Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
DISANDERA PARA WANITA

DISANDERA PARA WANITA

Osher Itr | Bersambung
Jumlah kata
92.6K
Popular
10.8K
Subscribe
596
Novel / DISANDERA PARA WANITA
DISANDERA PARA WANITA

DISANDERA PARA WANITA

Osher Itr| Bersambung
Jumlah Kata
92.6K
Popular
10.8K
Subscribe
596
Sinopsis
18+PerkotaanSekolahUrban21+Harem
Doni, mahasiswa semester akhir yang tampan, pendiam, dan dikenal baik-baik saja di mata keluarganya, ternyata menyimpan tekanan yang nyaris membuatnya runtuh. Target kelulusan, skripsi yang tak kunjung selesai, serta ekspektasi tinggi dari orang tua membuat Doni sering terjaga di malam hari… dalam sepi yang mengguncang batin. Segalanya berubah ketika ia pindah ke apartemen kecil bernama Serenity Park 1. Di sana, hidupnya perlahan menjauh dari realita yang dulu ia kenal. Ia mulai membohongi keluarganya, melupakan kampus, dan terlalu larut dalam dunia baru yang… penuh godaan. Satu per satu wanita datang dalam hidupnya. Bukan untuk mencintainya. Tapi untuk menangis, bercerita, mencurahkan luka yang tak bisa disembuhkan oleh siapa pun—kecuali Doni. Dengan tatapan lembut dan telinga yang selalu siap mendengar, Doni menjadi pelarian bagi mereka. Namun luka… kadang membutuhkan sentuhan lebih dari sekadar kata. Doni mulai kehilangan kendali. Ia tak lagi tahu siapa dirinya. Semua wanita yang mengelilinginya memiliki topeng dan rahasia masing-masing—dan satu per satu topeng itu mulai lepas. Tapi ketika Doni ingin keluar dari pusaran itu… Satu wanita berbisik di telinganya, “Don ...."
Bab 1

Tanah pemakaman belum kering. Pelayat juga masih ada yang berdatangan.

Laki-laki bernama Doni Alfredo Diansyah baru saja kehilangan ibuya, setelah berjuang melawan sakit beberapa tahun terakhir.

“Ibu sudah tidak sakit lagi.” Gumam Doni, sambil memeluk foto ibunya. Dia teringat kata-kata ibunya dulu watu mengantar sekolah, “laki-laki pantang menangis nak.”

“Maafkan Doni bu. Doni menangis kehilangan ibu.” katanya lirih. Dia berjalan keluar kamar, menuju ruang tengah. Ayahnya masih di depan, menemui para pelayat. Doni tidak ke depan. Dia tidak kuat lagi, kalau harus bertemu orang dan menceritakan bagaimana ibunya meninggal. Dia berjalan ke ruangan lain.

Mengambil gelas dan menuangkan cairan bening ke dalamnya.

“Ingat ya mbak. Bagian laki-laki itu lebih banyak daripada perempuan! Lagian mbak, suaminya juga sudah kaya.” Kata Ari, kakak kedua Doni.

“Enak saja. Sekarang sudah zaman emansipasi wanita. Semua sama di mata hukum!” Sahut Celine, kakak pertama Doni.

“Mbak pembagian waris itu memakai hukum agama. Dan laki-laki itu mendapat bagian dua pertiga.” Ari mulai menaikan nada bicaranya.

“Gak! Harus adil. Kamu 40, mbak 40, Doni 10 dan ayahnya 10. Pas 100 persen bukan?” Celine kembali menggunakan prespektifnya. Dia memang dari dulu selalu jeli dalam perhitungan keuangan.

Ari menggeleng pelan. “Tidak bisa mbak. Aku harus dua pertiga. Itu sudah tertulis. Dasar hukumnya jelas. Lagian ibu juga gak keberatan.”

“Kalau kamu dua pertiga, lalu berapa anak pungut si Doni itu? mau juga dua pertiga. Sialan kamu ya. Pokoknya kita bagi rata, 40 persen dan 40 persen. Titik !”

Doni geram mendengar kedua saudaranya itu sudah bertengkar perihal hak waris. Padahal mereka baru saja pulang dari pemakaman. Air putih yan seharusnya bisa memalumkan keronggkongan, kini tiada lagi bisa palum.

Doni bergerak menuju kedua kakaknya di ruangan tengah tersebut.

“Mbak Celine, Kak Ari. Ibu baru saja meninggal. Apa kita tidak bisa berkabung dulu?” Ucap Doni pada kedua kakaknya.

Mendengar Doni yang sok bijak itu, Celine langsung berdiri. Menghampiri Doni.

“Heh anak pungut. Lancang sekali ya congormu itu. Kamu gak merasakan penderitaan kami merawat ibu selama ini hah? Kamu selalu beralasan kuliah dan tidak pernah pulang, makanya mulutmu melacur seperti itu!”

Doni menggertakan giginya “Mbak, aku kuliah di luar kota. Kalau libur juga selalu pulang. Lagian merawat ibu adalah kewajiban kita. Ibu dulu juga merawat kita waktu bayi. Mengapa mbak merasa menjadi orang yang paling menderita seperti itu?”

Ari, si kakak kedua Doni mendekat. “Kamu lahir saat semua sudah ada ya! Tidak tahu penderitaan ibu dulu bagaimana! Makanya bisa lancang mulutmu.

Doni menoleh ke kakak keduanya. “Apa hubungannya dengan masa lalu kalian, kak? Ibu ku juga ibu kalian juga. Ibu baru tiada, jangan menambah masalah!”

“Memang ibu ku sama dengan ibumu, tetapi ayahmu beda dengan ayah kami! Kamu hanya anak pungut bersama ayahmu yang tiada berguna di depan.” Ucap Celine.

