"Ngiiiinnggg!"
Ada banyak hal yang akan kita sesali di masa tua, ketika kamu tidak belajar dengan benar. Atau ketika kamu hanya bermain-main, menunda semua pekerjaan yang bisa kamu lakukan.
Berteman dengan orang-orang yang salah, melakukan kejahatan-kejahatan yang kamu pikir hanya hal kecil. Membolos, bersikap tidak sopan kepada yang menasehatimu, tidak mengambil kesempatan yang ada di depan mata.
Bersikap tidak hormat kepada kedua orang tuamu, tidak menyayangi mereka sepenuh hati. Menyakiti mereka dengan perkataan dan tingkah lakumu.
Atau mencintai wanita yang salah. Jika semua itu telah terjadi di masa remaja hingga ke masa tua mu.
Apa kamu berpikir bisa kembali ke masa remaja untuk memperbaikinya?
Nama Eros Wijaya, meninggal di usia 58 tahun, tanpa istri, tanpa anak, tanpa keluarga di sisinya. Hidupnya penuh akan penyesalan, apakah kesempatan tidak akan datang dua kali.
"Ngiiiiiinnnggg!!" Jiwa Eros melayang, memori akan semua kehidupannya sedari bayi hingga ia meninggal terpampang nyata, seperti sebuah film. Melihat itu Eros meneteskan air mata penyesalan.
(Aku akan memberimu kesempatan kedua, jika kamu tidak bisa menemukan alasanmu kembali. Maka kamu akan mati) suara itu menggema di alam pikiran Eros.
Dan ....
"Eros ... Eros ... Eros!" Semua murid terdiam, Eros anak paling nakal di sekolah, masih kelas 2 SMA di Harapan Indah Sejati. Tak ada murid yang berani mengganggu Eros ketika ia sedang tidur.
"Tolong bangunin dia!" pinta Bu Susi, guru Agama yang kesabarannya setebal baja, sampai saat ini masih sabar dan masih belum main pukul sama Eros. Coba kalau guru yang lain, sudah melayang itu penghapus papan tulis ke wajah tampan Eros.
"Ros! Eros, bangun Ros, Bu Susi udah ngelus-ngelus dada tuh!" sahabat Eros, Jainudin, atau dipanggil Udin, hanya bisa menyenggol kaki Eros secara perlahan.
"Uhmm!" Eros tak bergeming, masih di alam mimpi ditemani bidadari.
"Ros, mampus dah lu Ros, Bu Susi ke sini-!" Udin hanya bisa cengengesan begitu Bu Susi menatapnya tajam.
"Nggak mau bangun Bu, saya udah bangunin," ujar Udin dengan wajah memelas, takut terkena imbas dari kesalahan yang Eros buat.
"Eros, kalau kamu ngantuk, tidur di UKS, kalau tidur di sini, saya bisa darah tinggi!"
"Brakh!"
"Astaghfirullah!!" Eros bangun dan segera beristighfar begitu Bu Susi menggebrakkan mejanya.
'Humm, malu setan dengar lu istighfar Ros!' batin Udin.
"Kamu ... siapa?" tanya Eros sembari mengelap liur basi dari bibirnya tanpa rasa bersalah. Wajah Bu Susi yang masih muda jelas telah lama Eros lupakan.
Bu Susi menarik napas dengan dalam, meredam semua emosi yang saat ini akan meledak di kepalanya. "Kamuuu! Sudah tidur di kelas, bangun-bangun nanya saya siapa?! Cepat berdiri di luar!"
"Siap! saya keluar!" Eros langsung kabur tanpa babibu lagi, tetapi sesampainya di luar barulah Eros sadar, kalau dia sudah ada di kawasan sekolah yang terasa tidak asing.
Eros menatap tangannya, bajunya dan "ini di sekolah? Gue di sekolah?!" Eros tentu saja terkejut, ia kini berdiri di depan kelas sebagai bentuk hukuman untuknya.
Semua siswa hanya bisa menggelengkan kepala, sedangkan para siswi hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah Eros yang menurut mereka lucu, si tampan yang suka berbuat ulah di kelas mereka.
Bu mau nanya, Eros anaknya gimana sih?
"Eros itu anak yang baik, cuma suka tidur di kelas! Tapi saya nggak bisa komplain, kalau dibilangin dia nggak melawan, hanya saja nggak didengar juga," jelas Bu Susi.
"Eros ini seperti anak kebanyakan, masih mencari jati diri. Meski dia nggak mendengarkan nasehat, dia masih bersikap baik kepada para guru. Tapi sudah tugas kami memperbanyak sabar dalam menghadapi anak-anak sepertinya!" ini Pak Wawan, sebagai Kepala sekolah ikut menyahuti.
"Tapi pak, Eros ini sampah dan menulari anak-anak lainnya! Anak seperti Eros itu harus ditegur dengan keras! Kalau nggak nanti kita semua bisa diinjak-injak?!" sahut Pak Jono, wakil kepala sekolah yang tidak terima Eros dibela.
Penulis langsung balik badan, asal kalian tahu saja Pak Jono ini memiliki karakter yang kurang disukai murid, selain ia galak dan suka cari masalah, ia juga suka menggoda serta melirik tubuh para murid-murid wanita.
Sehingga Eros dan teman-temannya tidak begitu menyukai Pak Jono, ia juga suka main tangan kepada murid hanya untuk menunjukkan kalau ia berkuasa.
"Eh! Kamu mau kemana?" tanya Pak Jono kepada Penulis.
Saya mau wawancara karakter lain saja Pak, saya malu liat kepala Bapak yang mulai rontok.
"Eeeh?"
Nah, kali ini Penulis akan bertanya kepada para murid wanita. Menurut kalian, Eros seperti apa?
"Eros sangat tampan, apalagi kalau dia main basket!"
"Sikapnya Eros itu cuek, jutek dan juga kece badai!"
"Apalagi lesung pipinya Eros pas senyum, ya Allah Mak, aku mau dah dikawinin!"
Para wanita segera menjerit begitu Eros lewat bersama teman-temannya. Kali ini Penulis akan bertanya kepada para kaum adam.
Udin, Eros gimana orangnya? Kan kamu sahabatnya?
"Eros baik, kalau salah satu dari kita dipukulin orang, dia bisa bantu."
Eros suka berantem?
"Suka! Kalau ada yang nantangin, dia hayok aja orangnya! Hanya saja, kalau Mawar dah ngomong ...."
Ya, lanjut?
"Nggak deh, nggak jadi."
Oohhh... baik, mari kita tanya sama kaum Adam yang memusuhi Eros.
Menurut kalian seperti apa Eros?
"Dia sok keras!"
"Kurang ajar!"
Lalu, apalagi?
"Dia sombong dan belagu! Nyampah dan gue nggak suka dia deket-deket sama pacar gue!" sahut Adam.
Penulis mengangguk, nah pembaca mari kita mulai cerita hari ini ketika Eros dan teman-temannya nangkring di kantin ketika jam istirahat.
"Eros, lu udah tahu belum?" tanya Udin sembari melahap baksonya dengan nikmat.
Eros menggeleng, ia menatap Udin dengan seksama. Temannya ini sangat setia kepadanya. Tapi Eros ingat ia meninggalkannya ketika genk mereka bertarung dengan genk dari sekolah STM. Membuat Udin mendapatkan cedera parah hingga berakhir meninggal muda.
Tak banyak kenangan tentang Udin, tapi melihatnya lagi membuat Eros merasa terharu.
Udin tersenyum, "ada murid baru Ros, cantik, bahenol, anggun, tajir kayaknya," sambung Udin.
Eros menganggukkan kepalanya, dia belum menyahuti perkataan Udin, matanya mengedar ke seluruh tempat dan kembali menatap Udin.
Tak percaya rasanya ia bisa kembali ke masa ia masih remaja.
"Jadi lu udah liat belum?"
"Hah? Lihat apa?" sahut Eros, dia terlihat sangat aneh kini. Jadi Udin menghentikan makannya dan menatap Eros dengan lekat.
"Eros lu nggak lagi ngobat kan? Kok lu bersikap aneh seharian ini?" bisiknya.
"Lu Udin kan?" tanya Eros memastikan ingatannya.
"Ya iyalah gue Udin, lu kira gue Leonardo? Kenapa sih lu, aneh banget dari tadi?!"
"Din, coba lu cubit tangan gue! Ini mimpi bukan sih?"
Udin tercengang, Eros semakin aneh di matanya. "Habis gue cubit lo jangan marah!"
Eros mengangguk, Udin mendekatkan tangannya ke pipi Eros, "lu ngapain?"
"Mau nyubit lu lah!"
"Cubitnya di tangan anj-! Buruan!"
Udin mengangguk, ia merasa gugup tapi tak kuasa menolak dan ....
"Agh! Sakit bro!"