Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
WARISAN GAIB DARI KAKEK

WARISAN GAIB DARI KAKEK

RUDZHAR | Bersambung
Jumlah kata
89.5K
Popular
979
Subscribe
70
Novel / WARISAN GAIB DARI KAKEK
WARISAN GAIB DARI KAKEK

WARISAN GAIB DARI KAKEK

RUDZHAR| Bersambung
Jumlah Kata
89.5K
Popular
979
Subscribe
70
Sinopsis
PerkotaanAksiGangsterSpiritualMonster
Hidup tenang seorang pemuda kampung berubah saat warisan misterius dari kakeknya terbangun di waktu yang telah ditentukan. Tanpa disadari, pemuda itu mewarisi khodam seekor macan raksasa penjaga garis keturunannya. Sejak saat itu, ia terlibat dalam pusaran konflik dunia gaib yang selama ini tersembunyi di balik keseharian desa.
Bab 1

"Arka!!" terdengar suara dari luar pintu kamar. Ibu Arka membangunkan putra semata wayangnya untuk melaksanakan salat subuh.

Pukul 05.30, dengan mata yang masih berat, Arka melirik jam dinding. "Iya, Bu," jawabnya malas sambil bangkit dari ranjang berukuran 180x200, lalu melangkah keluar kamarnya.

"Cepat ambil air wudhu, habis salat sarapan dulu, setelah itu antar Ibu ke pasar," titah Ibu Farida sembari melihat Arka berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.

"Baik, Bu," sahut Arka lirih, lalu membuka pintu kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, setelah selesai beribadah, Arka menuju meja makan dan mulai menyantap nasi goreng dengan telur mata sapi.

"Bu, ini kan hari Minggu. Kenapa Bapak belum pulang?" tanya Arka sambil melahap sarapannya.

"Bapakmu kemarin sebelum berangkat kerja sudah berpesan ke Ibu, nanti Paman dan Bibi mau berkunjung," jawab Ibu Farida sambil mencuci piring.

"Ya sudah, Bu. Arka mau panaskan motor dulu," ucap Arka sembari berjalan ke ruang tamu dan membuka pintu rumah. Ia lalu menuntun motor bebek keluaran 2008 ke teras rumah.

Di kampung Arka, suasananya masih asri dan cukup dingin karena dekat dengan gunung di Jawa Barat. Setelah memanaskan motor, Arka masuk kembali ke rumah untuk memanggil ibunya. "Bu, ayo sudah siap, tinggal berangkat," teriaknya dari ruang tamu.

Kini Ibu Farida sudah duduk di atas motor, dan Arka melajukan kendaraannya perlahan melewati jalan desa yang hanya selebar 2 meter menuju pasar tradisional. Di perjalanan, beberapa warga terlihat berjalan menuju kebun dan sawah, karena mayoritas warga di sana menggantungkan hidup dari bertani.

"Bu Farida, mau ke mana?" sapa Bu Maya, penjaga warung kopi yang melihat mereka melintas.

"Ini, Bu, mau ke pasar. Mari, Bu," jawab Ibu Farida ramah. Setelah 30 menit, mereka tiba di Pasar Kiwi, Jawa Barat.

"Kamu tunggu di sini. Ibu mau belanja dulu ke dalam," perintah Ibu Farida di parkiran belakang pasar.

"Iya, Bu. Arka mau ngopi dulu di warung sebelah sana," jawab Arka, lalu berjalan ke arah warung. "Permisi, Bu. Saya pesan kopi susu, ya," ujarnya.

"Baik, Kang," jawab Bu Warung sambil menyiapkan pesanan. "Ini kopinya, Kang. Silakan," katanya lagi sambil meletakkan segelas kopi susu di meja.

Saat menyeruput kopinya, Arka tak sengaja melihat seorang kakek berjalan mendekat. "Permisi, Nak. Kakek mau minta rokok," ujar si kakek sambil mengangkat dua jarinya ke bibir.

"Maaf, Kek. Saya tidak merokok," jawab Arka sopan. Usianya baru 17 tahun, masih duduk di kelas 2 SMK.

"Kalau begitu, kakek minta kopimu saja sama uang lima ribu," lanjut si kakek sambil melirik kopi Arka yang baru saja diminum sekali teguk.

"Maaf, Kek. Ini sudah saya minum. Kalau mau, biar saya pesankan yang baru," balas Arka tetap sopan.

"Sudah, tidak apa-apa. Kakek buru-buru mau jalan lagi," kata si kakek sembari mengambil gelas kopi Arka, lalu meneguknya sampai tandas tanpa sisa.

Arka terkejut, matanya melotot menyaksikan kopi panas itu dihabiskan dalam sekali teguk. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan uang Rp10.000, lalu memberikannya kepada si kakek dengan rasa was-was.

"Terima kasih, Nak. Jangan takut. Kakek ini teman kakekmu dulu. Ya sudah, kakek mau jalan lagi," ucap si kakek sambil menepuk pundak Arka, kemudian berlalu.

"Aneh, kok tiba-tiba ngomong teman kakekku?" batin Arka.

"Arka!" suara Ibu Farida memecah lamunan Arka. "Iya, Bu. Cepat juga belanjanya," ujar Arka, sedikit kaget.

"Dari tadi dipanggil diam saja. Ayo cepat pulang, ini sudah mau jam 9," seru Ibu Farida. "Iya, Bu, sebentar. Saya mau bayar dulu," sahut Arka, lalu menuju kasir dan kembali ke parkiran mengambil motornya.

---

Pukul 09.00

Sesampainya di rumah, Arka langsung membantu Ibu Farida menata belanjaan di lemari pendingin.

"Sudah, Arka. Biar Ibu yang masak. Kamu hubungi Bapak, tanya sudah sampai mana," kata Ibu Farida sambil menyiapkan bahan untuk masak opor ayam dan rempeyek kacang.

"Iya, Bu. Arka ke kamar dulu mau ambil HP," jawab Arka lalu mengambil ponsel di atas bantal dan membuka aplikasi chat berwarna hijau, menghubungi nomor sang ayah.

"Assalamualaikum, Ayah di mana? Kapan sampai? Paman sama Bibi di mana?" tanya Arka bertubi-tubi.

"Wa'alaikumsalam. Ini kamu nanya atau interogasi? Satu-satu kalau bicara," jawab Pak Surya, ayah Arka, dengan nada kesal.

"Ayah sekarang di rumah Paman. Semalam habis kerja langsung ke sana buat jemput Paman dan Bibi," lanjut Pak Surya.

Pak Surya bekerja sebagai sopir di sebuah bank, dan karena sudah lama bekerja, ia diperbolehkan memakai mobil kantor saat akhir pekan.

"Kira-kira sampai jam berapa, Yah?" tanya Arka.

"Ini mau jalan. Paling sampai rumah sekitar jam 1 siang," jawab Pak Surya. Jarak antara rumah Arka dan rumah pamannya cukup jauh, berada di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Setelah menutup telepon, Arka memberi tahu ibunya. Sambil menunggu ayahnya pulang, Arka memilih duduk santai di teras rumah sambil memainkan ponselnya yang hanya berbekal RAM 3GB. Selain sekolah, Arka lebih sering di rumah, mengisi waktu dengan membaca novel di aplikasi Maxnovel.

"Arka!!!" teriak seorang pria dari seberang jalan. Arka menoleh dan mengenali sosok itu.

"Bang Fajar?" gumam Arka, lalu bangkit menghampiri kakak kelasnya yang dikenal sebagai pemimpin geng tawuran di sekolah.

"Arka, maaf ganggu. Aku ke sini ada perlu," ujar Bang Fajar dari atas motor sport 150cc-nya.

"Iya, Bang. Ada apa?" tanya Arka. "Mampir ke rumah aja, Bang, biar enak ngobrolnya," ajaknya.

"Gak usah. Di sini aja. Aku cuma mau ngasih tahu, besok pulang sekolah jangan langsung pulang. Kita ada kumpul sama anak-anak pilihan sekolah," ucap Bang Fajar serius.

"Baik, Bang. Siap kumpul," jawab Arka tanpa curiga.

"Oke. Kasih nomor WA kamu, ya. Biar nanti aku info tempatnya," kata Bang Fajar sambil mengeluarkan ponsel bermerek apel tergigit.

"Ini, Bang, 08********,"** jawab Arka. "Baik. Aku pulang dulu, sampai jumpa besok," pamit Bang Fajar seraya melajukan motornya melewati jalan desa yang sempit.

"Aneh, kenapa Bang Fajar tiba-tiba tahu alamatku?" batin Arka sambil masuk ke rumah.

---

Adzan Dzuhur berkumandang, tanda tengah hari tiba.

"Arka, salat dulu di mushola. Habis itu mau makan sendiri atau nunggu Ayah?" tanya Ibu Farida.

"Baik, Bu," jawab Arka sambil keluar menuju Mushola Al-Taqwa yang jaraknya hanya 100 meter dari rumahnya. Mushola itu dulu dibangun oleh kakeknya.

Selesai salat berjamaah, Arka kembali ke rumah dan melihat sebuah mobil terparkir di depan.

"Assalamualaikum," sapa Arka.

"Wa'alaikumsalam," jawab suara dari dalam rumah.

"Sini, Nak Arka, Bibi kangen sekali," ucap Bibi Dina. "Sekarang makin ganteng aja. Sudah SMK, ya?"

"Iya, Bi. Bibi dan Paman bagaimana kabarnya?" sapa Arka sambil mencium tangan Bibi Dina dan Paman Sutris, juga kedua orang tuanya.

"Baik-baik saja, Nak. Sekolahmu gimana?" tanya Paman Sutris sambil menikmati rokok kretek.

"Alhamdulillah, Pam. Sebentar lagi naik kelas 3," jawab Arka.

"Bagus kalau begitu. Sebenarnya, Paman mau bahas sesuatu soal kamu," kata Paman Sutris dengan nada serius.

"Nanti saja, Pam. Sekarang kita makan dulu," sela Ibu Farida.

"Baik. Bapak mau bersih-bersih dulu. Arka, antar Paman dan Bibi ke kamar," ujar Pak Surya sambil berjalan ke dalam.

---

Malam harinya, setelah makan malam bersama, Pak Sutris kembali membuka pembicaraan.

"Nak Arka, Paman mau lanjutkan pembahasan tadi siang," katanya sambil menghisap rokok.

"Baik, Paman. Silakan," jawab Arka sembari meminum susu putih buatan ibunya.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca