Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Pangeran Matahari

Pangeran Matahari

Martimbul Siregar | Bersambung
Jumlah kata
81.6K
Popular
2.5K
Subscribe
198
Novel / Pangeran Matahari
Pangeran Matahari

Pangeran Matahari

Martimbul Siregar| Bersambung
Jumlah Kata
81.6K
Popular
2.5K
Subscribe
198
Sinopsis
FantasiFantasi TimurPedangDewaBalas Dendam
Dia terpilih sebagai utusan dewa matahari, dan dia merupakan orang yang akan menumpas kejahatan yang ada di alam semesta. siapakah dia?
Cahaya dari langit

Di sebuah desa kecil yang jauh dari keramaian, tersebutlah sebuah desa yang bernama desa k

kantil.

Desa itu hanya berpenduduk sekitar dua puluhan orang kepala keluarga, namun mereka hidup dalam kedamaian.

Salah satu keluarga yang hidup di desa itu adalah ki Karta, dan selama ini Dia hidup bersama istrinya yang bernama Nyai Sulasih.

Selama bertahun-tahun suami istri itu tidak mendapatkan seorangpun keturunan, dan mereka tidak bosan-bosan yang meminta pada Sang Penguasa alam semesta. 

Di suatu malam yang begitu mencekam, hawa dingin dan suara hewan hutan saling bersahutan, seperti mengatakan akan adanya sesuatunya yang akan terjadi di alam mayapada. 

"Malam ini sepertinya berbeda dari malam-malam yang lainnya, istriku!' kata Ki Karta pada istrinya.

"Entah kenapa aku juga merasakan itu kakang!' kata Nyai Sulasih.

Suami istri itu berjalan keluar dari dalam rumah mereka, melihat di langit ada cahaya merah yang turun dan meluncur dengan sangat deras. 

"Apa itu?' kata Ki Karta merasa bingung dengan cahaya merah itu. 

Cahaya merah itu terus meluncur dengan sangat cepat, dan cahaya merah itu mengarah ke rumah suami istri yang tidak memiliki keturunan itu. 

Brakkkkkkk!!

Dan tiba-tiba saja, cahaya merah itu menabrak atap rumah dari suami istri itu, dan suara ledakan keras pun terdengar. 

Kedua orang itu buru-buru masuk ke dalam rumah mereka, dan hawa panas yang begitu menyengat pun langsung Mereka rasakan. 

Namun sesuatu yang tidak mereka duga sudah terbaring di lantai rumah mereka itu, yaitu adalah seorang bayi yang tertidur sangat pulas. 

"Bayi?' kata Ki Karta yang tidak percaya akan kehadiran bayi di rumah mereka itu. 

Namun Nyai Sulasih, malah merasa kalau datangnya bayi itu merupakan jawaban untuk doa-doa yang ia panjatkan selama ini pada Sang Penguasa. 

"Bayiku!' teriak Nyai Sulasih dan berlari ke arah bayi itu.

"Istriku, hati-hati! Bisa saja bayi itu adalah bayi yang sangat berbahaya!' kata Ki Karta memperingatkan istrinya itu.

Namun istrinya itu tidak memperdulikan peringatan dari suaminya, perempuan berusia empat puluhan tahun itu langsung memeluk bayi itu.

"Dia adalah bayiku, dan tidak akan ada seorangpun yang bisa merebutnya dariku!' ucap Nyai Sulasih.

Ki karta merasa tidak memiliki pilihan, dan ia juga merasa bahagia karena kehadiran bayi itu di rumah mereka.

Semenjak hari itu pula, keduanya memilih untuk merawat bayi itu, dan keduanya memberikan nama yang bagus untuk bayi yang turun dari langit itu. 

Nama bayi itu adalah, Surya Tirta Langit.

***

Malam di saat cahaya merah itu turun dari langit, ternyata hal itu bukan hanya terlihat oleh Ki Karta dan istrinya. 

Namun banyak orang-orang yang melihat cahaya merah itu, khususnya mereka yang ada pendekar yang berada di dunia persilatan.

Banyak yang beranggapan kalau cahaya merah itu merupakan mustika yang turun dari langit, dan sudah bisa dipastikan bagi mereka mustika itu adalah sesuatu yang akan menambah kemampuan dan ilmu kanuragan mereka. 

Hal itu membuat banyak para pendekar yang mengejar cahaya merah itu, dan mencoba untuk mengetahui dimana posisi jatuhnya cahaya itu.

