Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Padma Itu Malas Tapi Jago dan Pintar

Padma Itu Malas Tapi Jago dan Pintar

Milim | Bersambung
Jumlah kata
41.2K
Popular
509
Subscribe
62
Novel / Padma Itu Malas Tapi Jago dan Pintar
Padma Itu Malas Tapi Jago dan Pintar

Padma Itu Malas Tapi Jago dan Pintar

Milim| Bersambung
Jumlah Kata
41.2K
Popular
509
Subscribe
62
Sinopsis
PerkotaanSekolahSi GeniusPewarisCinta Sekolah
Mengisahkan seorang pria bernama Padma , dia sangat pintar untuk anak seumuran nya bahkan dia meraih ranking 1 di kelasnya , Tapi yang aneh Padma hanya tidur dan malas malasan itulah yang membuatnya aneh , Bagaimana kelanjutan nya? Langsung aja Baca 😁
Bab 1 – Aku Malas, Jadi Jangan Repotkan Aku

Langit pagi di SMA Harum Sari tampak biru cerah, awan tipis melayang malas di angkasa. Aku menatapnya dari halaman sekolah dengan ekspresi yang kurang lebih sama: datar, setengah mengantuk, dan sepenuhnya tanpa niat melakukan apa-apa.

"Padma!"

Suara itu datang dari belakang. Aku nggak perlu menoleh untuk tahu siapa yang manggil. Cukup mendengar langkah kaki ringan yang mendekat saja sudah bisa kutebak.

Benar saja, Wenny dan Icha. Dua cewek yang entah kenapa nggak pernah bosan ngomel soal kebiasaanku.

"Apa?" jawabku singkat.

Wenny menyusul dan berdiri di sampingku, rambut panjangnya berkibar pelan karena angin. Dia senyum tipis sambil menatapku, seperti seorang kakak yang sudah pasrah punya adik bandel.

"Padma, kamu tahu besok ada ujian Matematika, kan?" tanyanya. Suaranya tenang, tapi nadanya jelas menuduh.

Aku menguap, lalu menoleh sebentar. "Dan?"

Wenny menghela napas, ekspresi typical Wenny mode: campuran prihatin dan menyerah.

Icha yang dari tadi nyengir langsung nimbrung, "Jangan bilang kamu belum belajar, ya? Nih orang, ujian udah deket, tapi wajahnya santai kayak lagi liburan di Bali!"

Aku nyengir tipis. "Belajar itu buang-buang waktu."

"Hah!?" Icha melotot dramatis. "Buang waktu!? Padma, ini Matematika, bukan main kelereng!"

"Ya, terus kenapa? Aku udah hafal semua rumusnya." Aku mengangkat bahu, santai.

Icha menepuk jidat. "Ya ampun, punya otak kayak kamu itu nyebelin banget. Malas, tapi pintar. Coba bagi dikit ke kita-kita."

Sebelum aku sempat bales, suara ramai datang dari arah lapangan. Aku menoleh dan… yeah, sudah kuduga. Empat manusia itu.

Ubeh, Pilep, Ricardo, dan Fii—teman-teman yang nggak tahu diri tapi entah kenapa selalu ada di hidupku.

Ricardo, dengan aura cowok ganteng plus setengah bule-nya, melambai heboh. "Padmaa! Lu di sini juga! Gua kira lagi tidur di kelas!"

"Belum masuk kelas, Ric," sahutku datar.

"Justru itu! Makanya ayo, kita ngobrol-ngobrol dulu!" Ricardo nyengir, rambutnya klimis kayak habis disponsori iklan shampoo.

Ubeh, si anak basket tanpa klub basket, muncul di belakangnya sambil ngakak. "Padma, lu harus ikut futsal nanti sore! Gue udah daftarin nama lu!"

Aku mengerjap pelan. "...Apa?"

"Udah gue masukin daftar pemain inti," kata Ubeh santai, seolah hal itu bukan dosa besar buatku.

"Nggak." Aku jawab tegas.

"Kenapa nggak?"

"Capek."

Ubeh langsung ketawa keras. "Capek apaan? Lu cuma berdiri doang dari tadi!"

Sementara itu, Pilep—si konspirasi berjalan—langsung nimbrung sambil bisik-bisik misterius.

"Eh, eh, kalian udah denger belum? Katanya ada lorong rahasia di sekolah ini. Lorong itu tembus ke ruang guru. Dan di sana ada—"

"Pilep," potong Fii dengan nada datar, wajah flat kayak papan tulis, "nggak ada yang peduli."

Aku senyum tipis. Fii selalu jadi penyeimbang di geng ini. Kalau nggak ada dia, mungkin otak Ubeh dan Pilep udah meledak gara-gara kebodohan masing-masing.

Icha yang ngeliat interaksi kami cuma bisa ketawa. "Astaga, geng kalian ini bener-bener unik, deh."

Ricardo nyengir sambil mainin poni rambutnya. "Unik tapi keren, kan? Kita ini the ultimate squad, baby!"

"Baby apaan, Ric!?" Ubeh langsung nonjok pelan bahu Ricardo.

Sementara mereka ribut sendiri, aku menatap langit lagi. Rasanya pengen skip hari ini, pulang ke rumah, tidur sampai lusa. Hidup damai tanpa ujian, tanpa drama. Tapi kenyataannya… dunia nggak pernah ngizinin aku santai.

Buktinya datang beberapa detik kemudian. Dari speaker sekolah, suara pengumuman terdengar:

"Seluruh siswa kelas 11 dimohon berkumpul di aula! Ada pengumuman penting terkait Lomba Cerdas Cermat tingkat kota!"

Aku langsung merasakan firasat buruk.

"WOYYY!" Ricardo bersorak heboh. "Ini dia! Kesempatan kita jadi pahlawan sekolah!"

"Kesempatan apaan?" gumamku lesu.

"Ya jelas ikut lomba, dong! Kita pasti kepilih, terutama lu, Padma!" Ricardo ketawa lebar.

Aku menoleh pelan. "Kenapa gue?"

Wenny nyengir, ikut nimbrung. "Padma… kamu tahu kan kenapa?"

Aku nutup mata, mendesah panjang. Oh, tentu saja aku tahu. Nilai akademik terbaik di angkatan, juara olimpiade, IQ nggak jelas tingginya berapa… Semua hal yang bikin guru-guru sayang tapi juga bikin hidupku ribet.

"Jangan bilang mereka mau milih gue lagi…" pikirku, wajah datar tanpa ekspresi.

Icha ketawa keras. "Habis lah kamu, Padma! Si jenius malas akhirnya kena karma!"

Aku menatapnya malas. "...Lucu, Icha. Sangat lucu."

Ubeh langsung merangkul bahuku. "Santai, bro! Kalau lu ikut, kita semua dukung! Bahkan kalau bisa kita bikin tim sendiri."

"Tim sendiri? Dengan kalian?" Aku menatap mereka satu-satu, mulai dari Ricardo yang sibuk selfie, Ubeh yang lagi pamer otot, Pilep yang nyari teori konspirasi terbaru, dan Fii yang tampak nggak peduli sama sekali. "No thanks."

Ricardo mengacungkan jempol. "Come on, Padma! Kita ini kombinasi sempurna: otak lu + pesona gue = kemenangan mutlak!"

"Pesona nggak bisa jawab soal matematika, Ric," Fii komentar datar.

Ricardo menoleh dengan ekspresi drama. "Fii, kenapa lu selalu jadi anti-klimaks dalam hidup gue?"

Aku cuma geleng pelan. Dalam hati aku udah bisa nebak: sebentar lagi, guru pembimbing bakal nyeret aku langsung ke depan semua orang. Dan aku nggak punya energi buat kabur.

Ya, inilah hidupku. Hidup seorang cowok yang cuma pengen santai… tapi semua orang, semua keadaan, selalu nyeret dia ke dalam hal-hal ribet.

Namaku Padma.

Aku malas.

Tapi, sayangnya… aku juga jago dan pintar.

---

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca