Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Datang Membawa Dendam

Datang Membawa Dendam

Claudia Harefa | Bersambung
Jumlah kata
42.4K
Popular
249
Subscribe
52
Novel / Datang Membawa Dendam
Datang Membawa Dendam

Datang Membawa Dendam

Claudia Harefa| Bersambung
Jumlah Kata
42.4K
Popular
249
Subscribe
52
Sinopsis
18+HorrorHorrorDunia GaibDukunSantet
Bagaimana jika kamu yang tersakiti dan diinjak sampai hancur, kini datang untuk menuntut balas dendam? Akankah semuanya berhasil dibalaskan? Atau, masih adakah hati nuranimu? Saro, seorang pria yang sudah dikhianati cintanya oleh wanita yang amat dicintainya, memilih jalan untuk membalas dendam. Lalu, bagaimana caranya untuk membalaskan seluruh sakit hatinya? Ingat! Jangan menyakiti, bila kamu tak ingin disakiti!
1.

Semburat kemerahan di langit, menggantikan cerahnya sinar matahari, menandakan bahwa saat ini tengah pergantian waktu. Matahari yang bertugas menyinari bumi, kini kembali ke peraduan, dan berganti tugas dengan sang purnama. Dinginnya petang kala itu, tak berarti bila dibanding dengan dinginnya keadaan dalam ruangan besar itu.

Seorang pria tengah bersimpuh di lantai yang dingin, sembari merenung dan menatap ke setiap sudut ruangan. Di pangkuannya, terdapat seorang gadis kecil yang sedang tertidur dengan nyenyak. Dalam diamnya, tampak sebuah keputusasaan tergambar dengan jelas.

Puas dengan menatap setiap sudut ruangan yang sepi dan dingin, pria itu membalikkan badannya, dan menatap sebuah bingkai foto yang lumayan besar, yang terbingkai dengan rapi di dinding yang mulus itu. Terlihat, guratan wajah yang begitu bahagia di dalam foto itu. Tak ada sedikit pun tipuan atau keterpaksaan yang tercipta dalam setiap senyum yang terlukis. Semuanya terlihat tulus dan lepas.

"Kenapa, kenapa seperti ini?" ratap pria itu.

Wajahnya masih terlihat muda dan gagah. Namun, kenyataan pahit membuat tubuhnya terlihat tidak gagah dan lunglai. Seakan dirinya tengah ikhlas akan hidupnya, dan pilihan untuk meninggalkan dunia ini adalah hal yang terbaik.

Tapi, ketika dia menundukkan kepalanya, kembali dia tersadar bahwa ada sosok yang sangat membutuhkan dirinya. Sosok yang masih sangat rapuh, dan berharap bahwa dia akan menjadi penguat dan pelita dalam hidupnya.

"Maafkan Papa, Nak. Papa tidak bermaksud seperti ini," ujarnya kembali dengan suara yang sedikit bergetar.

Masih teringat olehnya kejadian beberapa saat yang lalu, kejadian dimana akhirnya mengubah kehidupannya yang tadinya bahagia menjadi ratapan kesedihan.

"Bang, aku mau kita cerai." Satu kata, yang berhasil membuat relung hatinya menjadi gemetar dan sedih. Tak menyangka, ucapan itu akan keluar dari mulut wanita yang paling dicintainya.

"Apa kau bilang, Dek? Cerai? Apa kau sedang mabuk? Kenapa kau mau cerai?" tanyanya tidak percaya.

"Aku sedang tidak mabuk. Aku mau CERAI!" seru wanita itu sekali lagi. Kata cerai sengaja ditekankan olehnya, pertanda bahwa keputusannya sudah bulat.

"Apa kau gila? Kau kira, pernikahan itu hanyalah sebuah permainan, kah? Sadar, Mawar! Jangan seperti ini. Jika aku ada salah, katakan padaku secara langsung. Jangan kekanak-kanakan seperti ini," ucap pria itu.

"Jika kau mengatakan itu adalah permainan, ya, biarlah seperti itu. Tapi, Bang Saro, perlu kau ketahui, aku memang sudah bosan denganmu. Juga, asal kau tahu, aku tidak pernah mencintaimu selama ini."

Duar!

Bagai petir yang menyambar di siang bolong, begitulah yang dirasakan oleh pria itu. Kenapa istrinya begitu tega mengatakan hal yang sekejam itu padanya. Padahal dulu, wanita itu selalu bersikap manis kepadanya.

Teringat dia akan masa lalu, dimana empat tahun yang lalu mereka menikah. Tuhan begitu sayang kepada mereka, hingga tanpa menunggu lama, segera mengirimkan hadiah kecil yang sangat manis ke tengah keluarga mereka.

Saro dan Mawar, adalah sepasang kekasih yang sangat diirikan oleh setiap orang. Kemesraan yang mereka ciptakan, membuat semua orang iri dan ingin hal itu terjadi pada mereka. Hingga setahun belakangan ini, Mawar berubah drastis, dan itu semua berawal dari kedatangan seorang pria yang dijodohkan oleh ibunya Mawar.

Saro, pria yang berasal dari salah satu provinsi di Pulau Sumatera. Tepatnya di Sumatera Utara. Dia berasal dari sebuah desa yang agak terdalam.

Kehidupan keluarganya yang begitu sederhana dan masih sangat bergantung dengan alam, nyatanya membuat ibu Mawar tidak terlalu menyukai Saro. Meski Saro adalah pria yang termasuk pekerja keras dan mapan, itu semua tidaklah ada apa-apanya bagi ibu Mawar.

Begitu pun dengan keluarga Saro, mereka sedari awal sudah menasehati pria itu untuk tidak membuat sebuah hubungan yang lebih dalam dengan Mawar. Entah kenapa, mereka sudah memiliki firasat yang tak baik pada perempuan itu.

"Saro, jangan kau nikahi perempuan itu. Entah kenapa, mamak merasa dia enggak baik untukmu," ujar ibu Saro yang bernama Suma. Kala itu, Saro tengah pulang kampung, sekaligus meminta restu pada sang ibu dan ayah untuk hubungan mereka.

"Tapi, Mak, Saro sangat mencintai Mawar. Mawar gadis yang baik, Mak. Meski dia tidak sesuku dengan kita, tapi setidaknya dia seiman dengan kita. Dia tulus mencintai aku, Mak. Aku mohon, beri restu untuk kami, Mak," mohon Saro kala itu.

Di hati Saro, Mawar adalah gadis yang dikirim Tuhan untuknya. Dia merupakan hadiah terbaik yang dikirim Tuhan padanya di usianya yang sudah terbilang siap untuk menikah.

Pertemuan mereka yang tidak disengaja saat itu. Dimana Saro yang merupakan pedagang rumah makan kecil, tak sengaja bertemu dengan Mawar yang hendak makan di rumah makan itu. Kala itu, rumah makan milik Saro belumlah sebesar yang sekarang ini. Namun, dengan kegigihannya yang kuat, dia mampu membuktikan kepada semua orang, bahwa dia layak untuk menjadi pasangan sejati Mawar.

Pertemuan yang sederhana itu, akhirnya berlanjut ke hubungan yang serius. Janji untuk saling setia dan terus bersama hingga maut memisahkan, pun terucap dari bibir keduanya. Meski badai dan halangan membentang, hati dan cinta mereka tidak akan goyah sedikit pun. Semua terbukti, dengan mereka yang selalu bersama, meski orang tua mereka tidak mengizinkan mereka bersama.

Pernikahan yang akhirnya berlangsung, membuat kedua pasangan itu amat bahagia. Guratan kebahagiaan itu tercetak jelas hingga saat ini, dalam sebuah bingkai foto yang besar. Sebuah kenangan yang selalu mengingatkan bagaimana indahnya kisah cinta mereka dulu.

Ayah mertua Saro yang tadinya tidak menyetujui, kini berubah dan menerima Saro. Bahkan, dia menganggap Saro bukan hanya sebagai menantu saja, melainkan sebagai seorang putra kandung sendiri. Sementara ibu Mawar, dia sama sekali tidak menyukai Saro, dan itu tidak akan pernah berubah.

"Kau bilang tidak mencintaiku? Jadi, kemana semua kata-kata manis yang dulu kau ucap itu, Mawar? Apa semua itu hanya bohong belaka?" tanya Saro.

Mawar terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak mungkin mengatakan kebohongan, padahal nyata bahwa dia sendiri memang sangat mencintai Saro. Tapi, karena tuntutan hidup dan bujukan sang ibu, serta suami dan anaknya yang tidak sempurna bagi Mawar, membuat kata cinta itu hilang dari hatinya.

"Kenapa kau diam? Apa kau tidak bisa menjawabnya?" tanya Saro sekali lagi.

"Aku bukan tidak bisa menjawab, Bang. Dulu, aku mungkin bodoh, dan bahkan sangat bodoh. Jika aku mendengar ucapan Ibu, mungkin aku tidak akan berakhir seperti ini. Seharusnya, aku mendengarkan saran beliau, dan setuju untuk menikah dengan orang lain saja. Tapi, aku beruntung, semuanya itu tidak terlambat. Dia bahkan menerimaku kembali setelah kepergiannya yang cukup lama," ucap Mawar dengan bangga.

"Siapa dia Mawar? Siapa lelaki yang kau maksud?" tanya Saro.

"Dia .... "

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca