Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Pengawal Pribadi(harem)

Pengawal Pribadi(harem)

Fajar99 | Bersambung
Jumlah kata
797.9K
Popular
455.8K
Subscribe
5.6K
Novel / Pengawal Pribadi(harem)
Pengawal Pribadi(harem)

Pengawal Pribadi(harem)

Fajar99| Bersambung
Jumlah Kata
797.9K
Popular
455.8K
Subscribe
5.6K
Sinopsis
PerkotaanSekolahBela DiriPengawalZero To Hero
Seorang murid SMA yang biasa belajar seni bela diri dari seorang pria tua yang sebenarnya pembunuh bayaran terbaik di dunia. Misi barunya adalah pergi ke sekolah untuk melindungi seorang gadis.
Bab1

"Siapa sebenarnya kamu?"

"Nggak tahu."

"Dari mana asalmu?"

"Nggak tahu."

"Apakah kamu benar-benar sangat kaya?"

"Aku telah mengatakannya sepuluh ribu kali, di Bank Swiss."

"Berapa banyak?"

"Sebuah rangkaian angka yang panjang, aku juga nggak tahu detailnya."

"Hai, tolong, aku benar-benar sudah nggak memiliki uang lagi untuk menghidupimu, bisakah kamu pergi ke bank dan mengambil sedikit uang?"

"Akun sudah dibekukan."

"Kamu...."

Larson Hank menatap dengan frustrasi pria tua yang sedang mengunyah paha ayam, dia tidak bisa berkata apapun. Pria tua itu mengaku sangat kaya tetapi uang itu tidak bisa digunakan, hal ini membuatnya sangat tertekan. Namun Larson tidak bisa mengusirnya, karena dia telah mengajarkan Larson banyak keterampilan, seperti keterampilan bela diri dan kemampuan khusus. Larson hanya perlu bertanggung jawab untuk menyediakan makanan, minuman, dan hiburan untuknya.

Melihat pria tua itu makan dengan senang hati, seekor ayam panggang, sekarang hanya tersisa beberapa tulang, bahkan Larson sendiri tidak rela memakannya.

"Ah!" Pria tua itu berdiri, menepuk perutnya yang sedikit buncit dan bersendawa kenyang, "Ayam panggang ini lumayan enak, lain kali bawakan aku dua ekor lagi."

"Nggak mungkin!" Larson tak bisa menahan dirinya untuk marah, gajinya sehari hanya seratus ribu, sama sekali tidak cukup untuk membeli dua ekor.

Pria tua itu mendengar keluhan Larson dan memandangnya dengan sinis: "Anak kecil, selama satu setengah tahun ini aku telah mengajarimu seni bela diri yang bisa kamu pakai seumur hidup. Apa masalahnya jika aku makan beberapa ayam milikmu? Aku bahkan nggak memintamu carikan pelacur untuk bermain denganku! Berapa banyak uang yang dihabiskan? Setiap hari mengeluh terus. Apakah kamu belum pernah mendengar bahwa masalah yang dapat diselesaikan dengan uang bukanlah masalah besar?"

"Intinya, aku nggak punya uang!" Larson melambaikan kedua tangannya.

"Ehm ..." Pria tua itu terdiam sejenak, lalu mengangkat wajah tua yang penuh kerutan, "Uangku di Bank Swiss nggak mungkin selalu dibekukan, setelah dicairkan, kamu akan menjadi orang terkaya di dunia."

"Pergi mati sana, siapa yang percaya! Nggak mau bicara omong kosong lagi denganmu, aku masih harus bekerja." Larson menatap ke arah pria tua dengan penuh amarah, lalu membalikkan badannya dan pergi.

"Tunggu sebentar, majalah yang aku pesan mana?" Tiba-tiba si pria tua berteriak.

"Bark!" Larson mengeluarkan dua majalah dari dalam tasnya dan melemparnya ke pria tua. Pria tua itu menangkapnya, melihat gadis di atas majalah dengan pose yang sangat menarik tanpa busana, dia sangat senang, "Wah, aku suka wanita seperti ini."

"......" Tanpa mengucapkan apapun, Larson meninggalkan ruang bawah tanah.

Ini adalah ruang bawah tanah apartemen yang disewa oleh Larson untuk tempat tinggal pria tua itu.

Mengenai pria tua itu, Larson hanya bisa mengatakan bahwa dirinya antara merasa senang dan sedih. Dulu saat dia dikelilingi oleh belasan preman dan dipukuli, pria tua itu muncul dan menyelamatkannya. Lalu berkata ingin mengajarkannya ilmu bela diri tetapi dengan syarat dia harus menghidupinya.

Waktu berlalu dengan cepat, satu setengah tahun berlalu begitu saja. Dalam setahun ini, Larson dilatih oleh pria tua itu menjadi seorang ahli. Pria tua itu menilainya sebagai seseorang yang jenius dalam ilmu bela diri tetapi kecepatan dan reaksi agak lambat dan akan sulit untuk menghadapi para master.

