Seorang pemuda terlihat sedang membeli dua kaleng kopi dingin di sebuah minimarket yang terletak di pinggir jalan, menunjukkan semangat yang ceria dan santai.
Setelah selesai membayar di kasir, dia berjalan keluar sambil bersenandung ringan, menunjukkan suasana hati yang tampaknya bahagia. Namun, ketika dia keluar dari minimarket, senyumnya tiba-tiba menghilang dan rasa tidak nyaman muncul di wajahnya.
Matanya menangkap pemandangan yang tidak diharapkan: sang Kekasih yang selama ini menjadi sumber kebahagiaannya sedang berbicara dengan pria lain di tepi jalan, meninggalkan perasaan ambigu dan mungkin sedikit pergolakan dalam hatinya.
"Nadia, siapa dia?" tegur pemuda itu dengan lembut.
Nadia menoleh, lalu begitu matanya bertemu dengan pemuda itu, dia langsung berkata, "Riyan, mulai hari ini kita putus."
Perkataan Nadia sontak membuat pemuda bernama Riyan itu terkejut. "Nadia, apa maksudmu? Kamu pasti bercanda, kan?" tanyanya sambil berusaha menampik perkataan sang kekasih.
Nadia memutar bola matanya dengan malas. "Bercanda? Apa kamu tidak bisa membaca situasi? Aku sudah muak berpacaran denganmu yang hanya bisa memberiku makanan di pinggir jalan dan kopi murah seperti ini," ujarnya sambil mengibaskan tangan, membuat dua kaleng kopi dingin yang dibeli Riyan terjatuh ke trotoar.
Riyan tentu saja terkejut, dia segera menggenggam kedua tangan sang kekasih. "Nadia, aku akan berusaha memenuhi permintaanmu, tolong jangan seperti ini, aku mencintaimu."
Nadia kembali mengibaskan tangan. "Sudah cukup, Riyan, aku juga ingin seperti wanita lain!"
Riyan, yang perasaannya campur aduk antara kecewa dan marah, berusaha untuk sekali lagi meraih tangan Nadia, berharap bisa berbicara dengannya dan mengklarifikasi apa yang terjadi. Namun, sebelum Riyan sempat mendekat, pria yang sedang berbincang santai dengan Nadia tiba-tiba bertindak kasar.
Pria tersebut dengan tegas mendorong Riyan, menyebabkan dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh keras di atas trotoar, membuat pejalan kaki lain terkejut dengan situasi yang berlangsung cepat tersebut.
Riyan meringis menahan sakit sekaligus berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi, sembari mendongak menatap pria tersebut.
"Hei pecundang! Ketahuilah tempatmu, Nadia bilang ingin putus denganmu, jadi lebih baik kau pergi saja!" hardik pria tersebut.
Riyan menggelengkan kepalanya. "Tidak... Nadia, kita saling mencintai, kamu juga berjanji tidak akan meninggalkanku."
Nadia menghela napas, dia menatap Riyan dengan jijik. "Aku bilang begitu padamu, karena Kakekku yang meminta, tapi sekarang Kakek sudah tidak ada, jadi aku tidak perlu mengingat hal itu lagi, anggap saja aku waktu itu sedang khilaf, mulai sekarang kita putus!" ucapnya ketus.
"Kau dengar itu, pecundang?" Pria yang bersama Nadia menyeringai, lalu menggandeng tangannya dan membawa dia masuk ke dalam mobil yang terparkir dibahu jalan.
"Nadia, tunggu!" seru Riyan mencoba mengejar wanita yang di cintainya itu, tetapi Nadia tidak menggubris, dia sudah masuk ke dalam mobil bersama pria yang membawanya.
"Nadia! Tolong jangan seperti ini...." Riyan menggedor-gedor jendela mobil, tetapi Nadia tetap tidak mempedulikannya.
Ketika mobil yang dinaiki Nadia tiba-tiba menyala dan mulai bergerak tanpa memberikan Riyan kesempatan untuk bicara, dia berusaha sekuat tenaga mengejar kendaraan itu. Namun, nasi sudah jadi bubur, dan usaha kerasnya hanya berujung pada keterpurukan.
Saat mobil itu jalan, Riyan mencoba mengejarnya tetapi dia terjatuh di tengah jalan, pria itu memanggil nama Nadia dengan suara penuh harap dan kesedihan. Kejadian dramatis itu menarik perhatian banyak orang sekitar, yang seolah merasa risih melihat usahanya yang dianggap sia-sia dan memalukan.
Mereka menatapnya dengan pandangan tidak menyenangkan, menganggap Riyan sebagai seseorang yang tidak bisa menerima kenyataan hubungannya yang telah kandas. Meskipun sudah diputuskan, Riyan tampaknya belum siap untuk benar-benar melepas orang yang masih dicintainya tersebut.
Di dalam mobil, tampak pria yang bersama Nadia tersenyum, meraih tangan wanita itu dan mengecupnya. "Kamu minta apa sayang, aku akan membelikan semuanya untukmu," ucapnya lembut.
"Benarkah aku boleh minta apa pun?" tanya Nadia bersemangat.
"Tentu saja, aku akan membelikan apa pun untukmu," jawab si pria percaya diri.
Nadia pun tampak sangat senang, dia tidak merasa bersalah sama sekali setelah memutuskan Riyan begitu saja dan mempermalukannya didepan umum.
Tanpa ragu Nadia mengungkapkan keinginannya untuk berbelanja di Mall, karena sejak pacaran dengan Riyan selama dua tahun, dia tidak pernah dibawa belanja ke Mall.
Pria tersebut menuruti permintaan Nadia, mengendarai mobilnya ke Mall yang letaknya tidak jauh dari sana.
***
Riyan Mahendra, dia hidup sebatang kara di Jakarta. Setelah kedua orang taunya meninggal tiga tahun lalu, dia pun pergi merantau ke Jakarta seorang diri.
Hidup Riyan tergolong hanya pas-pasan, dia bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, hingga dua tahun lalu dia bertemu dengan seorang pria tua yang merupakan Kakek dari Nadia yang membuatnya bisa bekerja sebagai akuntan.
Kakek Nadia memperkenalkan cucunya dengan Riyan, karena menurut pria tua itu Riyan merupakan anak yang baik dan bertanggung jawab.
Nadia pun akhirnya perlahan menjalin hubungan dengan Riyan, hubungan mereka awalnya baik-baik saja, tetapi setelah beberapa bulan yang lalu Kakek Nadia meninggal, kedua orang tua Nadia mulai menuntut Riyan ini itu, hingga membuat pemuda yang tidak memiliki apa-apa itu mulai tertekan.
Nadia juga mulai menunjukkan sikap yang berbeda, dia mulai senang pergi dengan teman-temannyadibanding Riyan dan puncaknya sekarang, ketika Nadia menemukan pria kaya, Riyan pun dicampakkan begitu saja.
Sebenarnya itu sudah menjadi hal yang lumrah dikehidupan, para wanita cenderung memilih mereka yang lebih kaya untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, mereka tidak menyadari kalau diantara para pria yang mau ditemani dari Nol ada yang nasibnya bisa berubah total dan bisa saja menjadi orang terkaya.
Sementara itu, Riyan terlihat sedang berjalan gontai kembali ke kosannya, terlihat lututnya berdarah akibat terjatuh mengejar mobil yang dinaiki Nadia.
Beberapa kali dia menghela napas, menyadari kalau menjadi orang miskin itu sangat menyedihkan, bukan hanya diremehkan orang lain, bahkan kekasihnya juga pergi demi pria yang lebih kaya.
Tiba-tiba langit mendung dan hujan pun turun, membuat Riyan reflek berhenti, menengadahkan tangannya dan lalu mendongak menatap langit sambil memaksakan sebuah senyum.
"Bahkan, langit pun tahu kalau aku orang paling menyedihkan," ucap Riyan tiba-tiba tertawa dan sesaat kemudian menangis. "Tuhan, apakah aku tidak bisa hidup bahagia seperti orang lain? Tidakkah cukup Engkau mengujiku!?" serunya lantang.
Tralap!
Jeger!
Riyan tersentak saat petir menyambar tubuhnya yang langsung membuat pria itu gosong dan jatuh ke tanah.
"Ah... apakah ini akhir dari hidupku yang menyedihkan?" gumam Riyan disela-sela pandangannya yang mulai kabur.
[Pemasangan Sistem dalam proses....]
Terdengar sebuah suara sayup-sayup yang menggema dalam benak Riyan.
[Pemasangan Sistem Rabbat 10x lipat berhasil!]
Suara itu kembali terdengar dibenak Riyan, dan kali ini dia juga melihat layar hologram didepannya, sebelum akhirnya pandangan Riyan menggelap sepenuhnya dan tak sadarkan diri.