"Bagaimana ini, gaji bulanan selalu saja habis dan bahkan kurang. Rasanya hanya sebentar saja lewat di rekening lalu ludes," Albert sedang merenung, pusing. Baru kemarin ia menerima uang gaji bulanan sebagai upahnya menjadi kuli bangunan, namun sekarang uang itu sudah raib.
Gaji Albert memang tergolong besar untuk level seorang kuli, karena ia menjadi kuli di pusat kota yang memiliki upah minimum regional diatas kota lainnya. Meski begitu, kebutuhannya tak sedikit. Ia masih harus membayar sewa kamar kos, kebutuhan makan sehari-hari, dan yang paling penting adalah mengirimkan uang untuk orangtuanya di desa.
Untuk kasus hari ini, Albert memang telah mengirimkan uang untuk orangtua serta sekolah 2 adiknya. Yang menjadi masalah adalah, uang tersebut telah habis, padahal Albert belum membayar sewa kamar kos bulanan. Uang hanya tersisa beberapa ratus ribu untuk persediaan uang makan selama 1 bulan kedepan. "Ini aku harus bagaimana?" Albert merintih tertahan meratapi kesulitan hidupnya.
Biasanya memang hasil tani orangtua Albert cukup membantu memperingan beban keluarga. Namun, peristiwa gagal panen yang baru saja terjadi membuat semuanya runyam. Pasukan ulat telah membumi hanguskan tanaman mereka dalam sekejap mata.
Untuk memulai bibit kembali maka setidaknya butuh 3 bulan kedepan agar bisa panen dan menghasilkan uang. Itupun jika tidak terjadi masalah seperti hama ulat sebelumnya.
Masalah tidak berhenti hanya disitu. Karena gagal panen, pemodal yang sebelumnya mendukung untuk pembelanjaan bibit dan pupuk menjadi kalap dan meminta uangnya kembali. Bayangan keuntungan jelas telah hancur dari pikirannya, dan modal harus segera diselamatkan, itulah yang ia pikirkan. Namun saat siang tadi Ayah Albert menelepon, modal yang ada telah habis untuk pembelanjaan awal. Itu artinya, mereka harus segera memikirkan jalan keluar untuk mengganti biaya modal yang sedang diminta pemodal kembali.
"Ini benar-benar gila. Gaji sudah habis, lalu dimana aku harus mendapatkan pengganti modal 50 juta itu?. Bahkan gaji jika selama 6 bulan aku bekerja disini dikumpulkan pun juga masih jauh dari angka itu. Astaga, ini gawat!" keluh Albert tak berkesudahan. Ia bagai bermimpi untuk mendapatkan uang 50 juta dalam waktu singkat. "Itu mustahil." Gumamnya.
Sejenak menyimpan pikiran yang berkecamuk, Albert segera berkemas. Ini adalah sore, jam pulang kerja. Semua pekerja lainnya telah pulang, tersisa Albert yang tadi duduk merenungkan kesulitan keuangan.
Bergegas Albert melangkah keluar dari pintu seng pelindung proyek, menemukan jalur aspal yang melintang dari utara ke selatan. Rumah kos Albert berada di arah selatan, sekitar 500 meter jauhnya.
"Albert kok baru pulang?!. Teman-teman kamu sudah bubar dari tadi.." terdengar suara lembut sekitar 3 meter di belakang punggung Albert. Ia menoleh, menemukan gadis cantik berseragam biru tua sedang tersenyum padanya. "Ah, Zia. Iya tadi sedikit ada yang dibenahi sebelum pulang," Albert menanggapi sekenanya.
Zia adalah pekerja toserba di dekat proyek dimana Albert bekerja. Gadis cantik itu juga tinggal di rumah kos dekat Albert berada.
Albert telah mengenal Zia dalam beberapa bulan terakhir ini. Rambutnya lurus panjang, kulitnya putih, ada lesung pipit yang membuatnya sedap dipandang mata. Jika menggunakan angka 1 sampai 10 sebagai grafik penilaian, Zia berada di angka 7. Namun jika dihitung dengan proporsional tubuh yakni pinggang ramping dan buah pantat yang membulat sekal maka angka tersebut bisa naik menjadi 8 penuh. Jika saja buah dada tidak berukuran standar, mungkin nilai Zia bisa mencapai angka 8 lebih.
Meski telah saling mengenal, baru kali ini mereka bisa berjalan bersama. Lebih banyak mereka berada di jam berbeda sehingga tidak mungkin untuk berjalan bersama.
Zia mensejajarkan tubuh disamping Albert, kemudian tersenyum manis, "kita bisa bareng pulang nih meski cuma jalan kaki.." ujarnya mencari bahan pembicaraan.
"Haha, iya. Lumayan kan ada teman ngobrol daripada jalan sendirian.." Albert berpura-pura terbahak, meski hati dan pikirannya sedang tidak sinkron akibat masalah keuangan keluarganya.
"Kamu orangnya asyik juga ya. Kupikir sebelumnya jika kamu itu orangnya dingin dan ketus," lanjut Zia.
"Aku memang beginilah adanya. Kadang pendiam, kadang suka becanda, kadang jutek, kadang ramah. Yah tergantung suasana hati saja.." ulas Albert apa adanya.
Langkah kaki mereka tak terasa sudah mencapai hampir separuh dari total perjalanan ketika tiba-tiba keduanya dikejutkan oleh suara deru mesin mobil yang menyalak.
===
https://youtube.com/playlist?list=PLPoZKYt4vphzB-SN2zvGIkcwmqmxQq126&si=YAfqKN6ot4ByUhZ_
Pilih yang mana yang kau suka.
===