Saat keluar dari ruang bawah tanah, tempat yang ingin dituju Larson adalah pabrik elektronik Branch. Pabrik ini tidaklah besar, melainkan sebuah perusahaan kecil swasta. Larson sudah bekerja di sini selama satu bulan karena terlalu lelah dan harus lembur hingga tengah malam, Larson berencana untuk mengambil upahnya dan berhenti bekerja.

Saat berjalan di jalanan perumahan, tiba-tiba terdengar suara teriakan. Larson mendongak dan melihat beberapa preman bertato sedang mengelilingi dua gadis, seringkali terdengar kata-kata kotor dari mulut mereka.

Larson melihat dua gadis dengan tubuhnya yang indah dan dia merasa simpati. Apalagi, Larson sepertinya mengenali beberapa preman itu sehingga dia menghampirinya.

Setelah beberapa langkah, Larson terkejut, kedua gadis itu bukanlah orang lain melainkan teman sekelasnya yaitu Audrey Taylor dan Khloe Walton.

"Ngapain kalian? Pergi sana!" Teriak Khloe dengan suara keras dan wajahnya pucat. Dia sangat ketakutan bahkan di sampingnya ada seorang gadis yang sangat cantik, dia juga sangat ketakutan.

"Buat apa? Kita ingin meniduri kalian! Gadis kecil, kamu begitu cantik, bukankah kamu untuk bermain dengan kami? Aku tahu kamu adalah siswa dari Sekolah Menengah Wister, beberapa bulan lagi kamu akan menghadapi ujian nasional. Kalian pasti merasa tertekan sekarang, ayo lepaskan tekanan bersama kami, hahahahahaha..." salah satu pria dengan rambut berwarna pirang terus menatap tubuh kedua gadis itu, hingga air liur pun mengalir keluar.

Pria berambut pirang itu dikenal sebagai kak Brent, dia adalah salah satu pemimpin preman di sekitar Sekolah Wister. Pada siang hari, dia melihat dua gadis berjalan menuju kompleks perumahan dan dia mengikutinya sepanjang jalan. Meski mereka berani, mereka tidak akan berani berbuat kejahatan di siang bolong, jadi mereka menunggu gadis-gadis itu turun lalu menangkap mereka dan membawa mereka ke tempat lain untuk dipermainkan. Mereka berpikir bahwa gadis-gadis ini masih siswa SMA meski mereka dilecehkan, mereka juga tidak akan melapor polisi.

Mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut mereka, Audrey dan Khloe terkejut dan mereka semakin ketakutan. Tidak ada orang yang berjalan di sekitar komplek perumahan dan mereka terjebak di sebuah gang kecil. Bahkan jika mereka berteriak, tidak akan ada yang mendengarnya. Lebih lagi, mereka tahu jika mereka ditangkap oleh mereka, akan sangat sulit untuk melarikan diri.

Audrey sangat cemas hingga dia meneteskan air mata. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pertama kalinya dia dikelilingi oleh preman, apakah kali ini dia benar-benar tidak bisa melarikan diri?

"Sana, tangkap mereka!" kata Brent dengan gembira. Beberapa orang lainnya sangat bersemangat setelah mendengarnya, mereka menghampiri Audrey dan Khloe seperti serigala yang kelaparan berhari-hari.

"Brent!" Tiba-tiba terdengar suara.

Seketika beberapa orang itu segera berhenti, melihat ke arah suara tersebut.

"Brengsek, siapa kamu? Beraninya memanggil kak Brent dengan nama. Cari mati ya kamu!" Salah satu pria dengan rambut berwarna merah menatap dan menunjuk Larson yang berjalan mendekati mereka sambil memarahinya.

"Plak!" Tiba-tiba pria berambut merah merasa wajahnya seperti terbakar dan ketika dia melihat sekelilingnya, dia tidak menyangka yang menamparnya adalah Kak Brent. "Ah, Kak Brent, kenapa kamu ...."

Tidak hanya beberapa adik laki-laki, Khloe dan Audrey juga menatap Kak Brent dengan wajah terkejut. Bagaimana dia bisa memukul orangnya sendiri?

"Sial, cepat minta maaf pada Kak Larson." Orang lain mungkin belum pernah bertemu Larson, tapi Kak Brent pernah bertemu dengannya bahkan pernah dipukul Larson hingga menangis jejeritana. Kak Brent berbicara sambil gemetaran dan berjalan ke arah Larson, "Hehe, Kak Larson, ternyata kamu ya. Aku kira siapa. Kak Larson, adikku ini nggak tahu apa-apa, kamu bisa menghukumnya sesuai kemauanmu. Hehe..." Ucap Kak Brent mengangguk dan membungkukkan badannya ke Larson dengan hati-hati.

Larson menatap dingin ke arah Kak Brent dan pada saat itu saudara-saudaranya baru sadar. Orang yang datang ini adalah bos besar Kak Brent !

"Kak Larson!" "Kak Larson!" ......

Beberapa pria berjalan mendekat dengan sopan terutama pria berambut merah yang telah memarahi Larson, tubuhnya bergetar, takut Larson akan mengambil nyawanya.

"Larson! Bukankah dia teman sekelas kita, Larson?" Ucap Audrey yang baru saja tersadar dan terkejut sambil melihat ke arah Larson

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca