Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Hasrat Terlarang

Hasrat Terlarang

Mas Tora | Bersambung
Jumlah kata
56.8K
Popular
26.2K
Subscribe
1.4K
Novel / Hasrat Terlarang
Hasrat Terlarang

Hasrat Terlarang

Mas Tora| Bersambung
Jumlah Kata
56.8K
Popular
26.2K
Subscribe
1.4K
Sinopsis
18+PerkotaanSlice of life21+Harem
WARNING!!! AREA 21+ Kisah pergumulan dari kejamnya kota dan modernisasi. Dika, seorang pengusaha yang awalnya hidupnya lurus lurus aja berubah menjadi penikmat wanita hanya karena ingin melampiaskan semua fantasinya. Ada juga kisah seorang mahasiswa yang rela menjadi penghibur wanita wanita yang membutuhkan belai manja.
Tante ku Sayang

"Akhhh, terus Dika, terusinnnn, enak sayang."

Suara erangan Tante Siska tak henti hentinya, membuat Dika semakin semangat dan bergairah. Tubuh Tante Siska meliuk liuk demi sebuah kenikmatan yang datang.

Dika pun dengan berbagai posisi mempermainkan tubuh Tante Siska semaunya. Hingga akhirnya, rambut Dika dijambak oleh Tante Siska dan kedua kakinya menggamit pinggang Dika dengan erat disertai dengan erangan panjang.

Keduanya pun lalu ambruk lemas didalam ranjang dengan senyum puas dan peluh yang menetes disetiap pori-pori mereka.

"Kau emang yang terbaik sayang." Ucap Tante Siska sambil mencium bibir Dika yang tengah mengatur nafasnya.

Dika tersenyum lalu membalas lumatan bibir Tante Siska dan menjelajahi setiap rongga mulutnya.

Enam bulan yang lalu!

PLETAK!

Dika meringis ketika sebungkus rokok dilempar dikepalanya. Sambil menggerutu, dia menoleh kebelakang melihat siapa yang habis melemparnya dengan bungkus rokok itu.

"Sialan lu, Tom!"

Tomi, kawan akrab Dika dikampusnya terkekeh melihat Dika menggerutu.

"Lu lagi kesurupan apa lagi bertapa Dik? Darintadi dikelas ga ada suaranya sama sekali. Lu masih kawan gue kan?" Seloroh Tomi sambil duduk di depan Dika.

Ga terlalu mempedulikannya, Dika mengaduk jus jambu dan meneguknya.

"Hei, hei, wah beneran nih, lu lagi kesurupan kayaknya. Perlu dirukiyah deh." Tomi terus meledek Dika yang masih aja bersungut sungut.

"Gue lagi pusing, anying." Jawab Dika dengan ketus.

"Alllaaahhh, paling diputusin Mila. Ya kan. Apa lu ga ada duit buat pesen vila. Hahahah."

"Brengsek lu. Gue pacaran sehat sama dia. Ga kaya lu, hobi banget nidurin cewek."  Gerutu Dika.

"Hei, gue cuman ngebantu cewek cewek yang susah tidur, makanya gue tidurin mereka biar nyenyak." Kata Tomi sambil tertawa tergelak.

"Gue lagi puyeng Tom, jangan becanda Mulu. Malah nambah puyeng denger ketawa lu."

Tomi mengernyitkan kepala, "Apa masalah lu berat?"

Dika hanya mengangguk.

"Kenapa? Cerita aja. Mila hamil? Apa lu ngehamilin cewek lain? Apa gimana?" Tomi nyerocos sambil masih aja menggoda Dika.

Sedangkan Dika makin melotot dan melempar sedotan kmuka Tomi.

"Wah, wah, lagi kesurupan beneran kayaknya. Oke oke, gue serius nih, cerita sob, kalau bisa gue kasih solusi, tapi kalau gak ya gue sebagai sobat lu menjadi pendengar yang baik deh." Kata Tomi sambil melap wajahnya dengan tisu setelah dilempar sedotan oleh Dika.

"Keuangan keluarga gue kolap. Nyokap udah ga sanggup lagi biayain kuliah dan hidup gue disini." Ujar Dika lesu.

"Hah, kok bisa?"

"Sejak bapak ku meninggal, usahanya terus merosot, salahku juga, dulu nyokap minta gue nerusin usaha bapak tapi gue milih nerus kuliah. Sekarang bangkrut, udah ketipu rekanan, utang numpuk, nyokap sakit sakitan, adek gue pun udah hampir lulus SMU. Gue mikir, biar adek gue aja deh yang kuliah. Dia lebih pinter dari gue." Ujar Dika makin lesu.

"Adek lu cowok apa cewek?" Tanya Romi.

Dika ga menjawab tapi matanya melotot kearah Tomi.

"Hei, hei, jangan berburuk sangka kawan, gue ga serendah itu." Sanggah Tomi yang seolah tahu kemana arah tatapan Dika.

"Cewek." Jawab Dika singkat.

"Hemmm, mending lu dulu aja yang lulus deh. Kalau adikmu yang kuliah nanti belum sempat berkarya dan berbakti, eh udah diembat cowok buat dinikahin." Kata Tomi.

"Pikiran lu konservatif." Sergah Dika.

"Thats the reality bro, lha kita para lelaki, harus bertanggungjawab pada mereka, keluarga kita, rumah tangga kita kelak. Ya paling ga kita harus punya pondasi yang kuat dong."

Dika terdiam, memang ada benarnya juga sih apa yang disampaikan kawan sablengnya ini.

"Masalahnya gue udah ga ada biaya buat hidup disini Tom. Nyokap gue udah bilang ga bisa ngirimin duit buat gue disini."

Tomi tersenyum menghina, "Miskin bener lu ya."

Dika lagi lagi melotot tapi Tomi malah ketawa dengan keras sampai sampai orang yang lagi asik menikmati makanan di kantin kampus itu menoleh kearahnya.

"Lu masih ada gue, tenang bro. Gue pinjemin buat lu." Kata Tomi.

"Pinjem sih enak nerimanya, bayarnya yang bikin pusing."

"Tenang, gue bukan debt colector, juga bukan pinjol. Ini murni pinjaman seorang kawan tapi ada imbalannya." Lagi lagi Tomi ketawa, sepertinya hari ini dia lagi senang dan lagi on the good mood.

"Lu banyak duit?" Tanya Dika.

"Tentu dong. Gue." Kata Tomi dengan tengil sambil menata rambutnya.

"Cih."

"Lu mau kerja gak? Hasilnya banyak, kerjanya ga terlalu keras. Jam kerja juga ga terlalu panjang." Tanya Tomi.

"Apaan? Ngepet? Pesugihan? Gila lu."

"Eh, eh, kerja apa itu. Pake tumbal segala, ga worth it. Ini jauh lebih menjamin keuangan lu dimasa depan." Ujar Tomi serius.

"Apaan, gue bisa gak? Sesuai dengan kapasitas gue gak?" Tanya Dika yang mulai penasaran.

"Sangat sesuai! Wajah lu good looking, postur lu oke. Nice, laku keras." Kata Tomi.

Dika hanya mengernyitkan dahinya mencoba mencerna arah pembicaraannya Tomi.

"Jangan berbelit dah. Kerja apa itu?" Dika penasaran.

"Piaraan Tante." Jawab Tomi singkat.

"Apaaaa!"

"Sttttt, jangan keras keras."

Tangan Tomi reflek membekap mulut Dika yang secara reflek juga sedikit berteriak mendengar kerjaan yang ditawarkan. Dan sekali lagi puluhan pasang mata dikantong itu memandangi mereka.

"Gila lu Tom."

"Apanya yang gila." Ujar Tomi sambil mengeluarkan kunci mobil mahal dari sakunya. "Biarpun belum dikasih, tapi gue difasilitasi mobil ini. Keren kan. Jatah bulanan juga berdigit digit. Yang perlu lu tau aja, tentu aja ini bukan pekerjaan sampai nanti, paling gak, kita nikmatin selama maksimal sepuluh tahun kedepan lah."

Dika terhenyak, dia ga menyangka Tomi berani masuknke dunia yang penuh dengan resiko seperti itu. Tapi melihat kemewahan dan ekonomi Tomi yang semakin membaik membuat hatinya menjadi bimbang.

"Gimana tertarik?" Tanya Tomi.

"Buset, emang mutusin hal besar seperti ini semudah nyalain rokok?"

"Gue suka analogi lu, anti mainstream. Bukan lagi semudah membalikkan tangan." Kata Tomi sambil menjentikkan ibu jari dan jari tengahnya.

"Gue ga ada keberanian buat itu anying." Kata Dika.

"Wuppppsss, kenapa ga berani. Atau jangan jangan kau masih perjaka? Ga pernah emel?" Selidik Tomi.

Dika hanya menunduk dan mengangguk.

"Kerennn. Brooooo. Lu emang keren umur udah 21 tahun tapi ga pernah emel. Gue aja enek pertama kelas dua SMU." Ujar Tomi yang lagi lagi ketawa renyah. " Udah lu pikirin aja, seperti kataku ini bukan nyari duit long termasuk, kau bisa sewaktu waktu cut off kalau kau merasa udah cukup."

"Gue pikirin deh." Jawab Dika lesu.

"Okeeeee, selamat mikir. Gue cabut dulu. Natr lu call gue aja kalau udah manteb." Jawab Tomi.

"Woy, bayarin nih." Kata Dika sambil menunjuk makanan dan minuman yang ada dimeja.

"Buset lua yang makan gue yang bayar?"

"Yaelah lu katanya tajir."

Ganti Tomi yang bersungut.

"Woy, mana katanya lu mo ngasih pinjeman." Kata Dika lagi.

Tomi berbalik dan merogoh saku celananya dan memberikan kepada Dika.

"Anying, dua rebu perak, lu kira gue ngemis."

Tomi ngeloyor sambil ketawa ngakak. Dan ga lama kemudian terdengar notifikasi di ponsel Dika. Dan matanya sedikit terbuka ketika dia melihat notifikasi mobile banking nya menerima transferan sebesar lima juta rupiah.

"Anying banyaknya, gue mana sanggup bayar kalau sebanyak ini."

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca