Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Twilight Between the Worlds

Twilight Between the Worlds

emurbawa | Bersambung
Jumlah kata
119.4K
Popular
568
Subscribe
71
Novel / Twilight Between the Worlds
Twilight Between the Worlds

Twilight Between the Worlds

emurbawa| Bersambung
Jumlah Kata
119.4K
Popular
568
Subscribe
71
Sinopsis
HorrorHorrorKarya KompetisiUrbanSupernatural
Arga Dwinanta, seorang pelajar kelas 1 SMA yang selalu tahu bahwa dunia ini tidak hanya dihuni oleh manusia. Sejak kecil, ia bisa melihat sesuatu yang tidak seharusnya ada seperti sosok-sosok yang bersembunyi di kegelapan, bisikan samar dari lorong, jalanan, atau rumah kosong, dan tatapan tak kasat mata yang selalu mengikutinya. Awalnya ia mencoba mengabaikannya. Berpura-pura bahwa semua itu hanyalah ilusi. Sampai suatu malam, saat ia terjebak di sebuah gang sempit dan bertemu dengan “sesuatu” yang lebih dari sekadar bayangan. Saat itulah, sesuatu dalam dirinya bangkit. Arga bukan hanya bisa melihat mereka. Ia bisa melawan atau mengusir mereka.
Prolog

Langit senja telah berpendar jingga keemasan saat Arga melangkah keluar dari gerbang sekolah. Bayangannya memanjang di atas trotoar, terdistorsi oleh lampu jalan yang mulai menyala.

Sore ini terasa lebih sunyi dari biasanya. Tidak ada suara motor yang meraung di kejauhan, tidak ada obrolan para siswa yang biasanya pulang bersama. Hanya ada langkah kaki Arga yang menggema pelan di sepanjang jalan.

Entah kenapa, hari ini hatinya merasa tidak tenang. Ia juga tak tahu kenapa bisa seperti ini, bisanya ia tak pernah merasakan hal seperti ini di dalam hidupnya.

Sejak ia kecil, Arga sudah terbiasa melihat hal-hal yang tidak seharusnya ada di dunia ini. Awalnya, ia mengira itu hanyalah khayalan anak kecil semata, sesuatu yang akan hilang seiring bertambahnya usia di masa mendatang.

Tapi nyatanya, hingga ia menginjakkan kaki di SMA, pandangan itu tidak pernah benar-benar sirna di dalam hidupnya. Justru, malah semakin jelas dan tak berbayang seperti dulu.

Langkah Arga terhenti di depan gang sempit yang membelah kompleks rumah tua. Biasanya, ia tidak pernah melewati jalur ini saat pulang sekolah. Tapi kali ini, tubuhnya terasa seolah ditarik untuk masuk ke dalamnya.

Ada sesuatu di sana. Sesuatu yang terasa menunggunya untuk dihampirinya.

Jalanan sempit itu tampak gelap, lebih gelap dari yang seharusnya. Cahaya lampu jalan tidak menjangkau bagian dalam gang itu, seolah takut mendekat.

Arga menelan ludahnya, mencoba mengabaikan rasa tidak nyaman yang menggelitiki tengkuknya. Tapi kemudian, ia mendengar sesuatu.

Tap ... tap ... tap ....

Sebuah suara langkah kaki. Tapi langkah itu bukanlah miliknya, karena ia tengah berdiri dan tidak sedang berjalan.

Arga memerhatikan sekitar, suara itu masih ada. Seolah ada seseorang yang sedang berjalan di belakangnya, menyamakan ritme langkah yang sama seperti manusia.

Arga memejamkan mata sesaat, mengumpulkan keberanian sebelum menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa itu.

Kosong ....

Jalanan di belakangnya tampak lengang dan tidak ada siapa pun di sana kecuali lampu jalan yang tak sampai ke tempatnya.

“Aneh ... bukankah tadi aku mendengar suara langkah kaki yang mendekatiku, ‘kan?”

Tidak ada manusia lain di sana, tidak ada anjing liar, tidak ada kucing liar, dan tidak ada angin yang cukup kuat untuk menggerakkan benda di sekitarnya.

Hanya ada dirinya saja yang berdiri sendirian. Dengan ditemani oleh suara langkah kaki yang masih terus bergema di sana.

Arga merasakan bulu kuduknya meremang perlahan.

Ia mempercepat langkahnya, hampir berlari menuju ujung gang yang sepi itu. Tapi saat ia hampir keluar dari kegelapan, suara langkah kaki itu berhenti seketika.

Suara tersebut dengan tiba-tiba saja digantikan oleh suara lain yang jauh lebih menyeramkan, yaitu sebuah bisikan.

“Jangan tinggalkan aku sendirian ... aku takut ....”

Jantung Arga berdegup kencang seketika. Suaranya terdengar dekat, bahkan sangat dekat, seolah-olah suara itu ada di sampingnya. Namun, tak ada siapa pun di sana kecuali dirinya.

Perlahan, Arga menoleh ke sisi kanannya.

Di sana, di bayangan tembok kusam yang sudah berlumut, seseorang tengah berdiri ke arahnya. Tidak, itu bukanlah manusia. Arga bisa melihat dengan jelas bahwa sosok itu tidak memiliki wajah.

Hanya rongga kosong menganga di tempat mata dan mulut seharusnya berada, seakan wajahnya telah dihapus oleh sesuatu yang tak kasat mata.

Cahaya lampu jalan yang temaram di kala senja itu membuat bayangannya meregang panjang di tanah, bergetar seperti gelombang di permukaan air yang tenang.

Tangan sosok itu perlahan mulai terulur ke arahnya. Jari-jari panjang dan kurus dengan kuku tajam itu bergerak pelan menuju ke wajahnya, seperti laba-laba yang merayap mendekat.

Bunyi aneh terdengar, sebuah dengkuran halus yang beresonansi dengan udara di sekeliling mereka, menciptakan desisan samar yang menusuk telinga.

Udara di gang sempit itu menjadi lebih pekat, seperti ada sesuatu yang tak terlihat tengah merayap di sekitarnya.

Arga tersentak mundur, langkahnya goyah. Dadanya naik turun dengan cepat. Tapi bukan hanya ketakutan yang menggerogoti pikirannya. Ada sesuatu yang lain.

Sesuatu yang sudah lama mengendap dalam dirinya, kini muncul ke permukaan, berdesak-desakan dengan rasa ngeri yang menyelimutinya.

Jantungnya berdetak kencang, tapi bukan karena takut. Sensasi aneh itu seperti sebuah pintu yang didobrak paksa setelah bertahun-tahun terkunci.

Bayangan di sekeliling mereka mulai berubah. Hitamnya semakin pekat, seolah-olah menyelimuti sosok tanpa wajah itu. Angin yang tadi diam, kini berputar seperti tengah membawa bisikan yang nyaris tidak terdengar.

Kata-kata asing bergaung di udara, berdesir seperti suara kuku yang sedang mencakar dinding.

Arga merasa dadanya sesak. Udara di sekelilingnya menekan, mencekik seperti tangan tak kasat mata yang mencoba menariknya masuk ke dalam kegelapan.

Tapi anehnya, sudah tidak ada rasa takut di dalam dirinya. Hanya sebuah kesadaran yang perlahan muncul, seperti sesuatu yang selama ini tertidur lelap dan kini terbangun.

Matanya menatap sosok itu lekat-lekat. Napasnya masih memburu, tetapi kakinya tak lagi mundur. Ada dorongan di dalam dirinya, sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan.

Lalu, tanpa ia sadari, bibirnya bergerak dengan sendirinya. Kata-kata itu mengalir begitu saja, bukan dalam bahasa yang ia mengerti, tetapi terasa alami seolah-olah telah tertanam dalam dirinya sejak lahir.

Seketika, hawa di sekitarnya berubah. Sesuatu yang tak terlihat merayap dari tubuhnya, menyebar seperti riak di permukaan air yang tenang. Gelombang itu merambat, menyentuh udara dan pada akhirnya menghantam sosok yang ada di hadapannya.

Sosok tanpa wajah itu bergetar. Tubuhnya yang semula solid mulai beriak, seperti asap yang tertiup angin. Bentuknya berubah, memudar sebelum akhirnya meleleh menjadi kabut tipis dan menghilang dalam sekejap.

Hanya keheningan yang tersisa.

Tidak ada lagi suara langkah kaki. Tidak ada lagi bisikan.

Gang sempit itu kembali sunyi, seolah-olah kejadian tadi tidak pernah terjadi.

Arga masih berdiri di tempatnya. Napasnya belum stabil, dadanya naik-turun dengan cepat. Tangannya mengepal, masih bisa merasakan sisa-sisa energi yang tadi terpancar dari tubuhnya.

Sensasi itu belum menghilang.

Rasa hangat berdenyut pelan di ujung jarinya, mengalir dalam aliran darahnya.

Matanya menatap ke depan, menatap tangannya sendiri yang masih terasa bergetar.

Sebuah pertanyaan lalu memenuhi pikirannya.

Apa tadi itu?

Bagaimana ia bisa melakukan hal seperti itu?

Ia mengembuskan napas, mencoba meredakan degup jantungnya yang masih berdentam di dada. Tapi satu hal yang ia sadari dengan pasti ....

Kemampuannya bukan sekadar bisa melihat makhluk-makhluk itu.

Ia bisa mengusir mereka.

Langit senja yang tadi terasa menyesakkan kini terlihat lebih terang. Angin kembali berembus pelan, membawa aroma hujan yang sebentar lagi akan turun.

Tapi bagi Arga, semuanya sudah berbeda.

Ia melangkah perlahan keluar dari gang sempit itu, membawa serta satu kesadaran baru dalam dirinya.

Dunia ini lebih luas dari yang ia kira. Dan ia bukan lagi sekadar seorang anak SMA biasa.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca