Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
NIKAH DULU, CINTA BELAKANGAN!

NIKAH DULU, CINTA BELAKANGAN!

moccachino | Bersambung
Jumlah kata
107.4K
Popular
20.4K
Subscribe
835
Novel / NIKAH DULU, CINTA BELAKANGAN!
NIKAH DULU, CINTA BELAKANGAN!

NIKAH DULU, CINTA BELAKANGAN!

moccachino| Bersambung
Jumlah Kata
107.4K
Popular
20.4K
Subscribe
835
Sinopsis
PerkotaanSekolahSi GeniusIdentitas TersembunyiCinta Sekolah
Menjadi ketua OSIS, juara satu sekolah, dan anak geng motor bukan kombinasi yang biasa, tapi Reno Wicaksono selalu hidup di antara dua dunia. Ia pikir sudah menguasai segalanya, sampai sebuah perintah dari ayahnya mengubah jalan hidupnya. Reno harus menikah. Dengan Maura. Gadis manja yang selalu memandangnya sinis di sekolah, dan yang lebih parah, sudah punya pacar. Bagi Reno, ini awal dari kekacauan... atau mungkin, awal dari sesuatu yang tak pernah ia bayangkan, jatuh cinta. Di balik hubungan yang harus dirahasiakan, Reno mulai melihat sisi Maura yang tak pernah ia duga. Tapi bagaimana jika masa lalu dan reputasinya sendiri menjadi tembok yang menghancurkan semuanya?
KEJUTAN PAGI HARI

“Apa? Papi bercanda, kan?!”

Reno hampir memuntahkan jus jeruk yang baru saja diteguknya. Wajahnya yang biasanya cuek, kali ini mendadak panik. Mata cokelatnya membelalak, rahangnya menggantung setengah.

Tapi Papi nggak tertawa. Nggak juga tersenyum. Bahkan alisnya pun tetap datar seperti garis lurus di ujung jembatan maut.

Pria itu duduk tegak di ujung meja makan yang panjang dan dingin seperti suasana pagi ini. Setelan jas rumahnya tetap rapi, lengkap dengan sapu tangan kain di saku dada. Rambutnya tersisir ke belakang, nyaris tanpa cela. Ada aura galak tapi elegan dari sosok itu, macam mafia Italia tapi versi Indonesia yang nyaris selalu menang tender proyek.

“Papi kelihatan kayak mafia yang abis menang lelang gedung DPR,” Reno membatin getir.

Dengan nada berat dan datar, Papi berkata, “Ini keputusan. Bukan diskusi.”

Reno menggeser kursinya ke belakang, tangan menekan meja. “Tapi kenapa, Pi? Aku baru tujuh belas! Aku bahkan belum daftar kuliah!”

“Justru karena itu. Sebelum kamu kelewat liar, sebelum kamu bikin masalah lagi... Papi mau kamu stabil. Dan Maura pilihan terbaik.”

Maura?

Reno terdiam. Nama itu kayak guntur mendadak di siang bolong.

Maura, si cewek yang selalu nyinyir kalau Reno lagi lewat lorong sekolah. Cewek jutek dengan poni miring dan pacar manis idola satu sekolah. Maura yang benci cowok tukang gombal, tukang telat, dan well cowok kayak Reno.

Reno ingin tertawa, tapi tenggorokannya kering.

“Maura? Yang itu?” ulangnya, masih berharap Papi salah sebut nama.

Papi menatapnya tajam, seperti biasanya saat Reno dapat rapor dengan nilai 98 padahal targetnya 100.

“Ya. Dia anak teman lama Papi. Dan kalian akan menikah minggu depan. Secara agama dulu.”

Boom.

Kalau ini film, mungkin sekarang layar akan gelap dan tulisan to be continued muncul besar-besar.

Reflek Reno berdiri dengan kasar, kursi makan bergeser hingga menimbulkan bunyi gesekan yang bikin ngilu. Tangannya mengepal di sisi tubuh, napasnya ngos-ngosan kayak habis lari keliling lapangan sekolah lima putaran.

“Astaga… ini gila,” gumamnya sambil berjalan menjauh dari meja.

“Aku masih tujuh belas, Pi! Baru naik kelas dua SMA! Aku bahkan belum punya SIM, belum punya KTP, belum paham pajak penghasilan!”

Dia berjalan bolak-balik seperti singa kelaparan di kandang. “Orang lain ngerayain sweet seventeen dengan party, lilin, dan lagu-lagu mellow. Aku? Aku malah disuruh akad?!”

Matanya melirik ke arah Papi-nya yang masih duduk tenang dengan ekspresi setajam silet.

“Dan kenapa harus Maura, sih?! Yang lain kek. Maura tuh nggak suka aku. Aku juga nggak suka dia. Kita kayak... air sama oli. Gak bisa nyatu. Satu dikocok, satu tumpah!”

Tanpa menunggu jawaban, Reno menyambar jaket kulitnya yang tergantung di kursi dan melangkah keluar rumah.

Angga Wicaksono, papi Reno itu pun menghela napas berat, menatap pintu yang baru saja dibanting oleh anaknya.

Di sampingnya, Gina, sang istri, langsung menyentuh lengannya dengan lembut. “Sabar, Mas Angga. Kita bicarakan ini pelan-pelan.”

Tapi Angga hanya menggeleng pelan. Rahangnya mengencang, menunjukkan sisa-sisa kesabaran yang mulai menipis.

“Gak bisa, Sayang. Mas udah sakit kepala lihat tingkah Reno. Mas harus nikahin mereka biar Reno bisa belajar dari Maura. Anak itu terlalu bebas. Terlalu liar. Satu-satunya cara biar dia tahu tanggung jawab, ya ini.”

Gina menatap suaminya, sejenak terdiam. Matanya penuh kekhawatiran.

“Mas yakin ini jalan yang benar?”

Angga memejamkan mata sebentar sebelum menjawab. “Ya... ini satu-satunya jalan.”

Angin pagi hari menyapu wajah Reno saat ia memutar gas motornya.

Moge Ducati merah menyala itu meraung kencang di jalanan kompleks elite, mengganggu ketenangan pagi hari yang baru mulai. Helm hitamnya dibiarkan terbuka, menampakkan wajah kesal yang masih belum bisa menerima kenyataan absurd tadi.

"Nikah?"

Suara itu masih terngiang di kepala, seperti kaset rusak yang muter terus-menerus.

Di tikungan terakhir sebelum flyover, Reno makin menambah kecepatan.

120.

130.

140.

Suara knalpotnya menggelegar, membelah pagi. Seolah-olah makin keras suara motornya, makin kecil masalah di kepalanya.

"Gila. Gila. Ini konyol banget!"

Ia melintasi jalan yang biasa dilewati anak-anak SMA-nya, lalu berbelok ke gang besar menuju sebuah bangunan tua bekas gudang. Di situlah markas kecil geng motornya, tempat pelarian, tempat kabur dari segala aturan rumah dan sekolah.

Begitu sampai, suara motor Reno langsung mengundang sorakan dari dalam.

“Woiii! Ketua OSIS datang, bro!” teriak Raka, cowok jangkung dengan rambut cepak pirang keperakan.

Reno mematikan mesin motornya dan melepas helm dengan kesal. “Jangan panggil gue ketua OSIS sekarang. Gue lagi gak mood jadi panutan siapa-siapa.”

Riko, si tukang bercanda, langsung menyodorkan botol soda dingin. “Santai, bro. Masalah cewek, ya?”

Reno mendengus, duduk di sofa lusuh yang jadi saksi bisu banyak obrolan absurd. “Masalah hidup, bro. Gue disuruh nikah.”

Semua anak gengnya langsung hening. Bahkan lagu rock yang tadi diputar dari speaker tua terasa kayak berhenti mendadak.

“Lo disuruh apa?” tanya Raka setengah ketawa.

“Nikah. Minggu depan. Sama Maura. Si cewek itu anak kelas dua IPA, pacarnya Abimanyu.”

Riko terbatuk karena shock. “Yang jutek itu?!”

Reno menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Yup. Cewek yang nggak pernah berhenti nyinyir tiap gue lewat. Dan lo semua tahu, dia benci banget sama gue.”

Raka melipat tangan di dada, lalu bersiul pelan. “Lo bakal jadi suami orang di usia tujuh belas. Gokil, bro. Gokil banget.”

Reno mengangkat wajah, menatap langit-langit gudang. "Gue belum siap. Gue bahkan belum tahu cara nyuci baju sendiri, bro."

Begitu Reno selesai ngomong, reaksi teman-temannya nggak langsung simpati. Justru sebaliknya, tertawa pecah seperti bom waktu.

“GILA!”

Riko terpingkal-pingkal sampai hampir jatuh dari bean bag buluk. “Reno Wicaksono! Ketua OSIS! Anak geng motor! Suami anak IPA yang paling songong sedunia! Ini... ini legend banget!”

Raka bahkan sampai tepuk-tepuk lantai. “Bro, seriusan. Hidup lo udah kayak sinetron jam lima sore. Tinggal nunggu soundtrack-nya aja.”

“Eh, eh, gimana kalau kita ngerjain tuh cewek nanti?” celetuk Tofan, si cowok paling jahil di antara mereka. “Kasih dia prank kawin kontrak, terus kita rekam reaksinya! Viral, men!”

Reno diam. Nggak ketawa. Nggak juga marah. Cuma menatap kosong ke depan sambil memeluk lutut.

Anak-anak langsung ngeh, suasana mulai ngambang.

Raka ngelirik Riko. “Eh, udah deh, jangan bercanda gitu. Reno beneran stress, bro.”

Di tengah kepulan asap rokok dan bau khas gudang yang dicampur tawa-tawa sisa, beberapa dari mereka asik ngehisap rokok sambil ngelap keringat pakai kaus masing-masing. Riko ngebuka gelas ale-ale rasa jambu dan ngasih satu ke Reno.

“Nih, buat nyegerin otak, bro.”

Tapi Reno malah ngangkat tangan pelan, nolak minuman itu.

“Gue gak pengen ale-ale... gue pengennya Yupi. Yang burger-burger-an itu.”

Mereka semua melongo.

“Serius, bro?” Tofan nyeletuk, setengah ngakak. “Lo butuh terapi gula anak TK sekarang?”

“Gue perlu sesuatu yang gak bikin gue inget realita. Dan Yupi tuh... ngingetin gue sama masa kecil yang tenang. Masa di mana... nikah cuma ada di sinetron.”

Riko ngebuka tas kresek bekas jajanan yang selalu nongkrong di markas dan nyodorin satu bungkus Yupi burger. “Nih, stok darurat.”

Reno langsung nerima, buka pelan-pelan, dan mulai ngunyah sambil memejamkan mata.

"Ah... rasa tenang. Rasa masa kecil."

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca