Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Jodoh Sebelah Kontrakan

Jodoh Sebelah Kontrakan

Tulisan Imajinasi | Bersambung
Jumlah kata
111.0K
Popular
8.2K
Subscribe
348
Novel / Jodoh Sebelah Kontrakan
Jodoh Sebelah Kontrakan

Jodoh Sebelah Kontrakan

Tulisan Imajinasi| Bersambung
Jumlah Kata
111.0K
Popular
8.2K
Subscribe
348
Sinopsis
18+PerkotaanSlice of lifePria Dominan21+Harem
"Kadang, jodoh bukan datang dari jauh. Tapi dari pintu sebelah, saat kita paling tidak menduganya." Menemukan jati diri dalam perantauan amatlah penting. Ardanus atau Ardan, begitu orang memanggilnya. Merantau jauh dari tanah Kalimantan menuju Bogor, membawa luka yang tak sempat sembuh dan harapan untuk memulai hidup baru. Di kota yang asing, ia bekerja sebagai teknisi pemasangan Wi-Fi, menjalani hari demi hari sambil menghindari bayang-bayang masa lalunya. Dalam pencariannya akan cinta dan diri sendiri, Ardan berpapasan dengan banyak perempuan, tapi tak satupun benar-benar membuatnya berhenti. Hingga ia mengenal Novi, tetangganya sendiri, perempuan mandiri berusia lima tahun lebih tua darinya. Kedekatan yang awalnya biasa saja perlahan berubah menjadi rasa yang sulit disangkal. Namun perbedaan tak pernah jadi hal sepele. Usia, keyakinan, budaya, bahkan arah hidup yang berbeda. Dan di balik masa lalu Ardan, ada luka dan sisi kelam yang bisa saja membuat Novi mundur sebelum segalanya dimulai. Akankah Ardan berani membuka dirinya sepenuhnya? Mampukah cinta mereka menjembatani jurang yang ada?Sebuah kisah tentang keberanian mencintai, menerima diri sendiri, dan menemukan harapan tepat di pintu sebelah.
Jodoh Sebelah Kontrakan

Malam itu, kota Bogor tampak tidak seperti biasa. Biasanya setiap hari akan selalu mendung tertutup curah hujan, tinggi dan sedikit. Kali ini justru sinar terang terlihat sangat cerah, bulan dan jejeran bintang menunjukkan pesona bahagia kerlap kerlipnya. Membuat seorang pemuda harus mengejar waktu sebelum keluar dari kontrakan.

Ia menghentikan sejenak langkah diri saat menatap panggilan dari nomor baru.

[Maaf ini siapa yah? Ada perlu apa tadi sore menelpon saya? Apa mau pasang Wi-Fi?]

Ia mengirimi nomor yang tadi sore menelpon dengan sebuah pesan, berharap cepat dibalas.

"Ardan... Yuk futsal." teriakan temannya didepan pintu kontrakan mengharuskan Ardan melupakan lagi penelpon misterius itu. Bukan niat Ardan mengacuhkan panggilannya, tapi tadi sore ia sangat sibuk. Sebagai karyawan freelance sebuah produk jasa pemasangan Wi-Fi, ia sebagai sales yang merangkap pula sebagai teknisi, mengharuskan dirinya untuk tidak memegang handphone saat bekerja. Kelalaian berarti melanggar SOP.

"Tunggu bentar, Rob. Gue lagi pake sepatu!"

***

Setelah pulang bermain futsal. Ardan kembali ke kost-an. Ia mengecek aplikasi WhatsApp-nya, siapa tau nomor tak dikenal tadi sore menyampaikan keperluannya.

Tapi, nomor yang pemiliknya tidak dikenal itu hanya membuat status pada update paling baru.

[Aku sudah terbiasa disakiti]

Ardan yang sedang lengan pun memberanikan diri meneruskan statusnya.

[Siapapun kamu. Mau kamu lelaki atau wanita, duda ataupun janda pirang. Intinya jangan mau di sakiti terus. kita bukan batu yang mampu menahan ombak. Kita butuh makan, butuh minum, butuh tidur juga butuh ruang saat membuang hajat]

Sengaja Ardan selipkan candaan, untuk membalas status yang terlihat menyedihkan itu agar orangnya tidak bersedih.

Tak lama kemudian, ada pesan masuk. Ardan berharap dari nomor pemilik yang tak dikenal, tapi dia salah.

[Dan, ada Indomie gak? Bagi satu lah?]

Pesan itu dari Robi, tetangga kontrakan yang tadi mengajaknya bermain futsal.

[Ga ada bro, beli aja sono?]

[Mana uangnya, Dan?]

[Lah... Ya pakai uang lu lah?]

[Kalo pake uang gue, itu bukan pinjem namanya. Gak asik lu] emoticon marah.

[Bodo] emoticon jempol ke bawah.

Ardan pun mengecas handphone, setelah itu pergi ke kamar mandi, membersihkan badannya yang penuh keringat sehabis bermain futsal.

Selesai dari sana. Ia melanjutkan kembali ke kamar, sambil sesekali melihat ke handphone. Terlihat ada lagi pesan masuk. Ia berharap lagi yang membalas pesannya adalah pemilik nomor yang tak dikenal. Wajar Ardan berharap, karena dia sudah dua kali mengirimi nomor tak dikenal itu pesan chat dan merasa di cuekin. Tapi, kenyataannya yang terjadi juga lain.

[Mabar gak?]

Robi, teman kontrakannya ini lagi-lagi mengirim pesan, padahal mereka tinggal bersebelahan pada petak kontrakan.

"Ga bro, lagi malas!" Ardan berteriak kencang dari kamarnya.

"Ok!" balas teriakan Robi.

Ardan kesal, mereka bersebelahan kenapa pula harus mulai dengan mengirim pesan. Untuk apa ia harus menuruti kemauan Robi, Mereka kan bisa teriak. Jika ingin menciptakan kesan romantis, sayangnya Robi bukan Ria nicis.

Ardan berjalan ke depan kontrakan, mengintip dari tirai jendala pintu, ke sebelah kiri kontrakannya.

"Mbak Novi kemana yah! Jam segini belum pulang?" batinnya bergumam.

Novi adalah tetangga kontrakan sebelah kiri. Sedangkan Robi, teman kerja yang juga teman kontrakan Ardan disebelah kanan. Biasanya saat sudah lewat jam dua belas malam, Novi pulang. Tapi sampai Ardan melihat layar handphone-nya, sosok wanita cantik itu belum terlihat.

Ardan pun kembali ke kamar. Rasanya ia ingin tidur setelah seharian beraktivitas berat. Namun kali ini mata nya belum mau mengantuk. Ia mengisi waktu melihat handphone, membuka kembali kontak pertemanan aplikasi WhatsApp-nya. Matanya tertuju pada nomor tak dikenal tadi. Dua pesan Ardan, statusnya centang biru yang artinya dibaca. Tetapi sama sekali pemilik nomor enggan membalas.

"Sombong sekali orang ini," batinnya gusar merasa tidak dihargai.

***

Suara petir dari langit mulai terdengar beberapa kali, bertanda berganti hari dan sebentar lagi akan turun hujan. Kota Bogor memang biasa tiba-tiba berubah cuaca saat pergantian dini hari. Ardan yang tetap tak bisa tidur terus memainkan jarinya di benda pipih. Hingga, ia mendengar seperti suara pintu yang sedang dibuka.

Krekkk,

Suaranya itu berasal dari sebelah kiri, Ardan yakin pasti wanita yang bernama Novi itu sudah pulang.

Ardan membuka kontak pertemanan, mencari nama Novi, terlihat barusan online. Ia pun memberanikan diri mengirim pesan.

[Sudah pulang, Mbak? Barusan aku dengar bunyi pintu dari kontrakannya, Mbak?]

[Iya Dan, barusan balik. Kamu kenapa belum tidur? Lagi maen game yah?]

Rata-rata penghuni kontrakan ini suka sekali bermain game mobile legend.

[Gak main ML kok mbak! Cuma lagi ga bisa tidur aja. hehehe]

[Ya udah deh! Aku mau bersih-bersih dulu]

[Oke Mbak Novi] emoticon jempol kanan

Novi bekerja direstoran cepat saji dekat kontrakan, jarak jauhnya palingan cuma 50 meter. Jadwal kerjanya pun dimulai dari jam empat sore, pulang jam 12 malam. Ia selalu masuk shift sore, karena Novi punya jabatan wakil pengelola resto dan dia termasuk karyawan paling senior disana. Umurnya lima tahun lebih tua dari Ardan.

Biasanya, Ardan tak mau tidur duluan sebelum Novi pulang. Bukan apa-apa, pemuda tampan itu sebenarnya hanya ingin menunggu ritual Novi. Wanita cantik itu memiliki kebiasaan menonton film biru jepang menjelang tidur. Akhirnya sih dilanjutkan dengan senam jari. Kebiasaan wanita cantik berlesung pipit itu, mungkin hanya Ardan saja yang tau.

Ardan membuka aplikasi YouTube, melihat video musik slow rock 90-an. Tak berselang lama, Novi kembali menghubungi Ardan.

[Dan, udah tidur belum?]

[Belum, Mbak! Kenapa?"]

[Wi-Fi gangguan yah?]

[Aman kok Mbak, ini aku lagi buka YouTube buffering lancar kok! Kenapa emangnya?]

[Punyaku Wi-Fi nya gak jalan loh, Dan?]

[Coba Mbak Novi putuskan dulu tanda jaringan Wi-Fi nya, terus masuk lagi ke mode jaringan, passwordnya masih sama!]

[Oke, aku coba dulu ya]

[Info aja Mbak kalau belum lancar?]

[Ok]

Ardan berdoa dalam hati, semoga pagi ini dia sudah diberi rezeki. "Semoga aja jaringan Wi-Fi nya gak ada kendala, biar Novi diberikan kemudahan menjelajahi situs film biru jepang favoritnya! Hehehe." Pemuda itu tersenyum tipis.

***

Malam semakin larut, heningnya mulai terasa. Kesepian ditanah rantau menggerogoti kalbu. Tak ada tempat mengadu, ingin belagu tapi cuma punya modal seribu. Buat apa?

Ardan yang susah tidur hanya bergelayut manja sambil memeluk guling. Ia letih dan ingin terpejam tapi matanya rajin terjaga. Padahal ia merasa tidak menyentuh kopi hari ini. Kenapa ia susah tidur dan merasa gelisah?

Ardan pun beranjak duduk dibawah kasur, mengambil sebungkus rokok dan menyalakan sebatang. Ia nikmati tarikan asapnya dengan alunan musik slow rock yang biasa membuat tenang. Tapi matanya terus tertuju pada dinding kamar. Ia mulai membayangkan apa kegiatan wanita yang tinggal dikamar sebelah.

"Coba aku selidik ah!" Rasa penasaran telah memuncak. Ardan pun menempelkan telinga ke dinding, mencoba menguping.

Setiap kamar dikontrakan ini, hanya dipisah oleh dinding semen tanpa balas yang tidak terlalu tebal. Sehingga kalau malam hari, suara apapun pasti terdengar. Terlebih lagi kamarnya Ardan dan Novi saling bersebelahan dan satu sket. Beda dengan kamar robi yang bersebrangan dengan kamar Ardan.

Ardan memejamkan mata, konsentrasi memfokuskan telinganya.

"Kimochi... Yamete!"

Ardan langsung menegang, suara wanita jepang terdengar meminta bantuan. Jika kegiatan disebelah seperti biasa, Biasanya juga Novi bakalan senam dua jari setelah ini.

Ardan cepat membuka celana bola, sambil mengelus miliknya yang sudah berdiri. Suara meminta bantuan wanita jepang semakin nyaring terdengar, gerakan tangan Ardan pun mengikuti tempo iramanya. Ia menikmati, sambil berharap ada juga suara wanita berbahasa lokal yang keluar dari mulut Novi.

Duarrr,

Jedarrr,

Duuaarrr,

Sumpah Ardan kaget setengah mati. Suara petir dari langit disertai gemericik air hujan membesar, jatuh seperti buah kelapa yang menghantam atap genteng. Telinga Ardan berdengung keras. Jantungnya serasa mau copot dini hari ini.

***

Setelah itu, hanya terdengar suara hujan. Ardan seperti hilang semangat. Ia mengambil botol tupperware dan langsung meneguk air. Mengatur nafasnya agar cepat normal. Setelah itu ke kamar mandi dan segera pipis.

Ia seperti mendapat karma karena telah menguping kegiatan wanita berlesung pipit yang bernama Novi. Ia sepertinya akan jera, saat membayangkan lagi suara petir yang menghantam dinding semen, hampir membuat telinganya bolot.

Ardan memasang kembali celana pendek bolanya, seperti biasa tidak memakai CD nya saat tidur. Ia mengambil handphone, sembarangan membuka aplikasi pesan. Tidak ada juga chat yang masuk. Ia lalu berbaring memeluk guling, merapatkan lagi selimut tebalnya.

***

Wajah Novi tampak letih, ia memposisikan dirinya benar-benar seperti apa yang dilakukan Miyabi. Kedua lututnya menyentuh kasur, kakinya tertindih ke belakang. Semakin lama ia hanyut. Saat terasa dekat ia malahan terus menyemangati Ardan.

"Terus sayang!"

"Begitu Mbak! Iya... Aku sampai!"

"Hmm!"

Ardan langsung terbangun, merasakan seperti ada yang basah di dalam selimut. Ternyata itu cairan hangat yang keluar dari miliknya sendiri.

"Sial, Aku mimpi basah!"

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca