Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Gerbang tengah malam

Gerbang tengah malam

lilkids | Bersambung
Jumlah kata
27.7K
Popular
100
Subscribe
2
Novel / Gerbang tengah malam
Gerbang tengah malam

Gerbang tengah malam

lilkids| Bersambung
Jumlah Kata
27.7K
Popular
100
Subscribe
2
Sinopsis
18+HorrorHorrorDunia GaibIndigo
Di sebuah desa terpencil bernama Cengkaruk, terdapat sebuah gerbang tua yang dikenal oleh warga sekitar sebagai Gerbang Tengah Malam. Gerbang itu hanya muncul dan terbuka pada tengah malam, menghubungkan dunia nyata dengan dunia lain yang penuh kegelapan dan makhluk gaib.Cerita mengikuti perjalanan Raka, seorang pemuda yang baru kembali ke desanya setelah lama merantau. Malam pertama ia menginap di rumah lama keluarganya, ia tanpa sengaja menemukan gerbang tersebut. Raka tertarik dan penasaran, lalu masuk ke dalam gerbang itu. Sejak saat itu, hidupnya berubah menjadi mimpi buruk penuh teror.Ia mulai dihantui oleh makhluk-makhluk gaib yang ingin menariknya ke dunia lain. Bersama beberapa penduduk desa yang juga pernah berhadapan dengan gerbang itu, Raka berusaha mengungkap rahasia di balik gerbang dan melawan kegelapan yang mencoba merenggut nyawa mereka.Namun, kegelapan gerbang ternyata lebih kuat dari yang mereka bayangkan. Ada kekuatan kuno yang membangkitkan kengerian terdalam dan menguji batas nyali manusia.
bab 1 pulang ke cengkaruk

Malam itu, angin dingin berhembus lembut, menyelinap lewat celah jendela rumah tua yang sudah lama tak berpenghuni. Raka berdiri di depan pintu kayu berwarna cokelat pudar, menatap desa Cengkaruk yang tertutup kabut tebal. Lima tahun sudah berlalu sejak ia meninggalkan desa kecil itu untuk merantau ke kota, kini ia kembali dengan hati campur aduk—antara rindu, penasaran, dan sedikit ketakutan.

Desa Cengkaruk adalah tempat yang terlupakan oleh waktu. Rumah-rumah kayu berjajar rapi, namun hampir semuanya terlihat lusuh dan tak terurus. Jalan-jalan setapak yang berkelok-kelok dibatasi oleh pagar bambu yang rapuh. Lampu jalan yang redup menyorot kabut malam, menciptakan bayangan-bayangan misterius yang menari-nari di sepanjang lorong.

Raka menghela napas dalam-dalam. Ia membawa koper berisi barang-barang seadanya, dan tas punggung yang sudah usang. Ia belum pernah membayangkan betapa sunyinya desa ini saat malam.

Sesaat setelah ia melangkah masuk ke halaman rumah keluarganya, suara anjing menggonggong terdengar dari kejauhan, membuat suasana semakin mencekam. Rumah itu berdiri megah di tengah pekarangan luas, tapi sepi. Hanya suara gemerisik dedaunan dan bisikan angin yang menemani langkahnya.

Ia membuka pintu dengan kunci tua yang berkarat, suara engsel berdecit panjang memecah kesunyian. Bau lembap dan debu memenuhi udara, seolah-olah waktu berhenti sejak rumah ini terakhir dihuni. Lampu-lampu gantung di langit-langit yang dulu berkilau kini berdebu dan mati. Raka menyalakan senter dari ponselnya dan melangkah masuk.

“Banyak kenangan di rumah ini...” gumam Raka pelan.

Di ruang tengah, tumpukan buku dan foto-foto lama berserakan. Salah satu foto menampilkan keluarga kecilnya—ayah, ibu, dan dirinya saat masih kecil, tersenyum bahagia di depan rumah yang sama. Namun, seiring dengan bayangan lampu senter, ada sesuatu yang terasa tidak biasa.

Di dinding, tergantung sebuah jam dinding kuno yang berhenti tepat pukul dua belas malam.

Raka berjalan ke dapur, mencoba mencari sesuatu untuk makan. Warung di desa sudah tutup, dan ia belum sempat membeli persediaan. Saat membuka lemari, suara ketukan pelan terdengar di jendela. Ia menoleh, tapi hanya kabut tebal yang menutupi luar.

Raka menepis rasa takut yang mencoba masuk, ia sadar harus kuat. Ia bukan lagi anak kecil yang mudah percaya pada cerita-cerita mistis.

Namun, saat ia hendak duduk di meja makan, suara dari luar rumah semakin keras. Kali ini seperti bisikan, terdistorsi, bercampur dengan suara-suara tak jelas.

Dengan berani, Raka membuka pintu dan menatap keluar. Di kejauhan, lampu warung masih menyala redup, dan terlihat seorang wanita tua duduk di depan, menatap kosong ke arah gerbang tua di ujung jalan desa.

Gerbang itu memang sudah lama menjadi misteri di desa. Besi-besinya berkarat, catnya mengelupas, dan ukiran-ukiran kuno yang membingungkan menutupi seluruh permukaan. Warga desa memanggilnya Gerbang Tengah Malam karena katanya gerbang itu hanya muncul dan terbuka saat tengah malam tiba.

Raka sudah mendengar cerita itu waktu kecil, tapi selalu menganggapnya sebagai dongeng yang dibuat-buat untuk menakut-nakuti anak-anak. Namun, kini, melihat langsung, rasa penasaran dan kegelisahan memenuhi dadanya.

Ia memutuskan untuk berjalan ke warung dan berbicara dengan wanita tua itu. Saat melangkah keluar, hawa dingin menusuk kulit, kabut semakin menebal dan menyesakkan.

Wanita tua itu menoleh saat Raka mendekat. Matanya yang keriput tampak tajam, penuh rahasia dan kesedihan.

“Anak muda, jangan ganggu gerbang itu. Banyak yang sudah hilang karenanya,” suara wanita itu bergetar. “Gerbang itu bukan untuk manusia biasa. Ada kegelapan yang menunggu di sana.”

Raka mengerutkan kening. “Apa maksud ibu? Gerbang apa yang ibu bicarakan?”

Wanita tua itu berdiri perlahan dan menunjuk ke arah gerbang. “Malam ini, gerbang itu akan terbuka. Kalau kamu punya nyali, pergilah dan lihat sendiri. Tapi ingat, sekali kamu masuk, mungkin kamu tidak akan pernah kembali.”

Raka terdiam. Ada sesuatu di mata wanita tua itu yang membuatnya yakin, ini bukan hanya omong kosong.

Dia berbalik dan berjalan pulang, tapi rasa penasaran itu sudah menguasai pikirannya.

Kembali di rumah, Raka duduk di depan jendela, menatap gerbang dari kejauhan. Jam dinding kuno itu menunjukkan pukul sebelas lewat lima puluh menit. Detik demi detik berlalu dengan lambat, dan udara malam semakin mencekam.

Ketika jarum jam tepat menunjukkan pukul dua belas malam, Raka menyaksikan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Gerbang tua itu perlahan terbuka dengan suara berderit yang tajam, menyobek kesunyian malam. Dari balik gerbang, muncul kabut tebal berwarna kelabu yang bergulung-gulung seperti makhluk hidup. Suara bisikan misterius mengalir dari dalam kabut itu, seakan-akan memanggil-manggil namanya.

Raka berdiri terpaku, jantungnya berdegup kencang, campuran antara rasa takut dan ingin tahu.

Dalam keheningan yang menyesakkan, ia melangkah mendekat ke gerbang. Setiap langkahnya diiringi oleh suara-suara samar yang terdengar seperti tawa, ratapan, dan jeritan dari dunia lain.

Sebelum menyeberang, ia menarik napas panjang. “Aku harus tahu apa ini...”

Langkah kakinya melewati gerbang itu dan dunia sekitarnya berubah drastis.

Semua suara alam hilang, digantikan oleh kegelapan yang pekat dan hawa dingin yang menusuk tulang. Raka berdiri di sebuah lorong panjang yang diterangi cahaya merah redup, dindingnya berhiaskan simbol-simbol aneh dan bayangan yang bergerak-gerak tanpa bentuk jelas.

Di ujung lorong, ada sebuah pintu besar berukir ukiran menyeramkan. Dari balik pintu itu, terdengar suara gemuruh seperti sesuatu yang besar sedang bangkit.

Raka merasakan ada sesuatu yang mengawasinya, sesuatu yang tidak terlihat tapi sangat nyata.

Saat ia melangkah lebih dalam, bayangan-bayangan itu mulai berbentuk — sosok hitam dengan mata merah menyala, wajahnya berkerut dan penuh dendam.

“Siapa kau? Kenapa kau datang ke sini?” suara itu bergema seperti suara ribuan orang sekaligus.

Raka terdiam, tak mampu menjawab.

Tiba-tiba, bayangan itu menghilang, tapi rasa takut yang tertinggal begitu kuat hingga membuatnya gemetar.

Ia sadar, perjalanan ini bukan sekadar mencari jawaban, tapi perjuangan melawan sesuatu yang jauh lebih gelap dan berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca