

Langit sore terlihat kelabu, seolah ikut merasakan beratnya hati seorang pria yang berdiri di depan Kantor Biro Urusan Sipil Kota Henderson. Angin berembus pelan, membawa aroma hujan yang tertahan di udara. Di tangga gedung itu, Victor Smith melangkah keluar dengan langkah berat. Di sampingnya, seorang wanita cantik berambut panjang tergerai ikut berjalan tanpa berkata apa-apa.
Wanita itu adalah Jesica, istrinya… atau lebih tepatnya, mantan istrinya sekarang.
Lima tahun kebersamaan.
Lima tahun penuh tawa, cinta, dan impian.
Namun semuanya berakhir hari ini.
Jesica menatap lurus ke depan, seolah ingin segera meninggalkan tempat itu. Tidak ada lagi genggaman tangan, tidak ada lagi senyum lembut yang dulu membuat Victor merasa rumah ada di sisinya. Kini hanya ada dua orang asing yang kebetulan berjalan berdampingan.
Victor berhenti sejenak, menatap wajah Jesica dengan mata yang tampak lelah dan penuh kesedihan. Bibirnya terbuka, ingin mengucapkan sesuatu… namun tak ada satu kata pun keluar.
Hatinya terasa hampa.
Dulu, Jesica hadir dalam hidupnya saat Victor sedang berada di puncak. Saat kariernya bersinar, ketika uang bukan masalah, dan ketika masa depan tampak begitu cerah. Mereka berjanji akan bersama melewati suka dan duka…
Tapi itu hanya janji di atas kertas.
Begitu Victor jatuh,
Begitu bisnisnya bangkrut,
Begitu tabungan terkuras…
Jesica pergi.
“Victor….”
Suara Jesica akhirnya terdengar, tenang dan datar.
“Kita sudah menandatangani dokumennya. Aku harap… kamu bisa cepat bangkit dan… menemukan jalanmu sendiri.”
Victor menatapnya dalam-dalam. Ada seribu kata di dadanya, tapi satu pun tak sanggup ia ucapkan. Hanya senyuman tipis yang tampak di bibirnya.
“Terima kasih… untuk lima tahun ini.”
Suara Victor serak, nyaris berbisik.
Jesica menunduk sedikit, tidak membalas, lalu melangkah pergi. Tumit sepatunya mengetuk lantai trotoar, semakin menjauh…
Namun kemudian, wanita itu tiba-tiba berhenti. Dia kemudian berbalik dan berkata. "Mungkin sebaiknya kamu mengganti pekerjaanmu, menjadi seorang pengantar makanan jelas bukan pekerjaan yang baik, lagi pula kamu masih harus memberi makan Ela."
Viktor tersenyum tipis, lalu dengan acuh tak acuh berkata. "Kamu tidak perlu khawatir, aku belum sampai pada tempat dimana aku tidak bisa memberikan makan putriku."
Jesica memang memiliki kelebihan yang jauh di atas Victor saat ini. Setelah bisnisnya bangkrut, Victor juga masih memiliki utang seratus juta di bank, dan untuk bertahan hidup, dia harus bekerja di sebuah warung pengantar makanan dengan gaji 100 Dollar perbulan.
Sementara itu, Jesica bekerja di sebuah perusahaan dekorasi dan memiliki gaji 1.000 Dollar per bulan.
Perbedaan ini memang sangat menyedihkan. Victor masih sangat jelas bahwa saat mereka pertama kali menikah. Jesica ini bukan siapa-siapa, dia hanya seorang pelayan kecil yang bekerja di restoran Hot-potnya, sementara Victor adalah seorang bos dengan tiga cabang Hot-pot dengan pendapatan 100.000 Dollar per bulan.
Saat itu, Victor adalah orang yang sukses dan bersemangat dan tidak sedikit wanita yang tertarik dengannya. Namun karena rayuan Jesica, dia pada akhirnya terpengaruh dan pada akhirnya menikah dengannya.
Victor berpikir bahwa dia telah menemukan belahan jiwanya, namun dia tidak pernah menyangka bahwa wanita yang dia nikahi sebenarnya adalah pemuja emas.
Mengingat masa-masa itu, Victor hanya bisa menghela nafas, menyesali keputusannya di masa lalu.
Sementara itu, mendengar perkataan Victor, Jesica menggelengkan kepalanya dan tidak lagi berniat untuk terlibat lebih jauh dengan pria yang pernah menjadi suaminya ini.
Wanita itu berbalik dan melangkahkan sepatu hak tingginya menuju jalan.
Pada saat yang sama, sebuah mobil Mercedes-Benz A-Class tiba-tiba muncul dan berhenti di depan Jesica.
Pintu mobil terbuka dan seorang pria paruh baya dengan setelah jaz hitam keluar dan merangkul pinggang seksi Jesica.
"Bagaimana? Apa sudah selesai?" tanya Pria paruh baya itu.
Jesica mengangguk dan menunjukkan senyum manis yang hampir tidak pernah dia tunjukkan kepada Victor selama beberapa bulan terakhir.
Victor yang melihat ini mengepalkan tangannya. Dia tentu saja tahu siapa pria paruh baya itu. Dia adalah George, manager dekorasi Everest Design Group dan juga atasan Jesica.
Victor pernah bertemu pria ini saat Jesica mengundangnya ke rumah. Melihat kemunculan George, Victor akhirnya mengerti mengapa mantan istrinya ini begitu terburu-buru untuk bercerai. Ternyata semua itu karena dia telah menjalin hubungan dengan manajer ini.
"Uh, aku benar-benar buta," gumam Victor sambil menghela nafas.
Pada saat ini, George menatap ke arah Victor dan tersenyum. "Bung, kamu tenang saja. Aku akan menjaga Jesica."
Setelah mengatakan itu, Victor membuka pintu mobil dan membawa Jesica masuk ke dalam, lalu kemudian menutup pintu dan masuk ke kursi kemudi.
Mercedes-Benz A-Class itu meraung dan melesat meninggalkan kantor biro urusan sipil.
Victor berdiri di tempatnya.
Sendirian.
Di kejauhan, langit akhirnya menumpahkan hujan. Tetesannya jatuh membasahi rambut dan bahunya, namun Victor tak peduli. Di dalam hatinya, badai sudah lebih dulu mengguncang.
Dia memandang cincin kawin yang kini terasa begitu berat di jarinya. Perlahan, ia melepasnya… menggenggamnya erat… lalu memasukkannya ke dalam saku.
Selesai sudah.
Keluarga kecilnya hancur.
Mimpinya runtuh.
Dunianya porak-poranda.
Mungkin, jika hal ini terjadi saat dia masih muda. Dia tidak akan begitu putus asa, tapi sialnya, dia sekarang sudah berusia 30 tahun. Semangat dan kepercayaan dirinya jelas sudah sangat menurun, jadi kemungkinan untuk bangkit kembali dan mulai dari awal adalah hal mustahil.
Pada saat ini, handphone di sakunya berdering. Victor mengeluarkan ponselnya dan melihat nama pemangil di layar.
Panggilan Asing!
Victor mengerutkan kening lalu memutuskan untuk mengangkat, dan begitu dia mengangkatnya, suara datar dan sedikit tidak sabar terdengar dari spiker.
"Tuan Victor, saya dari Tesco Bank. Saya ingin mengatakan bahwa Anda memiliki utang cicilan pinjaman yang belum di selesaikan dan Anda telah menunggak sebanyak empat kali. Jika Anda tidak bisa membayar cicilan yang kelima dan menyelesaikan pembayaran yang tertunda sebelumnya, maka kami dengan terpaksa harus menyita rumah Anda untuk sementara sampai Anda memiliki cukup uang untuk membuat membayar tagihan!"
Mendengar ini, Victor tersenyum pahit. Dia ingat bahwa saat restoran Hot-potnya mengalami krisis dan kehabisan modal, Victor mencoba untuk menyelamatkan keadaan dengan meminjam uang bunga di Bank Tesco sebanyak lima ratus ribu Dollar selama tiga tahun dengan cicilan per bulan 19,000 Dollar. Namun meskipun begitu, dia tetap tidak bisa menyelamatkan usahanya.
Sekarang dia benar-benar bangkrut dan masih memiliki utang, bahkan satu-satunya rumah yang tersisa terancam untuk di sita.
Benar-benar tragis!
"Huh." Victor menghela nafas panjang.
Sekarang dia memahami arti dari sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Mengingat kondisinya saat ini, cicilan sebanyak 19 ribu Dollar adalah angka yang sulit untuk dia dapatkan dalam sebulan sebagai pengantar makanan.