Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Almaria: Kebangkitan Sang Penakluk

Almaria: Kebangkitan Sang Penakluk

Tomori Yukino | Bersambung
Jumlah kata
148.7K
Popular
1.5K
Subscribe
137
Novel / Almaria: Kebangkitan Sang Penakluk
Almaria: Kebangkitan Sang Penakluk

Almaria: Kebangkitan Sang Penakluk

Tomori Yukino| Bersambung
Jumlah Kata
148.7K
Popular
1.5K
Subscribe
137
Sinopsis
18+FantasiIsekaiIsekaiRajaPerang
Kaizer Almar, seorang mahasiswa biasa, tewas dalam sebuah insiden tragis. Namun, kematian bukanlah akhir baginya. Dia terbangun di dunia lain yang penuh bahaya dan ketidakpastian. Sayangnya, keberuntungan tidak berpihak padanya. Di saat orang lain mungkin mendapat kekuatan hebat atau perlindungan, Kaizer malah ditangkap dan dikurung oleh kelompok tertentu akhirnya dibuang ke sebuah pulau terpencil. Di pulau itu, ia menghadapi monster harimau hasil eksperimen yang ganas. Dengan kecerdikan dan tekadnya, dia berhasil mengalahkan makhluk buas itu, membuktikan bahwa ia bukan sekadar korban keadaan. Saat mencoba menjelajahi pulau, Kaizer menemukan orang-orang lain yang mengalami nasib serupa, terbuang dan terabaikan. Bersama mereka, dia membentuk sebuah kelompok yang perlahan tumbuh menjadi kekuatan baru. Namun, kebangkitan mereka tidak disambut baik oleh penduduk sekitar. Ketika konflik tak terhindarkan, ketegangan antara dua pihak meningkat menjadi pertempuran. Apakah Kaizer mampu bertahan di dunia asing ini? Mampukah ia membangun tempat yang benar-benar menjadi miliknya? “Kalau aku tidak memiliki tempat di dunia ini, maka aku akan membuatnya sendiri.” “Aku akan mendirikan kerajaan di dunia ini!” Saksikan perjalanan Kaizer dalam perjuangannya mengukir takdir di dunia yang baru. Selamat membaca!
Bab 1

Di sebuah penjara yang terdapat di ruang bawah tanah.

Dinding batu yang lembap dan berlumut menjulang di setiap sisi, memantulkan suara tetesan air yang jatuh dari langit-langit retak. Udara terasa menusuk, mencampurkan bau tanah basah dan besi berkarat dari jeruji sel yang dingin. Cahaya redup dari obor yang hampir padam hanya memperjelas bayangan-bayangan panjang yang bergerak seperti hantu di lorong sempit. Lantai kasar terasa beku di telapak kaki, seolah menyerap setiap sisa kehangatan yang tersisa. Dari kejauhan, terdengar gemerisik tikus yang mencari sisa makanan di antara rantai-rantai berkarat yang masih bergoyang pelan, seakan menyimpan jejak para tahanan yang meronta di tempat ini.

Jauh di dalam ruang bawah tanah itu, terdapat sebuah penjara yang berada di lapisan terdalam.

Terdengar beberapa jeritan dari dalam sana. Jeritan itu hanya terdengar beberapa kali sebelum mereda.

"Apa kamu masih belum puas?" tanya seorang pria yang mengenakan jubah panjang berwarna putih yang dihiasi simbol keagamaan. Di tangannya terdapat sebuah kitab suci, lambang keadilan dan ketakutan bagi mereka yang dianggap sesat.

Pria lainnya yang juga mengenakan jubah yang sama, dengan cambuk di tangannya terlihat mendengkus. "Ini adalah hari terakhir. Aku harus puas-puas menyiksa orang sesat ini."

Di depannya terlihat seorang pria dengan pakaian lusuh. Tubuh pria itu penuh luka, garis-garis merah yang menganga di punggungnya bercampur darah yang mengering dan yang masih segar mengalir perlahan. 

Inquisitor itu mengayun cambuk membuat rantai di pergelangannya bergemerincing, sementara erangannya tenggelam dalam ruangan batu yang dingin, hanya disaksikan oleh tembok bisu yang menyerap penderitaannya.

Dia sudah tidak tahu berapa lama dia dikurung di dalam ruangan ini. Ingatannya tentang hidupnya juga memudar. Entah apa salahnya sehingga dia berakhir di tempat yang dingin lagi kejam ini. 

Inquisitor yang mencambuknya mulai berhenti ketika melihat pria di depannya mulai pingsan. "Huh! Bersemangatlah. Besok kamu akan meninggalkan tempat ini. Ini akan menjadi hari terakhir bagimu disini."

"Ayo kita keluar. Aku tidak ingin berlama-lama disini. Tinggal ditempat yang sama dengan orang sesat, mencemari udara yang aku hirup," ucapnya sembari keluar dari ruangan itu dengan langkah kasar. 

Pria yang memegang cambuk juga keluar sembari mengelap tangannya. Dia melemparkan sapu tangan itu ke sembarangan tempat. 

Pintu besi yang merupakan satu-satunya cahaya yang bisa dilihat oleh pria itu melaluinya, pun di tutup. 

Dengan pandangan samar, dia menatap ke arah 2 orang yang selama ini selalu mengunjunginya hanya untuk mencambuknya. Dia benar-benar pingsan setelahnya. 

Suara tetesan air membangunkannya beberapa waktu kemudian. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia pingsan. Tubuhnya sekarang penuh dengan luka. Pria itu menghela nafas pelan. Dia mengingat kembali kenangan masa lalunya. 

Hari itu, dia baru saja menyelesaikan wisudanya. Dia sudah berjuang keras belajar sembari bekerja untuk menuntaskan pendidikannya. Dia berkuliah di salah satu universitas ternama, jurusan teknik sipil. Dia adalah tipikal mahasiswa pada umumnya, dimana mereka harus bekerja untuk membayar keperluan kuliah mereka. Tidak ada istilah menunggu uang belanja dari orang tua. 

Namanya Kaizer Almar, seorang anak biasa yang hidup di desa biasa. Sejak kecil, dia tidak tahu siapa orang tuanya. Dia dirawat oleh seorang wanita yang menemukannya sepulang dia bekerja. Dia ditemukan berada di taman di hari itu. 

Wanita itu adalah satu-satunya sosok yang dianggapnya sebagai orang tua. Meskipun sebenarnya dia penasaran siapa orang tuanya sebenarnya. Tetapi, dia tidak lagi memiliki kesempatan untuk mencari tahu setelah tragedi di hari itu. 

Sepulang wisuda, dia menyendiri di tepi sungai menatap lurus ke depan. Dia memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah menyelesaikan pendidikannya. Ada keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, tetapi dia tahu butuh biaya besar untuk itu. Dan, dia pun memutuskan untuk menganggur sejenak dan mengumpulkan pengalaman sebelum melanjutkan pendidikannya. 

Sayangnya, mimpi yang dia rencanakan di hari itu kandas. Terjadi insiden di tempat tersebut dimana ada 2 kelompok yang berseteru bentrok di tempat tersebut. Mereka yang berada di dekatnya langsung melarikan diri dan mencoba menghubungi polisi. 

Kaizer yang berada di sana, memutuskan membantu para ibu yang sedang menikmati momen sore hari mereka, untuk menjauh dari sana. 

Melihat dirinya yang mampu bertarung, para kelompok tersebut mulai mengira kalau dirinya adalah anggota dari kelompok yang berseberangan. 

Kaizer pun berakhir bentrok dengan mereka. Dia tidak menggunakan apapun. Hanya dengan tangan kosong melawan pemuda pengangguran yang tidak memiliki kerjaan lain selain menyusahkan masyarakat. 

Kelompok itu berhasil memberikan beberapa luka pada Kaizer hingga membuatnya tersudutkan. Mereka terus mendesaknya hingga tanpa sadar, pembatas di sungai itu copot yang membuat Kaizer terlempar ke sungai. Dengan arus yang sangat deras, dia ditarik oleh arus sungai. Ditambah dengan dirinya yang terluka, membuatnya dengan cepat kehilangan banyak darah. Saat dia mencoba meronta-ronta, kepalanya membentur salah satu batuan yang ada di sungai. 

Tubuhnya pun lemas dan dia kehilangan tenaga untuk berenang. Satu hal yang dia lihat sebelum dia meninggal adalah para polisi sudah mendatangi tempat kejadian. Ada sedikit rasa syukur di benaknya sebelum dia tewas dibawa oleh arus sungai. 

Masyarakat yang diselamatkan olehnya berteriak dan menyuruh para polisi untuk menyelamatkannya. Namun, apa daya. Mereka sudah terlambat. 

Mayat Kaizer ditemukan di hilir sungai, tersangkut bebatuan. Dia ditemukan dalam keadaan sudah meninggal. Hari itu, hanya dia saja yang menjadi korban dari pertarungan para kelompok sampah masyarakat itu. 

***

Itu adalah ingatannya sebelum dia datang ke dunia ini. Dia sudah tidak tahu berapa lama sejak hari itu. Dia yang awalnya mengira kalau dia berada di neraka atau surga, menyadari kalau ini bukanlah keduanya. 

Kaizer menjulurkan lidahnya menangkap tetesan air yang jatuh dari atap ruangannya. Dia memang merasa sangat haus. Dia memandangi sekitarnya yang gelap. Entah sejak kapan, dia mulai terbiasa dengan kegelapan. 

Setelah mencoba meraih makanan yang disediakan oleh 2 orang tadi dengan kakinya, dia melahapnya hingga habis. Meskipun makanan itu sudah membusuk dan berjamur, bagi Kaizer, selama dia memiliki makanan untuk mengganjal perutnya, itu sudah cukup. 

Dia tertidur setelah menghabiskan seluruh makanan yang tidak layak itu. 

Keesokan harinya. 

Pintu ruangannya bergerak. Kaizer membuka matanya. Kedua tangannya masih di rantai ie dinding. 

Terlihat beberapa orang dengan jubah putih bergerak mendekatinya. "Paksa dia menelan obat itu. Tidak perlu bersikap lembut pada orang sesat!"

"Baik, Tuan!" sahut beberapa pria berjubah yang memiliki status yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang baru saja memberi perintah. 

Kaizer merasakan dagunya di cengkeram. Dia membuka mulutnya dan mereka memaksanya meminum obat yang entah apa fungsinya. Dia berusaha meronta tetapi sia-sia. 

Kaizer merasakan tubuhnya melemah. Tubuhnya yang kurus itu tergeletak layaknya orang yang dilumpuhkan.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca