Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Hidup Bersama Hantu

Hidup Bersama Hantu

Dzulkarnaen | Bersambung
Jumlah kata
22.5K
Popular
564
Subscribe
215
Novel / Hidup Bersama Hantu
Hidup Bersama Hantu

Hidup Bersama Hantu

Dzulkarnaen| Bersambung
Jumlah Kata
22.5K
Popular
564
Subscribe
215
Sinopsis
HorrorHorrorIndigoDunia GaibSupernatural
Nama saya Bima Nata, seorang pekerja biasa di kota besar. Kehidupan yang aneh dimulai ketika saya menyewa sebuah kamar yang murah. Saya melihat bahwa tetangga yang baru saja saya temui, sebenarnya sudah meninggal beberapa waktu lalu. Pacar baru yang saya miliki ternyata juga bukan manusia. Anjing yang saya temui juga adalah makhluk yang aneh. Seiring terjadinya peristiwa-peristiwa aneh yang terus terjadi, pandangan saya terhadap dunia ini semakin hari semakin terbalik.
Bab 1

Nama saya Bima Nata, saya berusia 21 Tahun. Seperti judul buku yang kamu lihat, Saya adalah seorang pria lajang yang sudah dua tahun tingga di kota Hori. Selama dua tahun ini, saya tidak mencari pacar, dan hanya memelihara seekor anjing bujangan untuk menemani hidup saya, namanya Coco, saya menemukannya di jalanan.

Tadi malam, setelah saya pulang kerja, saya membuka pintu dan bersiap untuk menunggu Coco berlari dari dalam rumah untuk memeluk saya, namun setelah menunggu beberapa menit, saya tidak melihat bayangan Coco. Reaksi pertama saya adalah sepertinya Coco sakit, karena jika mendengar suara pintuku, dia pasti akan datang sambil mengibaskan ekornya untuk menyambutku.

"Coco, Coco?" Saya masuk ke rumah dengan curiga, saya mengunci pintu sambil memanggil namanya. Entah mengapa, ketika saya sedang mengunci pintu, saya merasa ada tatapan mata datang dari arah dapur, meskipun ini terasa sedikit seperti menakut-nakuti diri sendiri, tapi karena dapur itulah, saya bisa menyewa kamar seluas empat puluh meter persegi ini dengan setengah harga dari pemilik kamar. Dari sudut pandang ini, saya masih sangat berterima kasih pada dapur, meskipun saya tidak pernah menggunakan barang-barang di dalamnya.

"Coco?" Setelah mengunci pintu, saya langsung menuju kamar tidur, melihat kondisinya masih sama seperti saat saya meninggalkan rumah di pagi hari. Saya secara tidak sadar mengerutkan alis saya, laptop, barang-barang berharga semua masih ada, rumah saya tidak kemalingan, tapi Coco tidak ada di kamar tidur, ruang tamu, dan juga tidak ada di kamar mandi, apakah mungkin dia di dapur?. Kemudian saya sangat terkejut dengan ide berani saya sendiri, meskipun dapur itu sempit, namun tidak ada makanan di dalamnya, sangat tidak mungkin Coco akan pergi ke sana!

Lupakan, lebih baik saya mencari di luar saja! (Sebenarnya bukan karena saya tidak ingin mencari di dapur, tetapi karena tidak ada lampu di dapur, melihat jam sudah pukul sembilan malam lebih, gelap gulita, saya tidak berani masuk.)

Sekedar informasi, Saya tinggal di lingkungan yang banyak dihuni oleh orang tua, tidak ada lift, hanya ada tangga gelap. Lorongnya memiliki lampu suara, bersuara sekali menyala sebentar. Setiap kali naik tangga rasanya seperti menjelajahi hutan purba. Penghuninya kebanyakan orang tua, ada yang ditemani cucu, dan yang lainnya kebanyakan anak muda seperti saya.

Saat saya keluar dari kamar, saya berteriak 'huh' keras di lorong depan kamar. Saat lampu menyala sejenak, saya melihat seorang nenek tua duduk di tangga dengan pakaian hitam, duduk membungkuk di tangga, dan membuat saya terkejut. Tetapi saat mendekat, baru saya menyadari bukankah itu adalah Nenek Zoe yang dari lantai lima?

"Nenek Zoe, sudah sangat malam kenapa kamu masih duduk di sini, Cepat pulang, nanti masuk angin," kata saya (Bima).

Setelah Nenek Zoe mendengar saya berbicara, nenek itu perlahan melihat saya, matanya terlihat gelap, dan wajahnya tampak tanpa ekspresi dia terlihat sangat tenang. Mungkin efek dari pencahayaan atau saya salah melihat, pokoknya pandangan matanya ke saya tampak tidak wajar.