Memang, Ari dan Celine adalah anak dari ibunya dengan suami sebelumnya. Mereka merintis bisnis bersama, dengan modal dari kakek mereka. Keluarga Diansyah. Membangun bisnis dan membesarkan bersama. Saat bisnis mereka sedang di puncak, suami ibu Doni sebelumnya meninggal. Lalu beberapa bulan sesudah masa Idah selesai ibu Doni menikah dengan ayahnya. Dari sana, kedua kakaknya selalu menaruh curiga.

Ada skenario jahat antara ibunya dengan ayah Doni. Atau ayah tiri mereka. Meski itu juga tidak pernah terbukti kebenerannya. Namun, kebencian mereka pada ayah Doni juga Doni sudah mendarah daging.

“Sudah. Kalian kenapa malah bertengkar, ayo kedepan ada tamu banyak.” Sahut Roni Aji Daryono, ayah Doni. Juga ayah tiri kakak Doni tersebut.

“Apa hak Oom melarang? Kami mau membagi warisan sekarang. Setelah itu, kita gak akan datang kesini lagi. kita sudahi saja hubungan keluarga ini. Lagian, semua juga karena ibu. Dan, sekarang ibu sudah tiada. Maka, seharusnya hubungan keluarga kita juga sudah tiada pula!” Ucap Celine. Tanpa ada sopan santun pada ayah tirinya. Dia memang tidak pernah menganggap Roni adalah ayahnya.

“Lancang kamu ya!” kata Roni mengangkat tangan, yang tentu saja langsung dipegang oleh Ari.

“Jangan main kasar tua bangka. Kau sebentar lagi juga mau menyusul ibu, bukan?” Kata Ari, membuang tangan Roni ke samping.

Mendengar itu Doni tentu tidak terima. Dia langsung memukul kakaknya itu. Ari membalas, hingga terjadi perkelahian singkat yang terpaksa harus dipisah oleh para tamu yang hadir.

“Sudah..sudah..kalian. Malu.” Titah Roni, membubarkan pertengkaran mereka sekaligus memisahkan keberadaan mereka karena setelahnya semua masuk ke kamar masing-masing. Meski Celine sangat jarang tidur disana, karena dia mempunyai rumah yang mewah di Surabaya Barat. Sedangkan Ari juga baru kali ini masuk ke kamar yang disediakan untuknya dalam 3 tahun terakhir atau sejak ibunya sakit.

Doni masuk ke kamar. Melanjutkan tangisan. Menyumpahi kedua kakaknya. Mereka tetap tidak menerima kehadiran Doni sampai saat ini. Dan menganggap Doni adalah orang lain dalam hidup mereka.

Seminggu berlalu, Doni pamitan ke ayahnya untuk kembali ke kampus. Dia sudah berjanji ke mendiang ibunya bahwa dia akan lulus cepat dan segera membuktikan ke keluarga besar kalau dia bisa dapat kerja yang bagus tanpa embel-embel dari keluarga mereka.

Selama ini Doni tinggal di asrama mahasiswa yang disediakan kampus. Disana, dia selalu mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pihak asrama. Doni juga aktif di organisasi kampus, bahkan dia pernah menjabat ketua BEM fakultas, periode lalu.

IPKnya juga selalu diatas 3,8. Dan setelah sekian lama, dia harus memutuskan untuk pindah dari asrama. Selain kebijakan pengelola asrama kampus yang memang membatasi setiap mahasiswa hanya bisa menempati asrama maksimal 3 tahun. Agar bisa dihuni oleh mahasiswa lainnya, karena jumlah kamar yang disediakan terbatas.

Doni sendiri sudah 3 tahun di asrama tersebut. Maka, pilihan untuk pindah adalah bijak. Selain itu, di asrama juga selalu ramai. Tidak kondusif untuk dirinya yang tengah butuh keheningan agar bisa berkosentrasi mengerjakan tugas akhir.

Dia tidak ada pengalaman tinggal sendiri juga tidak ada pengalaman dalam mencari tempat tinggal. Meski hal itu kini mudah karena tinggal searching saja di internet. Berbekal Share Loc dari sahabatnya—Anton, Doni mendatangi apartemen murah. Yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus apabila naik kendaraan. Doni mendatangi apartemen itu. Kata Anton itu adalah apartemen dengan harga bersahabat.

Sebelumnya Doni sudah melihat-lihat ulasan juga penampakan apartemen itu di Google. Dia merasa cocok. Maka, hari ini dia memutuskan kesana. Survei sekaligus kalau cocok langsung dia tempati.

Apartemen itu biasa saja sebenarnya. Ada tiga lantai, dengan setiap lantai terdiri dari 5 unit. Ada taman kecil di depan dengan pohon mangga, jambu dan duku. Terdapat parkiran bersama di depan, lalu kamar mandi, jemuran yang bisa digunakan bersama diluar. Tentu, di dalam setiap unit juga memiliki kamar mandi, dapur minimalis dan tempat tidur. juga Mendekati ke sederhana kalau dari dekat.

Namun letaknya yang harus masuk ke gang dulu dan dekat dengan sungai membuat Doni menyukainya. Siang itu yang depan gang atau jalan raya utama sangat ramai, di apartemen tersebut hening dan sejuk.

“Ini adalah apartemen yang cocok untuk mengerjakan tugas akhir. Bisa konsentrasi aku disini.” Gumam Doni pelan.

Dia disambut Bu Vika. Bertanya unit yang kosong dan diarahkan ke unit 03 dan 02. Doni melihat sekilas dan tanpa babibu dia langsung deal hari itu juga. Membayar lunas sewa apartemen selama satu tahun. Lalu dilanjutkan serah terima kunci dan Doni resmi menempati apartemen tersebut di unit 03.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca