Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
RUNNING AWAY

RUNNING AWAY

Olivia Yoyet | Bersambung
Jumlah kata
141.8K
Popular
499
Subscribe
44
Novel / RUNNING AWAY
RUNNING AWAY

RUNNING AWAY

Olivia Yoyet| Bersambung
Jumlah Kata
141.8K
Popular
499
Subscribe
44
Sinopsis
18+PerkotaanAksiMiliarderPengawalUrban
Kehidupan Wirya Adhitama, seorang duda beranak 3, berubah total setelah berjumpa dengan Vanetta Zeline, seorang akkris yang cukup terkenal dari China. Vanetta Zeline memaksa ikut dengan Wirya pulang ke Indonesia, dan Wirya terpaksa mengabulkannya. Hal itu ternyata membuat Ayah Vanetta Zeline dan calon tunangannya, marah. Mereka bahkan menyerang kediaman Wirya di Jakarta.Perang kecil itu berbuntut panjang. Hingga proyek besar yang tengah dikerjakan Wirya pun ikut diserang, dengan mengerahkan gangster. PC The SeriesKlan The Series Bodyguard The Series Baca juga cerita Emak OY lainnya di Max Novel.
Bab 01 - Ledakan

01

"Selamat ulang tahun, Bun," tutur Wirya Adhitama, sembari mengusap wajah almarhumah istrinya, di foto pernikahan mereka.

"Harusnya Ayah berangkat ziarah ke makam Bunda, tapi, karena sesuatu hal, Ayah masih tertahan di Guangzhou," lanjut Wirya.

"Anak-anak sehat semua, Bun. Mereka juga sudah jarang nangis, karena kangen sama Bunda. Ayah yang masih begitu."

Wirya menarik napas dalam-dalam dan melepasjanbya perlahan. Dada pria berusua 40 tahun itu terasa sesak, karena sangat merindukan istrinya, Vong Delany, yang wafat 8 bulan silam di Mekkah.

Masih terbayang jelas dalam ingatan Wirya, bagaimana proses pemakaman istrinya yang berlangsung cepat. Sebab dilarang petugas, akhirnya Wirya hanya bisa berlutut di area luar pemakaman, yang menjadi kuburan massal untuk jemaah haji, yang wafat di hari itu.

Wirya tidak bisa melakukan apa pun, saat jenazah istrinya mulai ditimbun tanah. Wirya meraung sambil memanggil istrinya. Sebelum akhirnya dia melemas, lalu pingsan.

Saat tersadar, Wirya sudah berada di mobil. Dia kembali menangis, dan dibujuk Hendri Danantya, Adik iparnya, serta Zeinharis Abqary, sahabat Wirya dan Hendri.

Ketiga sahabat itu berangkat haji bersama Alvaro Gustav Baltissen, Yanuar Kaisar, dan Zulfi Hamizhan. Selain mereka, para istri komisaris PBK juga ikut melaksanakan ibadah tersebut.

Lamunan Wirya terputus, ketika seseorang memanggilnya. Wirya mengusap matanya yang basah dengan ujung jemari. Dia membalikkan foto ke kasur, lalu memandangi asistennya yang tengah menyambangi.

Zikria Hafidz tertegun sesaat. Dia menyadari bila Wirya tengah menangis, dan Zikria tahu penyebab atasannya itu berurai air mata.

Zikria duduk di tepi kasur. Dia membalikkan foto, lalu memandangi Wirya yang masih sibuk mengusap ujung matanya.

Zikria bergeser ke meja samping kanan kasur. Dia menyambar beberapa lembar tisu, lalu memberikannya pada lelaki yang lebih tua.

"Abang, kenapa nangis?" tanya Zikria. "Kangen sama Bunda?" desaknya.

"Ya,' balas Wirya. "Ini hari ulang tahunnya," terangnya.

"Sabar, Bang. Bunda sudah tenang di sana."

Wirya mengangguk mengiakan. "Akhir bulan depan, aku mau umroh. Sekalian ziarah."

"Sama siapa?"

"Berdua sama Bayazid."

Zikria terdiam sejenak. "Aku ikut."

"Bukannya kamu mau ke Canberra?"

"Biar Banan yang berangkat ke sana. Aku nemenin Abang aja."

"Oke. Nanti kamu izin ke Jeffrey."

"Sip."

"Kamu ke sini, ngapain?'

"Sampai lupa aku. Ada Donnie di depan."

Wirya membulatkan matanya, kemudian dia menepuk dahi. "Aku nggak ingat. Padahal dia sudah ngomong mau ke sini."

"Abang mau pergi ke mana sama dia?"

"Ke Shanghai."

"Aku ikut juga."

"Kamu tetap di sini."

"Biar Girish yang stay. Harshil masih junior. Kalau ada apa-apa sama Abang, dia bakal panik."

"Oke, bawa baju ganti. Lusa baru kita pulang ke sini."

***

Hari berganti. Malam itu, salju turun deras menyeoimutii bumi. Wirya yang tengah berada di mobil SUV biru, tampak terkantuk-kantuk.

Zikria memandangi bosnya yang tengah menyandarkan kepala ke bantal kecil, yang ditempelkan ke pintu kiri.

Zikria membatin, jika Wirya benar-benar kelelahan, baik jiwa maupun raganya. Menjadi asisten pribadi Wirya sejak 3 tahun silam, menjadikan Zikria memahami suasana hati komandannya.

Zikria turut menjadi saksi kehancuran hati Wirya, seusai ditinggal Delany untuk selamanya.

Zikria terbayang kembali peristiwa 8 bulan silam, di mana Wirya pulang ke tanah air, dengan tatapan kosong.

Zikria memang belum menikah, tetapi dia busa memahami bila perasaan Wirya hancur lebur, ditinggal pasangan hidupnya.

Pengawal lapis 5 itu juga menjadi saksi, perjuangan berat Wirya dalam memulihkan kondisi fisik dan mentalnya yang sempat terguncang.

Selama 6 bulan terakhir, Wirya mengikuti terapi di psikiater, yang direkomendasikan sahabatnya, Benigno Griffin Janitra.

Selain Wirya, ketiga anaknya juga turut mengunjungi psikiater. Sebab mereka juga sama terpukulnya dengan Wirya, akibat ditinggalkan sang bunda.

Bunyi kencang dari depan mengejutkan Zikria. Dia spontan mendekap Wirya, yang ternyata telah terbangun, dan berpegangan ke kursi depan.

"Awas!" pekik Wirya, sesaat sebelum satu besi panjang menghantam atas mobil.

Donnie, sang sopir, membanting setia ke kiri. Harshil yang menempati kursi depan, merunduk sambil melindungi kepala dengan ranselnya.

Mobil menabrak pembatas jalan dan langsung berhenti. Wirya dan Zikria segera keluar untuk mengecek kondisi Donnie serta Harshil.

Pekikan dari beberapa mobil lain di depan, menyebabkan Wirya melompati kap mobilnya, lalu bergegas ke mobil pertama yang dalam posisi terbalik, seusai menabrak besi-besi yang lepas dari truk di depan.

"Tolong!" rintih seorang perempuan dari dalam mobil.

Wirya berjongkok dan berusaha membuka pintu bagian belakang sedan hitam itu.

"Nona, ini tidak busa dibuka," cakap Wirya dalam bahasa Mandarin yang fasih.

"Nonaku terluka, Tuan. Tolomg selamatkan dia," pinta perempuan berambut pendek tersebut.

"Tarik dia ke sisi sana. Aku mau memecahkan kacanya."

Perempuan bernama Jane Bianca itu segera mengerjakan permintaan Wirya. Dia menutupi kepala Vanetta Zeoine dengan mantelnya, supaya tidak terkena pecahan kaca.

Wirya menendangi kaca samping kanan. Sedangkan Zikria menendangi kaca bagian sopir. Setelahnya, Wirya berusaha menarik Vanetta, kemudian diseretnya ke tepi kanan.

Wirya kembali ke mobil untuk membantu Jane keluar. Sementara Zikria menyeret sang sopir yang tengah pingsan.

Harshil dan Donnie turut membantu beberapa penumpang dari dua mobil lainnya. Mereka serentak merunduk, ketika mobil yang ditimpangi Vanetta meledak dan terbakar.

Wirya merunduk sambil memeluk Vanetta, untuk melindungi perempuan tersebut. Kemudian dia mengangkat dan menggendong perempuan bermantel biru tua, yang kepalanya penuh cairan merah pekat.

Wirya jalan secepat mungkin menuju mobil sewaannya. Jane menyusul sambil membawa dua baugette bag hitam miliknya dan sang nona.

Zikria bekerjasama dengan Harshil untuk menggotong sopir. Setelah menempatkan pria itu ke kursi tengah, Zikria memasuki bagian pengemudi.

"Shil, kamu bantu Donnie di sini," cakap Wirya. "Nanti susul kami di rumah sakit terdekat," lanjutnya.

"Siap!" tegas Harshill.

Pria muda berambut cepak itu, memandangi ketika mobil tersebut bergerak menjauh. Harshil kembali mendatangi Donnie, yang tengah menemani para korban lainnya di tepi jalan.

Zikria mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi. Sementara Wirya menelepon polisi untuk melapirlan kecelakaan di dekat persimpangan, sebelum jalan masuk menuju tol luar kota.

Setibanya di tempat tujuan, Wirya turun dan jalan cepat memasuki IGD. Tidak berselang lama, dia kembali bersama tiga perawat yang mendorong dua btankar.

Wirya membantu memindahkan Vanetta ke brankar pertama. Dia sempat ragu-ragu, sebelum mengikuti langkah perawat yang mendorong brankar memasuki area dalam.

Wirya hendak menjauh, ketika seorang perawat perempuan memintanya mengisi data pasien.

"Kamu yang isu," tutur Wirya sembari menyerahkan dua kertas itu pada Jane.

"Ehm, siapa yang akan menemani Nona di sini?" tanya Jane.

"Aku. Kamu segera isi itu, lalu telepon keluarga nonamu."

Jane mengamati nonanya sesaat, sebelum berpindah ke kursi dekat meja yang ditempati perawat jaga.

Wirya memandangi saat kedua dokter berjibaku mengecek kondisi Vanetta dan sopir mobil sedan.

Wirya terkejut, saat dokter perempuan menyebutkan, jika kepala Vanetta terluka parah, akibat sempat menghantam kaca samping kanan mobilnya.

"Apa kamu keluarganya?" tanya dokter itu.

"Bukan, aku cuma memantusiasnya ke sini," terang Wirya.

"Minta keluarganya segera datang, karena Nona Vanetta harus segera dioperasi," pinta sang dokter, yang menjadikan Wirya terkesiap.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca