Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Kembalinya Pewaris Tersembunyi

Kembalinya Pewaris Tersembunyi

Penulis Maya | Bersambung
Jumlah kata
181.9K
Popular
10.6K
Subscribe
648
Novel / Kembalinya Pewaris Tersembunyi
Kembalinya Pewaris Tersembunyi

Kembalinya Pewaris Tersembunyi

Penulis Maya| Bersambung
Jumlah Kata
181.9K
Popular
10.6K
Subscribe
648
Sinopsis
PerkotaanSlice of lifeMenantuPria DominanMiliarder
Bermula dari kejadian tiga tahun yang lalu, sebuah kecelakaan yang menimpa Jonas menyeretnya kepada pernikahan bersama seorang putri seorang pejabat dari Keluarga Gunawan yaitu Flora Gunawan. Jonas harus rela menjadi seorang menantu di keluarga itu dengan hidup penuh hinaan dan cacian dari anggota keluarga, tak terkecuali istrinya, Flo. Siapa sangka, Jonas merupakan seorang putra mahkota yang sengaja disembunyikan. Ia dibawa lari oleh ibunya saat masih di dalam kandungan demi menyelamatkan diri dari incaran musuh di dalam istana. Jonas yang tumbuh dalam keterpurukan kini harus kembali dan berjuang untuk membalas kematian sang raja dan merebut kekuasaan yang harusnya menjadi miliknya.
Bab 1

Sebuah mobil melaju membelah keramaian jalan ibukota. Di dalamnya terdapat seorang pria yang sedang mengendarai mobil sedan itu dengan dua orang penumpang di belakangnya. Pria itu nampak seperti seorang supir meski kenyataannya dia adalah Jonas, menantu dari keluarga Gunawan.

"Jonas! Cepatlah sedikit ... kau mengendarai mobil seperti keong!" bentak wanita tua berusia 56 tahun, namun wajahnya masih terlihat kencang dan awet muda dengan riasan menor menghiasi wajah angkuhnya.

"Iya, Bu ...," jawab Jonas pelan sambil menambah kecepatan mobil yang ia kendarai.

"Aku sudah lelah sekali, aku ingin segera tiba di rumah," cebik Laras.

Jonas kali ini tidak menyahut. Hinaan yang sudah biasa ia dengar membuat telinganya kebal.

Sudah menjadi aktivitas harian Jonas untuk mengantar dan menjemput anggota keluarga Gunawan. Seperti hari ini, dia harus menyupiri ibu mertuanya dan iparnya pergi berbelanja.

Sukma, wanita paruh baya adalah mertua dari Jonas. Kini wanita itu tengah berbincang seru dengan putri pertamanya yang bernama Laras tanpa sekalipun memedulikan kehadiran Jonas di dalam mobil. Mereka menikmati minuman yang mereka beli di pusat perbelanjaan untuk teman perjalanan pulang mereka di mobil.

Hingga kejadian tak terduga, saat seekor kucing melintas tanpa permisi. Jonas dengan sigap langsung menginjak rem.

"Menantu kurang ajar! Kamu sengaja ya," geram Sukma membuka mulutnya karena bajunya tertumpah minuman yang ia bawa.

"Shit! Dasar ipar nggak berguna!" umpat Laras membelalakan matanya ke arah supir.

Jonas buru-buru berbalik dan menoleh ke arah asal suara. “Maafkan saya, Bu, Kak ….”

"Jangan kau pikir karena kakimu cacat, aku memaafkanmu ya!" teriak Sukma.

“Hei Jonas, lihatlah ini! Baju baruku kotor karena minuman ini tumpah ke bajuku!” pekik Laras.

Sukma dengan emosi menunjuk-nunjuk wajah Jonas yang tertunduk lesu. “Aku akan melaporkan kejadian ini kepada suamiku. Kau menantu yang tidak berguna sama sekali. Bahkan menjadi supir pun tidak becus!”

“Malang sekali hidup adikku, menikahi pria bodoh sepertimu!” tambah Laras.

Jonas menghela napas pelan sebelum akhirnya ia membalikkan tubuhnya lagi dan fokus menatap jalan di hadapannya. Tangannya menggenggam erat setir mobil menahan emosi yang bergejolak di dadanya. Lagi dan lagi, ia harus mendengar cacian dan omelan dari ibu mertua dan kakak iparnya.

“Maafkan, saya,” lirih Jonas.

Sekali lagi, Jonas membuang napas beratnya sebelum kembali menjalankan mobilnya itu sambil sesekali melirik kedua wanita di belakangnya yang masih mengomel dan merendahkannya melalui spion penumpang yang ada di atas kepalanya.

****

Sesampainya di kediaman Gunawan, Sukma dan Laras melenggangkan kaki dengan santai memasuki rumah mereka.

