalahkan dalam ribuan pertempuran. Disebut sebagai 'Perwira' oleh kaum para dewa.
Sayangnya dia jatuh dalam ujian berat.
Sampai saat detik bahaya surgawi menghampiri.
Satyo baru menyadari bahwa dasar jalan spiritual yang dia pikir tak akan tergoyahkan, tetapi karena dia berlatih terlalu cepat maka dasarnya tidak stabil, dan ternyata penuh dengan kekurangan.
Alasannya adalah Satyo selama lima ratus tahun ini telah meninggalkan segalanya demi berlatih, meninggalkan banyak penyesalan yang tidak dapat diperbaiki, yang selalu ia pendam di dalam hatinya, tetapi ketika bencana iblis datang, mereka semua muncul, membuatnya tidak dapat menghindar.
Satyo mencoba merasakan dalam tubuhnya, terjadi perombakan yang menghancurkan kekuatannya hingga lenyap tanpa jejak.
Bahkan dia yang sangat kuat, yang disebut memiliki jiwa yang tak terkalahkan kini tidak ada sama sekali.
"Sepertinya saya benar-benar telah kembali ke masa lalu." Satyo mengerutkan alisnya, tampaknya sedang berusaha berpikir.
"Saat ini, tubuhku terasa hampa, semua kekuatan, kemampuan hingga senjata ilahi milikku kini telah lenyap. Kekuatan magis dan kemampuan supernatural itu adalah diriku di masa depan, tidak mungkin dibawa ke masa lalu. Sekarang saya hanya seorang pria biasa tanpa kekuatan, bahkan satu peluru pun bisa membunuh saya."
Meskipun kekuatan bertahun-tahun yang telah dipelajarinya hilang, dia tidak sedikit pun merasa sedih, malah tertawa.
"Ini tidak masalah, lagipula sebelumnya saya berlatih terlalu cepat yang membuat dasar saya tidak stabil."
"Di kehidupan ini, saya ingin melangkah satu per satu, menyempurnakan setiap tahap dan membentuk dasar spiritual yang tak tertandingi."
Dia tertawa tampak matanya bagaikan ada api yang membara.
"Lalu musuh-musuhku yang pernah menyakitiku, di kehidupan ini saya ingin mereka tetap muncul."
"Hal-hal yang membuat saya menyesal sepanjang hidup, saya tidak akan pernah membiarkan mereka terjadi lagi."
Meski dia dulu terus berlatih dengan tekun, bukan berarti kejadian dan masalah lain yang pernah terjadi dia tidak mengingatnya.
"Mama, Papa, Kakak, aku sudah pulang."
"Kali ini, saya tidak akan mundur lagi! Saya tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kalian, merendahkan kalian!"
Dia menunduk dengan tatapan yang teguh.
.....
Satyo terlahir di masa lalu dalam sebuah keluarga yang tampak biasa namun sebenarnya luar biasa di Kota Surabaya, yang berada di Kecamatan Lakarsantri.
Ayahnya Bramantyo adalah orang asal Kota Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, sedangkan ibunya Elyani Wijaya berasal dari sebuah keluarga besar di Bandung.
Keluarga itu bahkan di Bandung dianggap sebagai keluarga kaya dan terkemuka nomor satu.
Mereka berdua sekelas di kampus, menjalin hubungan asmara. Namun, jaman itu kental dengan yang dinamakan perjodohan, pernikahan ditentukan oleh orang tua, apalagi dalam keluarga yang terhormat dan kaya tentu berpengaruh dalam pemilihan pasangan.
Tentu saja Keluarga Wijaya melakukan segala upaya untuk menghalangi, dan ayahnya Elyani bahkan menyatakan bahwa dia ingin memutuskan hubungan ayah-anak dengannya.
Elyani Wijaya dengan penuh amarah memutuskan hubungan dengan keluarganya sendiri, pergi bersama Bramantyo pergi meninggalkan Bandung dan pergi ke Provinsi Jawa Timur.
Ayah Satyo yaitu Bramantyo, telah bekerja selama lebih dari sepuluh tahun, tanpa mengandalkan latar belakang apa pun dia terus melangkah , meskipun ada sedikit pencapaian, namun tetap saja derajatnya dengan Keluarga Wijaya beda jauh.
Jadi ketika Satyo dilahirkan, sikap kedua belah pihak sedikit mereda, ayah Elyani memperbolehkan Elyani membawa suami dan anaknya pulang ke Bandung untuk merayakan tahun baru. Satyo dan keluarganya dengan antusias sampai di Bandung.
Yang sedang menunggu mereka adalah berbagai pandangan sinis dan cemoohan dari kerabat mereka.
Dalam pandangan Keluarga Wijaya, Elyani dan Bramantyo telah melawan perintah ayahanda, pergi ke desa terpencil, menikah secara diam-diam dan memiliki anak. Hal ini tentu saja sangat memalukan Keluarga Wijaya di kalangan keluarga terhormat di Bandung. Masih saja berani kembali?
Apalagi dengan pencapaian kecil Bramantyo, tentu saja jadi bahan tawaan oleh Keluarga Wijaya.
Biasanya teman dari Keluarga Wijaya setidaknya di kalangan jabatan setingkat walikota.
Mengingat hal ini, Satyo menggelengkan kepala, tersenyum sinis di sudut bibirnya.
"Wiryawan, oh Wiryawan, kalian tidak menyangka saya akan kembali bukan?"
"Di kehidupan sebelumnya, ayah, ibu, dan saya berjuang dengan keras, tetapi hanya bisa berharap ke Keluarga Wijaya dan kamu. Usaha seumur hidup ayah dan ibu hanyalah sebuah lelucon di mata kalian."
"Ibu saya selalu kuat sepanjang hidupnya, dia hanya ingin melakukan sesuatu untuk mendapatkan pengakuan dari Keluarga Wijaya, tetapi akhirnya dia mendapatkan hasil seperti itu."
"Saya telah kembali ke dunia ini, meskipun saat ini saya hanyalah orang biasa, tetapi setelah saya mendapatkan kembali kekuatan spiritual saya, saya harus pergi ke Bandung, menghancurkan pintu besar Keluarga Wijaya, dan menunjukkan pada Anda semua apa yang disebut dengan kuasa yang tidak dapat ditandingi!"
Wiryawan adalah sepupu Satyo, sosok terbaik generasi muda Keluarga Wijaya. Di kehidupan sebelumnya, Satyo berusaha keras untuk melampauinya, tetapi pada akhirnya ia hanya bisa merasakan kekecewaan, bahwa jarak antara dirinya dan Wiryawan semakin jauh, seolah-olah seperti langit dan bumi!
Terakhir kali Satyo bertemu dengan Keluarga Wijaya adalah di pemakaman ibunya, ketika itu Keluarga Wijaya hanya mengutus satu perwakilan dari generasi ketiga untuk menghadiri pemakaman tersebut.
Yang datang adalah Wiryawan!
Kakek, nenek, paman dan bibi tidak ada satupun yang datang. Padahal ini adalah anak perempuan dan adik perempuan mereka sendiri!
Pada saat itu, Wiryawan tampak gagah dan menawan, menjadi pusat perhatian banyak orang, seolah-olah seperti bangsawan.
Orang-orang di sekelilingnya yang menemani setiap perjalanannya adalah hartawan yang dibutuhkan oleh Satyo.
Meskipun sudah berlalu lima ratus tahun, tetapi ketika mengingat wajah-wajah anggota Keluarga Wijaya, dia masih merasa kesal di hatinya.
Melatih diri adalah menunjuk langsung ke hati, yaitu kebebasan dan ketenangan, bukanlah untuk membalas dendam dengan kebencian.
Jika Anda tidak membalas dendam yang pernah ada dan menumpuknya di dalam hati, biasanya Anda dapat mengendalikan dengan nurani Anda. Tapi ketika godaan setan hati datang, tidak peduli berapa banyak waktu Anda berlatih semuanya akan hancur menjadi debu!
.....
"Oh iya, jika tidak mengungkit Keluarga Wijaya, keluarga Raynar Surendra seharusnya adalah keluarga terkaya di Surabaya pada saat ini, bukan?"
Memandang pemandangan Surabaya di luar jendela, tiba-tiba hati Satyo tergerak.
Ketika berpikir tentang Raynar Surendra, teringatlah dengan Shita.
Perempuan yang membuatnya jatuh cinta seumur hidup juga menyesal seumur hidup.
Karena ia muncul saat melewati ujian pelatihan diri, akhirnya membuat Satyo sampai pada titik keruntuhan spiritual, menyerah dan tidak berdaya, dihukum petaka sampai berubah menjadi abu dan asap.
"Di kehidupan sebelumnya, kamu merampas Shita dari tanganku, membuat bisnisku terancam bangkrut, dengan perasaan malu kembali ke Surabaya. Di perintah ayahku untuk menjadi seorang pegawai negeri kecil."
"Kau saat itu begitu penuh kegembiraan layaknya angin musim semi, dan aku hanya bisa seperti seekor anjing yang menjilati lukanya sendiri di pojokan."
Memikirkan tentang itu, Satyo penuh dengan amarah.
Raynar Surendra!
Sebagai pemimpin di dunia properti Direktur Grup Moza, putra orang terkaya di Provinsi Jawa Timur, juga teman sekelas dari Shita.
Dia juga adalah musuh terbesar dalam kehidupan sebelumnya! Dia tidak hanya mencuri Shita, tetapi juga penyebab utama kehancuran Grup Jayara.
"Dalam kehidupan yang lalu, aku dan Shita adalah teman masa kecil, lalu terpisah, bertemu kembali saat kuliah, dan berpikir kami bisa bersama selamanya. Namun, Anda datang dan mengganggu, ditambah dengan pertentangan dari Keluarga Ratno, yang membuat saya terpaksa meninggalkan Shita."
"Terakhir kali saya bertemu Shita di reuni sekolah, ternyata saya mendengar berita tentang pertunangannya denganmu, apakah kamu tahu betapa putus asanya hati saya saat itu?"
"Jika bukan karena lewatnya Guru Adhinatha di bumi, saya mungkin sudah meloncat dari atap gedung itu dan mengakhiri kehidupan menyedihkan ini."
Satyo berbicara dengan suara rendah.
Hal-hal ini terjadi sudah berjarak ratusan tahun darinya, seharusnya sudah lama terlupakan. Namun, setiap kata dan kalimat sederhananya, seolah-olah seperti angin dingin abadi yang bertiup dari gurun es Kutub Utara.
"Saya tidak akan pernah melupakan momen sebelum melompat dari gedung. Sejak saat itu Satyo telah mati, dan yang hidup adalah Satyo Garevan, Perwira Satyo dari aliran kejawen"
"Berkat Anda, saya bisa berlatih dengan sepenuh hati, berani dan tekun, selama lima ratus tahun dan mencapai pencerahan."
"Menurut Anda, bukan seharusnya saya membalas budi Anda?"
Wajah Satyo tampak seperti serius namun diikuti dengan sedikit tertawa.
Seandainya jika di kehidupan sebelumnya Satyo selalu gagal, maka Raynar Surendra bisa dibilang puas dan berbahagia.
Kematian ibunya, kegagalan dalam karir, dan kehidupan yang miskin di paruh pertama hidupnya, sebagian besar disebabkan oleh tekanan dari Keluarga Surendra.
Dalam kehidupan sebelumnya, Satyo telah dihancurkan oleh Raynar Surendra, baik dalam karir, kehidupan pribadi maupun cinta, semuanya dicuri olehnya.
Mengingat hal ini, cahaya api menyala besar di dalam mata Satyo.
"Raynar Surendra, Keluarga Ratno, Keluarga Wijaya serta Wiryawan"
"Kalian tidak pernah berpikir, aku akan terlahir kembali, bukan!"
"Di kehidupan ini, saya akan mencabut segalanya dari kalian dengan tangan saya sendiri, memberikan rasa malu yang pernah ku alami kepada kalian semua!"
Di kehidupan sebelumnya, tiga puluh tahun pertamanya melewati hidup dengan penuh kemiskinan dan kegagalan. Dia mengalami kegagalan di setiap hal kehidupannya, menjadi objek hinaan dan ejekan yang tak terhitung jumlahnya.
Pada kehidupan ini, dia kembali dengan menghidupkan kembali memori peninggalan lima ratus tahun, dia hanya ingin meresapkan kesenangan dan dendam, meluapkan rasa ketidakadilan di hatinya!