Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Mafia Cyber

Mafia Cyber

darkcom | Bersambung
Jumlah kata
45.1K
Popular
257
Subscribe
57
Novel / Mafia Cyber
Mafia Cyber

Mafia Cyber

darkcom| Bersambung
Jumlah Kata
45.1K
Popular
257
Subscribe
57
Sinopsis
18+PerkotaanSekolahUrbanSistemSi Genius
Iqbal, anak beasiswa yang jenius dalam coding, diterima di SMA ProGemer IT sekolah teknologi paling elit di Jakarta. Ia hanya ingin belajar dan membuktikan diri, tapi proyek yang ia kerjakan tiba-tiba diretas, meninggalkan jejak kode misterius. Dari situlah Iqbal sadar, sekolah ini menyimpan rahasia besar, jaringan mafia cyber internasional tengah mengintainya. Di tengah ejekan teman sekelas, tekanan akademik, dan ancaman digital yang bisa menghancurkan hidupnya, Iqbal harus memilih diam atau melawan. Namun setiap langkah membawanya makin dekat pada kebenaran berbahaya, siapa dalang sebenarnya di balik Mafia Cyber?
Bab 1 Kemenangan

Bab 1 Kemenangan

Suara jangkrik masih terngiang di telinga Iqbal Arya saat ia berdiri di tengah aula mewah Jakarta Convention Center. Baru pagi tadi, ia meninggalkan desanya di kaki Gunung Sumbing, menumpang bus semalaman. Kini, di hadapannya, layar raksasa memantulkan wajahnya sendiri seorang remaja kurus dengan seragam SMA negeri yang warnanya sudah agak pudar.

Di tangan Iqbal, laptop hitam kusam terbuka. Keyboardnya sudah aus, sebagian huruf hampir hilang. Setiap kali ia mengetik, bunyinya “tek-tek-tek” nyaring, jauh berbeda dari dentingan lembut laptop gaming tipis milik peserta lain.

Tapi Iqbal tidak peduli. Jemarinya menari, mengalirkan baris kode yang sudah ia hafal di luar kepala. Program ciptaannya sebuah sistem keamanan yang bisa “belajar” dari serangan digital mulai beraksi di layar.

Virus simulasi yang dilempar oleh panitia lomba menyerang tanpa henti. Tetapi sistem buatan Iqbal menangkis satu per satu, seolah ada prajurit tak kasat mata yang menghalau serangan.

Riuh tepuk tangan terdengar dari beberapa penonton. Namun tidak semua kagum. Dari barisan kanan, seorang peserta dengan jaket putih branded Radit, anak konglomerat teknologi berbisik sambil tertawa.

“Laptop rongsokan dari kampung kok bisa ikutan lomba nasional. Gak salah nih panitia?”

Iqbal mendengar, tapi tidak menoleh. Ia menggigit bibir, menahan diri. Kata-kata semacam itu sudah ia dengar sejak kecil: anak desa gak akan pernah bisa bersaing dengan anak kota. Hari ini, ia bertekad membuktikan sebaliknya.

Akhirnya, baris terakhir kodenya selesai. Di layar proyektor, muncul tulisan besar:

[All threats neutralized. System secure.] ([Semua ancaman dinetralkan. Sistem aman.])

Auditorium hening sesaat, lalu meledak dengan tepuk tangan.

Moderator maju ke panggung, tersenyum lebar.

“Luar biasa! Kita baru saja menyaksikan… salah satu sistem keamanan paling kreatif dari peserta SMA. Mari kita beri nilai!”

Iqbal mengusap keringat di dahinya. Napasnya tersengal, bukan karena lelah mengetik, tapi karena menahan rasa gugup yang menekan dadanya.

Beberapa menit kemudian, hasil diumumkan.

“Juara pertama Lomba Coding Nasional tahun ini adalah… Iqbal Arya, SMA Negeri 1 Temanggung!”

Seketika aula bergemuruh. Blitz kamera menyambar wajahnya. Nama desanya disebut di panggung nasional sesuatu yang tak pernah ia bayangkan.

Namun, di balik riuh itu, sesuatu aneh terjadi.

Laptopnya yang masih terbuka tiba-tiba menampilkan jendela hitam. Tulisan hijau berkilat muncul:

CONGRATULATIONS, IQBAL.

WE HAVE BEEN WATCHING YOU.

(SELAMAT, IQBAL. KAMI TELAH MEMPERHATIKANMU.)

Iqbal membeku. Tidak ada koneksi internet. Bahkan ia tidak membuka aplikasi apa pun selain presentasi.

Lalu, baris baru muncul:

WELCOME TO SMA PROGEMER IT, JAKARTA.

THE GAME HAS JUST BEGUN.

(SELAMAT DATANG DI SMA PROGRAM IT, JAKARTA. PERMAINAN BARU SAJA DIMULAI.)

Jantung Iqbal seakan berhenti berdetak.

SMA ProGemer IT? Sekolah elit yang hanya bisa dimasuki anak-anak konglomerat Jakarta?

Apa hubungannya dengan dirinya anak desa yang bahkan naik bus berjam-jam demi sampai ke ibu kota?

Sorak tepuk tangan menenggelamkan suara pikirannya. Panitia menyodorkan plakat dan mikrofon. Wartawan berebut foto.

Tapi di dalam hati, Iqbal tahu: kemenangannya baru saja membuka pintu ke dunia yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya daripada sekadar lomba coding.

..

..

Seminggu setelah lomba coding nasional, suasana rumah kecil di desa pinggiran Temanggung mendadak ramai. Kabar kemenangan Iqbal Arya sudah tersebar ke mana-mana dari koran lokal sampai grup WhatsApp RT.

Namun pagi itu, bukan tetangga yang datang membawa ucapan selamat. Sebuah mobil hitam berplat Jakarta berhenti di depan rumah. Dari dalam turun seorang pria berjas abu-abu rapi, berkacamata tipis, dengan map kulit di tangannya.

Ibunya, langsung kikuk. Jarang sekali ada tamu kota datang ke rumah bambu sederhana mereka.

“Silakan masuk, Pak…” ucapnya canggung.

Pria itu tersenyum ramah, memperkenalkan diri.

“Saya Pak Darmawan, perwakilan dari Yayasan Pendidikan ProGemer IT, Jakarta.”

Nama itu membuat Iqbal terhenyak. Yayasan ProGemer IT… sama persis dengan pesan aneh yang muncul di laptopnya setelah lomba.

Pak Darmawan membuka map kulitnya. “Ananda Iqbal sudah membuktikan prestasi luar biasa di lomba coding nasional. Karena itu, yayasan kami ingin memberikan beasiswa penuh untuk melanjutkan sekolah di SMA ProGemer IT, Jakarta. Semua biaya pendidikan, asrama, bahkan uang saku ditanggung yayasan.”

Ibunya menutup mulut dengan tangan, nyaris menangis.

“Ya Allah… beneran, Pak? Anak saya… bisa sekolah di Jakarta?”

Pak Darmawan mengangguk. “Ini kesempatan langka, Bu. ProGemer IT bukan sekadar sekolah. Banyak lulusannya langsung direkrut perusahaan teknologi internasional. Kami ingin Iqbal menjadi bagian dari itu.”

Semua mata tertuju pada Iqbal.

Ia terdiam. Di kepalanya, seribu pikiran berputar.

Jakarta. Sekolah elit. Dunia yang sama sekali berbeda dari sawah, ladang tembakamu, dan jalanan berbatu di desanya.

Tapi juga kenangan pesan misterius itu. “Welcome to SMA ProGemer IT. The game has just begun.” (Selamat datang di SMA ProGemer IT. Permainan baru saja dimulai.)

Apakah ini kebetulan? Atau memang ada sesuatu yang menunggunya di sana?

Iqbal menelan ludah, lalu berkata pelan, “Boleh… saya minta waktu satu minggu, Pak? Untuk persiapan pindah sekolah.”

Pak Darmawan tersenyum. “Tentu. Kami akan kembali menjemput. Persiapkan diri baik-baik, Nak Iqbal. Dunia yang akan kamu masuki… berbeda sekali dengan dunia di sini.”

Kata-kata itu, entah kenapa, terdengar lebih seperti peringatan daripada sekadar nasihat.

..

..

Malam itu, Iqbal duduk di teras rumah. Laptop tuanya terbuka di pangkuan, layar menatapnya dengan cahaya redup.

Satu minggu.

Hanya satu minggu lagi sebelum ia meninggalkan desanya, ibunya, dan semua hal yang ia kenal.

Dan entah kenapa, di balik rasa bangga dan harapan… ada juga rasa takut yang ia sendiri tak bisa jelaskan.

..

..

Suasana Jakarta berbeda seratus delapan puluh derajat dari Temanggung. Jalanan padat, gedung menjulang, dan suara klakson tidak pernah berhenti. Bagi Iqbal Arya, semuanya terasa seperti dunia asing.

Satu minggu berlalu begitu cepat. Kini, dengan satu koper sederhana dan laptop tuanya, ia berdiri di depan gerbang tinggi bertuliskan:

SMA ProGemer IT – Jakarta

Gerbang baja itu menjulang dengan sensor keamanan otomatis. Di baliknya, bangunan modern berlapis kaca berdiri gagah, seperti kantor startup teknologi raksasa. Logo sekolah berbentuk chip komputer berkilat keemasan terpampang di atas.

Iqbal menarik napas panjang.

Inilah dunia baru aku…

Begitu ia melangkah masuk, pandangan orang-orang langsung menyorot. Puluhan siswa berseragam rapi dengan blazer biru elegan berdiri di halaman. Sebagian menenteng laptop gaming tipis, sebagian lain memakai smartwatch terbaru, headphone nirkabel, bahkan ada yang membawa drone kecil sebagai hiasan.

“Eh, itu anak beasiswa ya?” bisik seseorang.

“Katanya anak kampung dari Jawa Tengah. Bisa masuk sini cuma karena menang lomba coding.”

Telinga Iqbal panas. Ia mengeratkan genggaman pada tas ranselnya. Di dalamnya, laptop tua itu tersimpan satu-satunya harta paling berharga yang ia bawa dari desa.

⚠⚠⚠

Salam Penulis,

darkcom

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca