Universitas Luminara Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Hari ini adalah hari pertama sekolah.
Mobil mewah berkumpul, seakan-akan pameran mobil papan atas.
Sebagai universitas swasta yang paling mewah di Luminara dan milik kaum bangsawan, Univeristas Luminara selalu menjadi pilihan utama untuk anak-anak keluarga kaya untuk melanjutkan bangku kuliah.
Sebuah motor berhenti di depan gerbang kampus.
Seorang anak laki-laki berusia delapan belas tahun turun dari mobil, dengan tatapan dalam dan penuh penasaran melihat-lihat sekeliling.
"Sekolah di kota memang lebih baik daripada sekolah di desa kita."
"Sini uangnya!"
Sopir sudah tidak sabar dan berteriak.
Seorang anak laki-laki bertanya, "Berapa harganya?"
"Lima belas ribu rupiah."
Anak laki-laki itu mengerutkan keningnya dan berkata, "Mengapa begitu mahal? Bisa diskon lima ribu tidak?"
Sopir itu mengomel, "Tadi katanya kamu di sini untuk kuliah, tapi masih menawar harga lima belas ribu Rupiah, mungkin kamu di sini untuk menjadi satpam ya? Di kampus elit ini, satu botol air mineral Amerika saja harganya lima belas ribu Rupiah."
Anak laki-laki berkata: "Kakek saya mengatakan bahwa orang kota meremehkan kami sebagai orang desa, dan ternyata benar. Saya datang ke sini untuk belajar!"
Sopir itu tertawa, pikir dia: Kamu mimpi? Kamu berpakaian seperti pengemis, bisa datang ke sini untuk kuliah?
Anak laki-laki itu membayar sepuluh ribu Rupiah, lalu berbalik badan menuju gerbang sekolah.
Anak laki-laki itu bernama Shane Surandy. Dia berkuliah di sini karena disuruh oleh kakeknya.
Bagi kakeknya, mereka hanya bisa bertemu beberapa kali dalam setahun. Dia hanya tahu bahwa kakeknya sangat keras dan selalu melatihnya. Setiap kali Shane kembali, kakeknya akan menguji keterampilan kungfunya, sisanya, dia menghabiskan waktu di luar rumah.
Namun, dia selalu mengirim banyak uang kepada ayahnya, dan juga mengirim banyak pakaian dan sejenisnya kepada Shane.
"Apa kamu memiliki surat penerimaan perguruan tinggi?"
Shane yang ingin masuk juga dicegah oleh satpam yang sedang menjaga. Satpam itu mengamati dia dari atas ke bawah, melihat baju murah yang dikenakannya, dan nada bicaranya terdengar kasar dan tidak sabar.
Dia tidak tahu bahwa total harga pakaian yang dikenakan oleh Shane mencapai jutaan Rupiah, itu adalah pakaian formal kustom yang dipesan oleh kakeknya. Merek itu tidak begitu dikenali oleh orang biasa.
"Apa? Masih perlu surat penerimaan perguruan tinggi? Kakek saya juga tidak memberi tahu saya."
Saat mendengar Shane berbicara sendirian, sikap satpam menjadi semakin tidak sopan.
"Buka matamu dan perhatikan dengan baik-baik, tempat ini adalah Universitas Luminara, sebuah kampus elit di Luminara, siapa yang datang ke sini bukan dari kalangan pejabat atau bangsawan, bagaimana dengan kakekmu? Kamu pikir kakekmu adalah kepala sekolah?"
Mendengar kata-kata dari satpam saat itu, orang yang lewat untuk mengurus pendaftaran masuk sekolah juga tidak bisa menahan tawa.
"Saya masih belum mau datang."
Shane balas dengan tegas.
Setelah selesai berbicara, Shane teringat bahwa saat dia pergi, kakeknya meninggalkan nomor telepon untuknya dan mengatakan untuk menelepon dia saat sudah sampai di kampus. Kemudian Shane mengambil telepon dan menelepon.
"Halo, saya Shane, kakek saya meminta saya untuk menelepon Anda."
Tanpa basa-basi Shane langsung mengatakan identitasnya.
"Apakah ini Shane? Kakekmu sudah memberitahumu, di mana kamu sekarang?"
Lagi-lagi kakeknya, Shane juga penasaran, apa sih kekuatan ajaib kakeknya, hingga kepala sekolah kampus elit seperti ini begitu sopan hanya karena ucapannya, bahkan memanggilnya keponakan, jelas ingin lebih dekat dengannya.
"Saya sudah di pintu masuk, tetapi dihentikan oleh satpam."
Shane melirik sekilas satpam itu dengan tatapan tidak senang.
"Apa? Kamu berikan telepon kepada nya. "
Shane memberikan telepon kepada satpam, namun satpam itu sama sekali tidak peduli. Dia berkata, "Kamu ini orang kampung yang baru datang ke sini dan kamu berkata bahwa kepala sekolah mencari saya? Kamu bisa mengenal kepala sekolah, kamu yang masih muda ini berlagak sombong dengan cara kamu sendiri."
Shane tidak banyak bicara, mulutnya tersenyum penuh arti dan dengan tenang dia berkata kepada kepala sekolah di ujung telepon: "Anda juga mendengarnya kan."
"Jangan marah, ini adalah kelalaian manajemen saya. Tunggu sebentar! Saya sendiri yang akan datang menjemputmu sekarang juga!"
Setelah mematikan telepon, Shane juga menatap satpam yang menatap dengan penuh kesombongan dan berkata dengan suara yang datar: "Saya pikir, Anda mungkin akan kehilangan pekerjaan Anda."
"Hai, bocah! Apakah kau merasa sungguh berani!? Jika kamu tidak pergi sekarang, saya akan bertindak!"
Satpam itu juga penuh dengan amarah.
"Lihatlah penampilan miskinmu, ini adalah kampus elituntuk orang kaya, apakah kamu mampu berkuliah di sini? Jangan mempermalukan dirimu sendiri, cepat beri jalan, saya masih perlu mengurus prosedur pendaftaran anak saya."
Saatini, di belakang Shane, ada seorang wanita paruh baya dengan riasan tebal dan mencolok, mengenakan tas merek Chanel berwarna putih dan berpakaian merek ternama. Dia terlihat cemberut, bahkan tidak melihat Shane sama sekali dan berkata dengan nada aneh.
Saat Shane baru saja ingin membalas, dia melihat seorang pria dengan kacamata berbingkai emas dan wajah penuh senyuman berlari mendekatinya.
"Kamu kan keponakanku , kakekmu telah menunjukkan fotomu padaku, jangan kaget, masuklah bersamaku."
Lucio Liono yang juga merupakan Kepala Sekolah di universitas ini, tersenyum lebar pada Shane.
Semua orang terkejut dan takjub, tak menyangka bahwa kepala sekolah ini datang sendiri untuk menjemputnya.
"Dia tidak membiarkan saya masuk, mengatakan bahwa saya tidak memiliki surat penerimaan perguruan tinggi."
Shane tidak keberatan dia dihentikan, tetapi satpam itu jelas mendiskriminasinya, dia tentu juga tidak akan sopan terhadapnya.
"Kamu! Sekarang pergi ambil gajimu, dan setelah ini tidak perlu datang lagi."
Lucio juga tidak mengatakan apa-apa, langsung menunjuk satpam itu dengan wajah dingin dan sikapnya terhadap Shane sangat berbeda.
Satpam itu masih memohon, tetapi Lucio sama sekali tidak berminat untuk menanggapinya.
Menurut Lucio, semua ini adalah akibat dari kesalahannya sendiri. Dia berurusan dengan orang yang salah, yaitu Shane. Dia adalah orang yang tidak berani dia ganggu, terlebih lagi kakek Shane adalah orang yang bisa membuat seluruh Luminara gemetar hanya dengan satu kata.
Nampak Shane dengan mudah akan berkecimpung di kampus berkat bantuan dari Lucio, semua prosedur telah ditangani.
"Shane, nanti jika ada masalah apa pun di sekolah, langsung saja telepon saya."
Shane ditemani oleh Lucio ke kantor kepala sekolah, dan Shane disuguhkan secangkir teh.
Tanpa berpikir Panjang, Shane langsung menyetujuinya
"Saya telah menempatkan Anda di jurusan terbaik di universitas kami dan sebentar lagi saya akan meminta pembimbing datang membimbing Anda secara pribadi."
Saat suasana diam, seorang wanita muda yang berdandan seksi dan mempesona, mengenakan blazer putih dan rok ketat, melangkah masuk.
"Kepala sekolah, apa Anda bicara tentang mahasiswa baru itu? Kenapa melompati dekan dan langsung mencariku? Apakah ini begitu penting?"
"Ini Shane."
Pertama-tama, saya perkenalkan padamu, ini Lily Liberty yang akan menjadi pembimbingmu dari sekarang, Jika ada sesuatu, kamu juga bisa mencarinyaselain kepala sekolah, saya jugalah dekan fakultas kalian. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, kalian semua bisa mencari saya untuk semua hal.
Lily memandang Shane, melihat pakaian yang tampak tak begitu mahal namun sangat rapi jahitannya, dia merasa sedikit bingung. Dia tidak mengenali bahwa itu adalah merk khusus kerajaan Jerman. Sebagai seorang dosen dia memperlakukan semua mahasiswa sama dan tidak memperlakukan Shane dengan istimewa.
"Teman sekelas Shane menghampirinya. Ayo ikut aku, kamu datang terlambat setengah bulan, orang lain sudah saling kenal, nanti saat jam perkuliahan saya akan memperkenalkan kamu pada teman-teman sekelas."
Lily tersenyum kepada Shane.