"Nenek Zoe, sudah jam sembilan lewat, cepat pulang!" Saya melihat Nenek Zoe hanya menatap saya tanpa berkata apa-apa, jadi saya dengan baik hati mengingatkannya. Tapi setelah mendengar apa yang saya katakan, senyum muncul di wajah Li Shen. Nenek Zoe tersenyum di bawah cahaya lampu yang redup, ditambah dengan wajahnya yang penuh kerutan, membuat saya merasa agak aneh. Ditambah lagi dengan tatapan matanya meskipun tampaknya dia melihat saya, tapi entah kenapa saya merasa dia seakan-akan memandang saya, dan kadang tidak melihat saya. Tanpa sadar, saya menoleh ke belakang, tidak ada orang di belakang saya.

Jika ini terjadi sebelumnya, saya pasti akan dengan semangat menanyakan kondisi nenek tua tersebut dan membantunya naik ke lantai atas, tetapi sekarang karena Coco hilang, saya merasa tidak bersemangat. Karena dia tidak berbicara, saya memutuskan mencari Coco saja!

Lorong itu sangat sempit, di pinggir tembok ada pipa-pipa tua yang hitam, Saat saya melewati Nenek Zoe, jantung saya berdebar debar, kemudian saya turun kebawah, ketika sampai di belokan tangga antara lantai satu dan dua, saya mengangkat kepala saya dan melirik tempat Nenek Zoe duduk.

Astaga, Nenek Zoe menghilang!!!

Saat itu saya benar-benar bingung, sama sekali tidak sempat berpikir tentang hal lain, dan langsung berlari keluar dari pintu besi lantai satu.

Sekitar pukul 12 tengah malam, karena takut saya meminta seorang teman untuk menemanik saya pulang. Saya tidak tahu jam berapa kami tertidur, tapi saya terbangun karena suara tangisan. Saya sudah terbiasa dengan ini, di kompleks tua ini, setiap tiga hari ada saja orang tua yang meninggal. Hanya saja, tangisan kali ini terdengar sangat nyata. Sepertinya berasal dari salah satu kamar di gedung tempat saya tinggal, tapi saya tidak tahu kamar yang mana.

Mengingat Coco, hati saya kembali sedih. Saya tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang, apakah di rumah orang lain atau tidur di jalanan, apakah dia sudah makan dan minum, apakah ada yang menutupinya dengan selimut saat tidur, berbagai pikiran ini muncul secara tiba tiba memenuhi kepala saya, hingga akhirnya saya tertidur lagi.

Sampai jam tujuh pagi, saya terbangun lagi oleh alarm. Saya bangun, mandi dan bersiap-siap pergi kerja, lalu saya tiba tiba menyadari bahwa teman di samping saya sudah tidak ada lagi, Sialan, kemana dia! Tidak sopan sekali, pergi tidak bilang bilang.

Tunggu sampai saya tiba di kantor, saya akan memberi dia pelajaran! Dengan perasaan kesal saya menyelesaikan rutinitas pagi saya, kemudian saya bersiap-siap untuk berangkat. Saya mengambil roti yang saya beli kemarin dari atas meja, lalu turun kebawah, saat saya keluar dari apartemen, saya melihat ada beberapa mobil yang terparkir, masing masing mobil memiliki tulisan "Segan" didepannya

Pasti untuk orang tua yang meninggal tadi malam. Saya terus berjalan ke depan, melihat mobil paling depan dan dengan sendirinya memandang foto hitam putih yang diletakkan di depannya. Orang di foto ini saya kenal, bukankah dia adalah Nenek Zoe yang saya temui ketika pergi mencari Coco di lantai bawah tadi malam?

"Bagaimana bisa dia meninggal? saat saya melihatnya, dia tampaknya sehat sehat saja." Saat Bima mulai kebingungan, dia mendengar suara seseorang berbicara, seorang wanita yang berbicara kepada seorang pria lain.

"Orang tua itu meninggal dengan tenang, semua yang perlu disampaikan sudah disampaikan. Sekitar pukul delapan malam dia sudah dipakaikan pakaian pemakaman dan berbaring di tempat tidur, dia masih berbicara dengan kami sampai meninggal sekitar pukul tiga dini hari."

Pukul delapan malam dia sudah dipakaikan pakaian pemakaman dan berbaring di tempat tidur!

Saya langsung teringat pakaian hitam yang dikenakan nenek itu tadi malam. Kepala saya merasa sangat pusing, Saya melihatnya sekitar pukul sembilan malam, saat itu dia seharusnya sudah di tempat tidurnya. Jadi, apa yang sebenarnya saya lihat?

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca