Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
SISTEM KEHIDUPAN KEDUA SEBELUM KIAMAT

SISTEM KEHIDUPAN KEDUA SEBELUM KIAMAT

Oyal | Tamat
Jumlah kata
114.8K
Popular
642
Subscribe
110
Novel / SISTEM KEHIDUPAN KEDUA SEBELUM KIAMAT
SISTEM KEHIDUPAN KEDUA SEBELUM KIAMAT

SISTEM KEHIDUPAN KEDUA SEBELUM KIAMAT

Oyal| Tamat
Jumlah Kata
114.8K
Popular
642
Subscribe
110
Sinopsis
18+PerkotaanSekolahMonsterZombieBalas Dendam
Leonard Vayne terlahir kembali ke malam sebelum Game Kiamat dimulai. Setelah dikhianati oleh kekasihnya, ia membentuk Sistem Tokoh Antagonis Kiamat, sebuah sistem yang menjamin drop rate 100% untuk setiap item yang diperoleh. Kini, ia akan memulai aksi balas dendamnya! Namun… permainan kiamat kali ini tidak berjalan seperti yang ia bayangkan. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih berbahaya, dan lebih mengerikan menanti di balik layar. — Pertanyaannya adalah, apakah ia akan menjadi penguasa dunia baru ini atau hanya bidak dalam permainan yang lebih besar?
Penghianatan Sebelum Terlahir Kembali

Leonard disambut dengan gegap gempita di dalam istana. Perayaan besar digelar untuk menghormatinya sebagai Dewa Perang, sang pelindung kerajaan yang telah memenangkan banyak pertempuran. Namun, di tengah perayaan itu, seorang penguasa datang membawa permintaan: sebuah misi berisiko tinggi yang bahkan bisa mengguncang stabilitas kerajaan.

Leonard menolak dengan tenang. “Itu terlalu berisiko,” katanya. Sebagian tamu tertawa, mencibir bahwa Leonard memang selalu bergerak lambat untuk berkuasa. Tapi Leonard hanya tersenyum samar. “Aku bergerak hati-hati, bukan lambat.”

Tiba-tiba, serangan terjadi.

Raja Zombi menerobos pertahanan luar, langsung menantang Leonard di tengah istana. Leonard menyambutnya dengan dingin, lalu memberi perintah cepat untuk memblokir semua jalan masuk ke kerajaan. Ia ingin pertempuran ini hanya antara dirinya dan Raja Zombi.

Para prajurit bergerak cepat, mengepung dan mengunci jalur utama. Leonard kini bisa bertarung dengan tenang. Gaya bertarungnya yang khas mulai terlihat: presisi dalam tiap langkah, elegan dalam setiap gerakan, dan tanpa satu pun gerakan sia-sia. Sebaliknya, Raja Zombi bertarung dengan brutal, liar, dan tanpa strategi.

Leonard melompat ke dinding, berputar di udara, lalu meluncur ke belakang Raja Zombi. Dalam sekejap, pedangnya menempel di leher makhluk mengerikan itu. Ia tak berkeringat sedikit pun.

“Kau harus berterima kasih padaku,” ujar Leonard dingin. “Setelah ini, kau tidak akan menjadi zombi lagi.”

Namun tepat saat ia hendak mengayunkan pedang. Dua bilah pedang menembus dadanya dari belakang.

Leonard memuntahkan darah segar. Ia menatap ke depan, melihat dua pedang mencuat dari dadanya. Suara tawa menggema di seisi istana. Ia ingin bertanya, tapi tak sanggup. Kedua pedang itu ditarik dengan paksa, membuatnya berlutut, tubuhnya melemas.

“Kenapa…?” hanya itu yang bisa ia gumamkan.

Salah satu dari mereka Dewa Perang yang selama ini dianggap sekutu menendang kepala Leonard, mencoba memaksanya bersujud. Tapi kepala Leonard tak bergerak sedikit pun. Mereka kesal dan menendangnya lagi, membuat Leonard tersungkur.

Lalu suara tepuk tangan menggema.

Langkah sepatu bergema mendekat, diiringi suara tawa yang mengiris. Leonard membuka mata yang setengah sadar. Sosok itu muncul perlahan dari kegelapan. Mata Leonard membelalak tak percaya.

Itu adalah Kaguya Otsuki. Kekasihnya.

Tubuh Leonard tergeletak di lantai istana yang dingin dan berlumur darah. Pandangannya mulai buram, namun pikirannya tetap tajam dipenuhi amarah, pengkhianatan, dan luka yang lebih dalam dari pedang mana pun. Suara langkah kaki Kaguya mendekat perlahan, seperti genderang kematian yang ditabuh pelan-pelan.

“Kamu tahu, Leonard,” ucap Kaguya sambil berjongkok di hadapannya. “Awalnya aku nyaris jatuh cinta sungguhan. Tapi... keluarga Eldoria terlalu meyakinkan. Dan kamu, seperti biasa, terlalu mudah percaya.”

Leonard mencoba mengangkat tangan, tapi tubuhnya tidak merespons. Satu-satunya yang masih ia miliki adalah pandangan tajam yang tertuju padanya.

Raja Zombie berdiri di belakang Kaguya, menjulang dengan napas kotor yang terdengar seperti desir kematian. Kedua Dewa Perang yang menusuk Leonard kini berdiri di sisi kiri dan kanan, wajah mereka tanpa penyesalan. Mereka telah memilih pihak.

Leonard ingin tertawa. Betapa bodohnya ia Dewa Perang, penjaga kerajaan, prajurit paling disiplin yang ternyata hanya bidak dalam permainan Eldoria. Dan Kaguya... wanita yang dulunya ia peluk saat malam-malam hujan, kini justru menepuk wajahnya dengan ejekan.

“Anggap saja ini penghabisan yang dramatis, Leonard. Kamu tetap pahlawan. Tapi semua pahlawan, cepat atau lambat, harus dilenyapkan sebelum mereka tumbuh terlalu kuat dan mengguncang tatanan dunia.”

Ia menatap Kaguya, darah mengalir dari bibirnya. “Kalau... aku mati... pastikan kau ikut... terbakar... dalam kekuasaan mereka.”

Kaguya terdiam sejenak. Tatapannya berubah, ada ketegangan sesaat. Tapi ia tersenyum lagi. “Beristirahatlah, Dewa Perang.”

Darah Leonard menggenang di lantai, tubuhnya mulai dingin. Nafasnya tersendat, matanya buram, dan detak jantungnya melambat. Suara tawa Kaguya, ejekan para Dewa, dan derap kaki Raja Zombie terdengar seperti gema jauh yang semakin memudar.

“Akhiri saja penderitaannya,” ujar salah satu Dewa Perang sambil membersihkan pedangnya dari darah Leonard.

Raja Zombie maju, mengangkat tangannya yang busuk, dan menancapkan kukunya yang tajam ke jantung Leonard.

Leonard tidak berteriak. Ia hanya menatap kosong langit-langit istana, sementara pikirannya mengulang semua yang telah terjadi wajah Kaguya, kata-kata manis yang dulu ia percayai, pengkhianatan yang terlalu pahit untuk dicerna.

Dalam detik-detik terakhirnya, ia berbisik lirih, “Jika ada kehidupan setelah ini... aku akan kembali. Bukan sebagai pahlawan, tapi sebagai kutukan bagi kalian semua...”

Tubuhnya akhirnya terdiam. Tidak ada nafas. Tidak ada denyut. Hening.

Para penghianat meninggalkannya begitu saja, mengira semuanya telah selesai. Mereka tidak tahu... bahwa jauh di dalam tubuh Leonard yang mati, segel warisan kuno dari garis darah Leluhur Naga perlahan mulai bereaksi terhadap pengkhianatan yang ia alami. Rasa sakit, dendam, dan kehancuran jiwanya menjadi bahan bakar bagi kekuatan baru yang tengah terlahir di dalam kegelapan.

Dan saat malam menutup hari, tubuh Leonard ditelan oleh kabut merah yang muncul entah dari mana.

Seperti diikat, ia tidak bisa bergerak. Leonard berpikir bahwa ia masuk ke dalam neraka. Siksaan tiada akhir mulai mengisi pikirannya seperti mimpi buruk.

Suara dering memecah keheningan. Dengan napas terengah-engah, Leonard terbangun dari mimpi buruknya yang menakutkan. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Jantungnya berdegup kencang, seolah baru saja keluar dari neraka.

"Apa yang terjadi?"

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca