Persekolahan Dunia Raya merupakan sebuah sekolah swasta dari tingkat TK sampai perguruan tinggi yang sangat terkenal di dunia dan sudah berdiri sejak lama. Banyak lulusan sekolah ini yang menjadi orang terkenal dan berpengaruh di dunia.
Persekolahan ini sudah seperti memiiliki dunia sendiri. Semua pelajaran dan peraturan sekolah sudah di susun oleh para pengajar terbaik di dunia. Bahkan para murid juga di haruskan untuk tinggal di asrama khusus pria dan asrama khusus wanita milik sekolah itu. Namun mereka tetap di izinkan untuk membawa kendaraan pribadi karena jarak asrama dan persekolahan lumayan jauh.
Semua peraturan itu baik namun siswa-siswi di sekolah itu membagi mereka sendiri menjadi 2 kelompok yaitu kelompok murid kaya dan murid miskin.
Kelompok murid kaya adalah siswa-siswi yang masuk melalui jalur membayar dengan jumlah besar untuk bisa masuk ke sekolah itu. Mereka juga merupakan anak-anak dari para pengusaha dan keluarga kaya. Sedangkan kelompok murid miskin adalah siswa-siswi yang masuk melalui jalur beasiswa dan berasal dari keluarga menengah dan miskin.
_________________________
"Hei, jangan parkir di sana,"ucap seorang siswa gendut mendekati Aisar yang baru saja memarkirkan motor balapnya bersama temannya.
"Kenapa tidak boleh?" tanya Aisar bingung
"Ini adalah tempat parkir khusus untuk mobil Varel," ucap teman siswa gendut itu
"Varel?" tanya Aisar bingung karena ia murid pindahan baru di sekolah ini
Namun sebelum siswa itu menjawab, sebuah mobil ferrari sudah berada di belakang mereka dan membunyikan klakson. Seorang siswa tampak keluar dari mobil itu bersama seorang siswa lainnya.
"Ada apa Aril? Tidak bisakah kamu menangani pria rendah ini?"tanya Varel pada teman siswa gendut itu.
Uska, si siswa gendut tadi menyadari bahwa ia paling pendek di antara mereka pun hendak pergi dari sana.
"Bukan kamu Uska, tetap di tempat," ucap Varel
Uska pun terdiam di tempatnya. Sedangkan Varel mulai maju mendekati Aisar dan menatapnya. Ia melihat Aisar dari atas sampai bawah.
"Murid baru? Dari desa? Petani, segera pindahkan kendaraan traktor milik mu itu. Karena ini tempat parkir mobilku," ucap Varel
"Aku bukan petani, aku pelayan bar,"jawab Aisar berani
"Ohh, seorang pelayan rupanya," ucap Varel sambil tertawa meremehkan.
"Maka aku akan memberikan pekerjaan untukmu, singkirkan motormu dan parkirkan mobilku dengan benar," ucap Varel lalu mengambil sembar uang 100.000 "Ini gajimu dan ambil saja kembaliannya,"lanjut Varel sambil memberikan kunci mobilnya dan uang tersebut ke Aisar lalu pergi bersama temannya meninggalkan Uska, Aril dan Aisar.
Aisar pun hanya tersenyum melihat tingkah Varel, ia segera masuk ke mobil Varel dan mengendarainya. Namun Aisar bukan memarkirkan mobil Varel melainkan ia mengemudikan mobil itu menuju ke lapangan bola sekolah yang saat itu basah karena sehabis hujan tadi malam.
Varel dan temannya pun segera menoleh saat mendengar suara mesin mobil Varel.
"Astaga, Varel. Mobilmu," ucap Justin saat melihat aksi Aisar.
Aisar mengendarai mobil Varel secara sembarangan dan memutar di tengah lapangan membuat lapangan yang basah itu menjadi becek dan membuat mobil Verrel menjadi sangat kotor dengan bekas becek yang menempel di roda mobil bahkan sampai ke body mobil ferarrinya itu
Varel dan Justin pun segera mendekat ke arah Aisar, sedangkan Uska dan Aril beserta para siswa-siswi lain yang juga ada di sana hanya bisa menatap dari jauh dan masih terkejut dengan keberanian Aisar yang melanggar ucapan Varel.
Setelah menyelesaikan aksinya itu, Aisar segera keluar dari mobil Varel. Ia menyerahkan Kunci mobil dan uang 100.000 itu kembali kepada Varel yang sedang diam tidak percaya melihat kondisi mobilnya yang mengenaskan saat ini.
"Uang ini untuk mencuci mobilmu," ucap Aisar lalu hendak pergi namun terhenti sesaat "Dan kembaliannya untukmu saja, terima kasih," lanjut Aisar.
Varel pun menjadi sangat marah dan langsung menghajar Aisar saat Aisar hendak pergi. Aisar yang tidak mau kalah pun ikut menghajar Varel sehingga terjadi perkelahian di antara mereka berdua.
_____________________
"Berkelahi? Semua pria pasti suka berkelahi. Benarkan?" ucap kepala sekolah yang saat ini sedang menatap Varel dan Aisar yang terlihat sama-sama babak belur.
Saat mereka berkelahi tadi, seorang guru olahraga datang dan segera melerai mereka. Namun mereka masih saja ingin saling tinju sehingga mereka akhirnya di bawa ke ruang kepala sekolah.
"Bukan saya yang mulai pak, tapi dia," ucap Varel
"Bukan saya pak, saya hanya memarkirkan motor saya tapi dia tiba-tiba datang dan menghina saya. Kalau bapak tidak percaya, bapa bisa nanya ke Uska dan Aril," ucap Aisar yang mengingat nama kedua siswa itu tadi saat berbicara.
"Tapi itu memang tempat parkir ku," ucap Varel
"Tidak ada tulisan namamu di tempat itu dan ini bukan sekolah ayahmu," ucap Aisar
"Ayahku adalah sponsor terbesar di sekolah ini. Tentu saja... " ucapan Varel terpotong oleh kepala sekolah.
"Diam. Varel, hanya karena ayahmu adalah sponsor terbesar sekolah ini bukan berarti kamu akan di istimewakan. Jangan sampai bapak mendengar kamu menyalahgunakan atau menyakiti siswa lain lagi hanya karena alasan bahwa kamu anak sponsor terbesar. Ingat itu!! Dan jangan bertengkar untuk masalah tidak penting seperti ini lagi atau saya akan memberi hukuman yang berat.Kalian berdua paham?"ucap kepala sekolah dengan tegas.
"Paham, Pak," jawab mereka berdua dengan kompak
"Dan kamu Aisar. Kamu adalah murid pindahan melalui jalur beasiswa bukan? Bisa-bisanya kamu sudah berkelahi di hari pertamamu di sekolah. Apakah kamu tidak takut jika saya akan menolakmu untuk masuk ke sekolah ini?" ucap kepala sekolah
"Maaf, pak. Saya tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi," ucap Aisar sambil tertunduk menyesal
"Baiklah,masalah ini sudah selesai. Varel silahkan kembali ke kelasmu dan Aisar silahkan ke ruang tata usaha untuk mengurus dokumen sekolahmu dan kelasmu," ucap kepala sekolah
"Baik, Pak. Terima kasih," ucap Aisar lalu pergi di susul oleh Varel yang juga keluar dari ruangan kepala sekolah dengan wajah kesal
"Awas saja jika aku melihat dirimu lagi di dekatku, dasar miskin,"ucap Varel kesal saat mereka di lorong.
Aisar pun tidak menjawab, ia hanya diam saja. Bahkan saat Varel mendahuluinya dan sedikit mendorongnya, Aisar tetap diam. Di dalam hatinya, ia menahan kekesalannya pada Varel. Ia tidak mau membuat kesalahan lain lagi hari ini. Ia tidak ingin sekolah ini menolak dirinya karena ia masih memiliki mimpi yang tinggi yang harus di kejarnya. Dan masuk ke sekolah ini adalah awal dari semuanya.
Ia pun segera pergi ke ruang tata usaha untuk mengurus senua dokumen kepindahannya dan setelah semuanya selesai. Seorang guru mengantarkannya ke kelasnya.
Bersambung