……
Kota Carmine, Universitas Carmine.
Di dalam sebuah ruang kelas, di podium, Pak Julian sedang asyik menjelaskan soal geometri. Sedangkan di belakangnya, para siswa terlihat mengantuk. Sebagian bahkan sudah tertidur.
Terutama Rayden Hart, teman sebangku Kevin Scott. Kepala anak itu bersandar di meja, matanya terpejam, dan bibirnya menyunggingkan senyum puas.
"Hmm..." Dengkuran halus terdengar dari hidungnya.
Mendengar itu, Kevin menyeringai kesal dan ingin sekali memukul temannya itu. Memang pelajaran Pak Julian itu terkenal membosankan sehingga kalau ada siswa yang menyimak sampai tidur itu masih bisa dimaklumi.
Namun, sudah tidur, mendengkur pula! Itu namanya keterlaluan!
'Dngkurannya itu kan mengganggu tidurku, Sialan!'
Benar, Kevin juga termasuk golongan yang tidur di kelas.
Pak Julian terkenal sebagai guru yang sangat disiplin. Apabila ada siswa yang ketiduran di kelasnya, pasti akan dikenai hukuman berupa potong nilai. Meski begitu, Kevin bebas tidur sesuka hati karena nilainya selalu menjadi yang terbaik.
Sebab, dia masuk Universitas Carmine sebagai peringkat pertama se-kota Carmine. Bahkan untuk mata kuliah dasar, kemampuannya jauh melampaui teman-temannya. Nilai ujiannya yang selalu unggul telak membuat Pak Julian memanjakan dia.
Tidur di kelas? Itu masalah sepele. Mahasiswa itu kan remaja yang sedang tumbuh, kurang tidur bisa mengganggu perkembangan, kan?
Tepat ketika Kevin menutup telinga dan berusaha tidur, suara aneh terdengar di kepalanya.
[Ding! Selamat, Host memicu sistem. Misi pemula dimulai.]
[Tunggu sebentar, sistem sedang memilih tugas...]
Kevin langsung terbangun. Rasa kantuknya hilang seketika dan digantikan dengan sorot mata berbinar penuh harap.
"Sistem?" Hatinya berbunga-bunga.
Ini seperti "jari emas" yang sering muncul di novel online!
Kevin banyak membaca novel online. Oleh karena itu, dia tentu tahu arti kehadiran sistem!
Nanti dia bisa berkultivasi, kemudian jadi kaya raya dan mewarisi perusahaan... Semua mimpi yang pernah dia bayangkan sekarang menjadi kenyataan!
"Giliranku akhirnya tiba, hehehe..." Kevin bergumam pelan.
Meski belum tahu tugas apa yang akan diberikan, dia sudah tak sabar memulai hidup barunya yang luar biasa!
Setelah beberapa saat, sistem kembali berbicara.
[Misi pemula telah dipilih!]
[Host harus mengungkapkan perasaan pada lawan jenis dalam 30 detik. Hadiah menanti jika berhasil!]
[Peringatan khusus: Gagal = Host langsung mati!]
[Hitungan mundur dimulai: 30, 29, 28...]
Kevin: "???"
Suara di kepalanya seperti detik-detik kematian. Begitu Kevin sadar, waktu sudah tinggal separuh.
Brak!
Kevin berdiri dan matanya menatap ke sana ke mari mencari target. Semua orang di kelas pun langsung tertarik.
Rayden juga terbangun setengah sadar, "Kevin, kenapa kau—"
Pak Julian kesal pelajarannya terganggu, tapi melihat yang berdiri adalah Kevin, emosinya langsung reda dan buru-buru mengingatkan diri: "Kevin itu si ranking satu kampus. Harus sabar, harus baik."
Setelah menghela napas, Pak Julian tersenyum manis. "Kevin, apa kamu tidak enak bad—"
Sebelum dia selesai, Kevin sudah berjalan ke barisan depan dan berhadapan dengan seorang siswi, wajahnya serius.
[9, 8, 7, 6...]
"Olivia Alnarez, aku suka kamu. Maukah kamu jadi pacarku?"
Begitu Kevin selesai bicara, seluruh kelas membeku.
Pak Julian: "???"
Seluruh kelas: "???"
[Selamat! Host berhasil menyelesaikan misi. Hadiah pemula telah diberikan. Silakan buka nanti!]
Suara sistem kembali terdengar, tapi Kevin sudah tak mempedulikannya, karena semua mata sekarang tertuju padanya dan Olivia.
Dalam keheningan itu, Olivia yang sedikit terkejut lantas bertanya, "Kamu suka aku karena apa?"
Kevin langsung salah tingkah. Dia yang hanya ingin menyelesaikan tugas tentu tidak siap menjawab pertanyaan ini! Oleh karena itu, Kevin buru-buru mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berbicara dengan gagap.
"Eee.. karena kakimu... putih?"
Dasar, mana dia tahu harus jawab apa?! Kevin sengaja memilih Olivia karena yakin gadis ini pasti menolak.
Sebenarnya Kevin sangat populer. Nilainya bagus dan wajahnya tampan—banyak cewek suka padanya. Dia takut kalau asal pilih cewek lalu diterima, malah repot nantinya.
Olivia memang cantik dan baik, tapi kata orang, dia tidak tertarik pada cowok. Jadi, pastilah ditolak—setidaknya tidak akan ada drama setelahnya. Baru kemudian, setelahnya dia bisa minta maaf secara pribadi.
Lagipula, memang benar kok. Kaki Olivia putih banget! Setiap kali dia pakai rok pendek atau celana pendek, bahkan Kevin tidak bisa berhenti melirik.
Begitu Kevin bicara, seluruh kelas shock, lalu bergumam.
"Gila! Kevin berani banget!!"
"Waduh! Kevin ternyata suka Olivia! Pantas selalu cuek sama cewek lain!"
"Nembak cewek di depan kelas? Keren banget!"
Semua orang fokus pada Kevin dan Olivia, sampai tak ada yang memperhatikan wajah Pak Julian yang berubah menjadi hitam legam. Tak peduli lagi dengan status Kevin, dia langsung mengerutkan kening dan berteriak gusar:
"Kevin, KELUAR SEKARANG!"
Suaranya yang menggelegar membuat semua orang terdiam. Begitu juga Kevin. Dia diam beberapa detik, lalu menunduk dan buru-buru keluar.
Sebelum pintu tertutup, Kevin mendengar suara Pak Julian yang penuh penekanan. "Kalian belajar mandiri!"
BRAK!
Pintu ditutup keras. Jelas Pak Julian mau ngobrol berdua saja dengan Kevin.
Tanpa dosen, kelas langsung gaduh dan membahas aksi nekat Kevin.
"Kevin tega banget, confess di depan kelas? Gila!"
"Ini bakal jadi berita panas di kampus!"
"Olivia nerima tidak ya? Kayanya dia juga suka sama Kevin."
"Susah. Olivia kan terkenal cuek. Belum tentu suka."
......
Di sisi lain, Olivia tetap duduk tenang. Keributan di sekitarnya seakan tak memengaruhinya. Dia lantas menoleh ke jendela, ke arah sinar matahari yang menyinari wajahnya yang ayu.
Kemudian, Olivia tersenyum kecil sebelum tertawa menggoda.
"Kaki putih? Tunggu saja malam ini, Kevin. Kamu akan tahu—kakiku bukan cuma putih, tapi juga bisa menendang!"