Hal itu juga membuat kegemparan di dunia persilatan, yang mana baik golongan hitam maupun golongan putih beramai-ramai untuk memiliki cahaya merah yang mereka anggap adalah sebuah mustika ataupun benda pusaka. 

Namun sayangnya, hingga beberapa Purnama berlalu, satupun dari pelaku dunia persilatan itu tidak menemukan petunjuk tentang cahaya merah itu. 

Setelah beberapa tahun berlalu, keberadaan cahaya merah itu mulai terlupakan, dan sudah tidak ada lagi yang mengingat tentang munculnya cahaya yang datang dari Langit itu. 

***

Sementara itu di desa kantil. 

"Surya, Jangan bermain jauh-jauh! Ayah tidak ingin kau celaka, desa ini cukup dekat dengan hutan!' teriak Ki Karta pada putranya. 

"Iya Ayah, Surya tidak akan jauh-jauh!' kata seorang bocah yang masih berusia enam tahun.

Surya bocah yang berusia enam tahun itu merupakan bayi yang diturunkan dari langit, dan bayi itu diberikan untuk suami istri itu.

Hingga saat ini, Surya belum mengetahui kalau dirinya berasal dari langit, yang ia tahu Ki Karta adalah ayahnya, dan Nyai sulasih adalah ibunya. 

Orang-orang yang berada di desa kantil itu juga memilih untuk tidak mengatakan itu pada Surya, karena mereka juga merasa bahagia karena suami istri itu kini memiliki seorang keturunan. 

Surya adalah seorang anak yang sangat suka berjalan dan menikmati petualangan pendirian, dan salah satu petualangan yang sangat ia sukai adalah memasuki hutan yang tidak jauh dari desa mereka. 

Seperti hari ini, Surya meskipun masih kecil akan kembali memasuki hutan untuk melihat-lihat keadaan di hutan itu. 

Namun entah mengapa, anak kecil itu merasa kalau hari ini akan berbeda, dia yang biasanya berani untuk masuk ke dalam hutan, kali ini ragu untuk masuk lebih jauh lagi ke hutan yang sudah sering dia masuki itu.

Hingga akhirnya, mata anak kecil itu melihat belasan kuda yang datang dari dalam hutan, dan itu langsung membuat bocah itu berlari kembali ke desanya. 

"Ada yang datang! Ada yang datang!' teriak bocah kecil itu. 

Kakinya yang mungil berlari dengan sangat cepat, dan ia sungguh ingin berlari secepat mungkin untuk tiba di desa itu. 

Mendengar teriakan dari Surya, para penduduk desa langsung keluar dari rumahnya, mereka menatap ke arah hutan yang mana mereka pun melihat datangnya belasan Kuda itu. 

Saat itu juga, semua penduduk desa langsung keluar, dan membawa senjata yang berupa peralatan pertanian. 

Dan tidak berapa lama, para penunggang Kuda itu pun tiba di desa itu, dan mereka menunjukkan senyum yang puas. 

Salah satu penunggang Kuda itu turun dari kudanya, dan ia berputar menatap ke arah seluruh desa kantil itu. 

"Semuanya berkumpul, jika tidak kalian semua akan mati hari ini!' teriak orang itu. 

Bersamaan dengan itu pula, belasan rekan-rekannya turun dari kuda mereka, dan memegang gagang golok mereka.

"Apalagi yang kalian tunggu? Apa kalian ingin kami bunuh kalian satu persatu? Kami, Bandit hutan hijau, adalah penguasa kalian!' kata orang itu dan menyebutkan nama kelompok mereka. 

Mendengar nama Bandit hutan hijau, wajah para penduduk langsung pucat dan ketakutan. Mereka sungguh tidak menyangka kalau Bandit itu akan tiba di desa mereka. 

"Kami tidak akan pernah menjadi bawahan kalian, hadapi mereka!' teriak Ki Karta.

Begitu teriakan itu terdengar, semua penduduk desa itu pun memilih untuk melawan, meskipun mereka sadar kalau nyawa mereka bisa saja melayang. 

Suara pertarungan pun terdengar, dan pertarungan yang tidak seimbang pun terjadi yang mana para penduduk jelas bukan lawan bagi kelompok Bandit itu. 

Darah mulai membasahi tanah, dan semua itu terlihat di depan mata Surya, yang mana itu membuat anak kecil itu menjadi cukup ketakutan.

"Tidak! Jangan lakukan lagi!' teriak Surya histeris.

Lanjut membaca
Lanjut membaca