Siapa lagi kalau bukan Jonas yang pada akhirnya menjadi kuli angkut barang belanjaan. Dengan langkah pincang, Jonas membawa belanjaan yang banyak masuk ke dalam rumah.

Tiga tahun yang lalu, sebuah kecelakaan telah membuat dirinya harus kehilangan kaki kirinya dan digantikan dengan kaki palsu. Sebuah kekurangan yang menjadi bahan hinaan dan cacian di Keluarga Gunawan.

"Taruh semua belanjaan itu di sana!" tunjuk Sukma memerintahkan kepada Jonas.

Jonas mengiyakan sambil terus mengangkut barang belanjaan milik dua orang wanita menyebalkan baginya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk, buru-buru Jonas menaruh belanjaan dan membuka pintunya.

Mata Jonas membulat, dia sedikit terkejut melihat sosok gadis yang kurus dan terlihat dekil berdiri di hadapannya.

"Mas Jonas ...."

Jonas tak bisa berkata-kata, dia bergeming hingga sosok Sukma muncul di balik punggungnya dan melewatinya.

"Coba lihat, sepertinya kita kedatangan tamu yang tidak diundang!" serunya sambil mengangkat alisnya sebelah. Tangannya terlipat di depan dadanya.

Jonas dengan cepat tersadar. "Nuri ...," desisnya masih tak percaya melihat adiknya ada di hadapannya.

Nuri tahu, dirinya tengah dihina. Gadis itu hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Jonas, apa kau mengundang adikmu tanpa sepengetahuanku?" tanya Sukma. Wajahnya nampak angkuh memandang gadis di hadapannya.

Jonas melirik ibu mertuanya, sesaat kemudian mata Jonas beralih ke arah adiknya lagi. Ia merasa terkejut melihat penampilan Nuri yang seperti tidak terawat dan lusuh.

Tiga tahun, dia sudah tidak pernah bertemu dengan adiknya itu. Sejak pernikahannya dengan Flo. Perjanjian untuk memutus hubungan dengan keluarganya dengan syarat keluarganya akan diurus oleh Keluarga Gunawan kini seakan tidak pernah ada.

"Ada apa, Nuri?" tanya Jonas dengan suara parau.

"I ... ibu, ibu kita, Mas ...." Nuri yang sedari tadi menahan air matanya kini tidak bisa lagi membendung kegelisahan hatinya.

Jonas melirik ke arah ibu mertuanya yang memalingkan wajahnya saat di tatap Jonas. Jonas mengangkat dagu sang adik. "Ibu kenapa?"

"Ibu sakit parah, Mas," jawabnya diiringi isak tangis.

"Kalau kamu tahu ibumu sakit, kenapa malah kemari hah? Bukannya dibawa ke ruang sakit," celetuk Sukma dengan sinis.

Laras keluar dari dalam, berdiri tepat di sebelah ibunya kemudian menarik sudut bibirnya. "Dasar keluarga miskin! Kamu pasti kemari karena mau minta uang, kan? Kamu pikir keluarga ini bank apa!" cibir Laras.

"Kalian berdua, tolong hentikan!" tegur Jonas. Rasanya hatinya mulai panas mendengar kabar ibunya sakit keras dan melihat adiknya kurus tak terurus. Dia menatap tajam ke arah ibu mertuanya. Harusnya dia tidak pernah percaya dengan Keluarga Gunawan.

"Kau berani meneriakiku, dasar orang miskin tak tahu diri!" Mata Sukma melotot sambil berkacak pinggang, ia keluar dari pintu rumahnya menatap Jonas dan Nuri dengan sengit.

"Ibu, bukankah diantara kita ada perjanjian? Apa perlu aku mengungkit semuanya?" ucap Jonas dengan nada mengancam.

"Jonas, kau jangan melewati batas!" tangan Sukma mulai melayang ke wajah Jonas.

Nuri cukup terkejut melihat kakaknya mendapat perlakuan seperti itu dengan mertuanya sendiri.

"Nyonya, tolong maafkan saya! Harusnya saya tidak datang kemari membuat kericuhan ini," ucap Nuri merendah. Ia tak tega melihat kakaknya disakiti.

"Hah, kau tahu itu. Jangan pernah berpikir kami ini pohon uang untuk keluarga miskin seperti kalian!" Laras mendorong tubuh Nuri sehingga adik Jonas itu terhuyung dan mundur beberapa langkah.

"Hei, jangan pernah kau bersikap kasar dengan adikku!" bentak Jonas nadanya semakin meninggi.

Jonas menarik Nuri menyembunyikannya di belakang tubuhnya. Seolah menjadi tameng untuk adiknya itu.

"Kalian punya hati nggak, sih? Ibuku sedang sakit, paling tidak jika kalian tidak mau membantu keluarga kami. Tolong jangan main tangan dong!" protes Jonas sekali lagi.

"Apa, hah? Kau mau apa?" Sukma semakin berani maju mendekat ke arah Jonas. "Kau dan adikmu mau mengancam kami lagi? Mau menuntut kami dengan alasan Flo telah menabrakmu? Sungguh, tidak tahu diuntung!" Sukma dengan kasar menyepak kaki palsu Jonas di sebelah kiri hingga Jonas yang kini terjatuh.

Sukma dan Laras tertawa terbahak-bahak melihat Jonas bak pria tak berdaya di hadapan mereka.

"Mas Jonas ...." Nuri menangisi kakaknya yang mengerang kesakitan.

Jonas semakin tak tahan mendengar cemooh ibu mertuanya itu. Kali ini, rasanya dia sudah tidak bisa menahan dirinya terus menerus direndahkan. Dengan penuh amarah yang meluap, dia bangkit perlahan dan menatap sengit ibu mertuanya.

"Keluarga Gunawan bertanggung jawab penuh dengan ini semua tapi kalian justru melupakan janji kalian. Tega sekali kalian dengan keluargaku!" ucap Jonas.

"Dasar keluarga pe-nge-mis!" balas Laras tak kalah sengit.

"Pengemis? Hah ... kalau begitu, biarkan pengemis ini pergi dari rumah ini," ucap Jonas dengan suara lantang mencoba memberanikan diri berhadapan lagi dengan mertuanya.

"Aku rasa perjanjian diantara aku dengan keluarga ini sudah berakhir. Kalian tahu kenapa? Karena sedikitpun tidak pernah keluarga ini bertanggung jawab kepadaku dan keluargaku. Aku akan mengajukan perceraikan dengan putrimu!" ancam Jonas kepada Sukma.

Sukma dan Laras tertawa mengejek. "Lihatlah, si cacat ini!" ledek Sukma.

"Upps, apakah dia marah, Bu? Seram sekali ...." Laras menutup mulutnya dengan tangannya, wanita itu semakin menjadi-jadi menghina Jonas.

"Hei, Jonas! Jangan mimpi jika kau berharap aku akan memohon agar kau kembali bersama putriku, Flo. Sekarang pergilah dan jangan kembali! Lebih baik Flo menjadi janda daripada menikahi pria cacat dan miskin sepertimu!" cemooh Sukma sambil menaikkan alisnya satu.

"Ayo kita pergi dari sini! Orang-orang disini tidak ada satupun yang punya belas kasih!" ucap Jonas menarik tangan Nuri meninggalkan Sukma dan Laras begitu saja.

****

Jonas akhirnya mengajak Nuri pulang ke rumah mereka yang dulu. Jonas ingin menengok ibu kandungnya, Nyonya Yessi Baginya sekarang, yang lebih penting adalah kesehatan sang ibunda.

"Maafkan aku sudah membuat kekacauan di rumah mertua, Mas. Aku benar-benar bingung harus berlari ke mana. Aku pikir, keluarga dari istri Mas Jonas bisa menolong," ucap Nuri penuh penyesalan.

Jonas menggeleng lemah. Dia memegang pundak sang adik. "Masalah pertengkaranku dengan mertuaku jangan dipikirkan. Kita harus segera membawa ibu ke rumah sakit biar di periksa oleh dokter," ucap Jonas sambil menoleh dan melihat kondisi ibunya yang tertidur.

Wajah pucat dengan tubuh kurus membuat hati Jonas merasa tercabik.

"Tapi bagaimana dengan biayanya nanti, Mas?" Mata Nuri menatap Jonas dengan berkaca-kaca.

Jonas terdiam sesaat. Ia sedang memikirkan jalan keluar dari masalahnya ini. Dia sendiri juga tidak memiliki uang karena tidak bekerja akibat kecelakaan tiga tahun silam.

Bagaimanapun meminta uang kepada Keluarga Gunawan adalah hal mustahil. Jonas sungguh dibuat murka oleh ibu mertua dan iparnya. Ia merasa dikhianati oleh Keluarga Gunawan karena perjanjian diantara mereka ternyata hanya dirinya saja yang menjalankan, sementara mereka tidak.

Jonas beralih ke kursi di ruang tengah. Duduk sambil sesekali mengacak-acak rambutnya. Jalan pikirannya sedang buntu. Ia mengecek ponsel miliknya, memandangi nomor-nomor kontak di sana. Hingga berhenti di nomor seseorang.

Dengan ragu, Jonas menekan tombol panggilan.

"Hallo, aku butuh bantuan!"

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca